Tenang Saja, Pak Prabowo..

waktu baca 5 menit
Gibran Rakabuming Raka (ist)

KEMPALAN: Dulu ada ungkapan ‘’Untung ada saya’’. Sekarang ada ungkapan ‘’Tenang, saya sudah disini’’. Ungkapan pertama menjadi trade mark pelawak Srimulat Rismanto—lebih dikenal sebagai Gepeng—yang sangat populer pada dekade 1980-an. Ungkapan kedua disampaikan oleh Gibran Rakabuming Raka, ketika berpidato saat pendaftaran calon presiden-wakil presiden di KPU (Komisi Pemilihan Umum), Rabu (25/10).

Gepeng menjadi fenomena pada masa jayanya. Gayanya khas, badan kerempeng, rambut agak plontos, tompel artifisial di bibir, dan gaya bicara gagap. Setiap kali tampil di episode lawak Srimulat Gepeng selalu didapuk sebagai pembantu. Gepeng sering menjadi objek rundungan oleh lawan mainnya dengan disebut sebagai ‘’gedibal’’ istilah Jawa yang kasar untuk menyebut seorang pembantu.

Meski hanya berstatus sebagai pembantu, tetapi Gepeng punya peran istimewa di mata majikannya. Dia selalu bisa memberi jawaban terhadap persoalan rumit yang dihadapi majikannya. Uangkapan ‘’untung ada saya’’ selalu muncul dari Gepeng dalam setiap kesempatan, dan terbukti penggemar Srimulat selalu dibuat tertawa oleh ujaran itu.

Gibran bukan Gepeng. Gibran bukan pelawak, dia calon wakil presiden yang didukung oleh Koalisi Indonesia Maju (KIM) untuk mendampingi Prabowo Subianto. Gibran—anak sulung Presiden RI Joko Widodo—berhasil menyisihkan sekian banyak bakal calon wapres andalan yang sebelumnya berpotensi mendampingi Prabowo.

Gibran seolah menjadi jawaban bagi dilema yang dihadapi oleh Prabowo. Seperti Gepeng yang memberikan solusi jitu dan berujar ‘’untung ada saya’’, Gibran memberi solusi bagi Prabowo dengan berujar ‘’Tenang, Pak Prabowo, saya sudah ada disini’’.

Gaya bicara Gepeng dan Gibran tentu tidak sama, meskipun ada kemiripan. Gepeng berbicara gagap, dan Gibran berbicara agak lambat. Gaya Gibran ini mirip bapaknya yang berbicara lambat. Dalam banyak hal Gibran terlihat mirip bapaknya, atau mungkin sengaja meniru gaya bapaknya. Hal itu, misalnya, terlihat dari gaya Gibran yang irit dalam menjawab pertanyaan media.
Pernyataan Gibran itu menjadi ‘’quote of the day’’ pernyataan yang paling banyak dikutip hari itu. Sangat mungkin pernyataan itu akan menjadi ‘’quote of the month’’ atau ‘’quote of the year’’, dan bisa saja menjadi ‘’quote of the decade’’.

Banyak tafsir yang muncul dari pernyataan itu. Para pengritik menyebut Gibran songong alias sombong dengan pernyataan itu. Sebagai politisi ia masih hijau karena baru punya pengalaman memerintah selama 2 tahun di level kota. Politisi senior PDIP Panda Nababan malah menyebutnya anak ingusan, netizen menyebutnya bocil alias bocah kecil.

Di sisi lain, Prabowo Subianto adalah politisi veteran yang sudah kekenyangan pengalaman. Ia sudah empat kali ikut kontestasi pemilihan presiden, umurnya 72 tahun, hampir 40 tahun di atas Gibran. Ia sudah hampir lima tahun menjadi menteri pertahanan.

Para pundit politik mengatakan bahwa pernyataan Gibran itu menunjukkan bahwa Prabowo sebelumnya galau dan gelisah. Perebutan posisi wakil presiden di KIM sangat keras. Banyak nama yang bermunculan, ada Erick Thohir, Airlangga Hartarto, Khofifah Indar Parawansa, dan belakangan muncul Agus Harimurti Yudhoyono alias AHY. Meskipun baru masuk menjadi anggota pupuk bawang, tapi AHY pasti menyimpan keinginan tipis-tipis utuk menjadi cawapres, karena alasan itulah yang membuatnya lari dari Anies Baswedan.

Spekulasi yang berkembang menyebutkan bahwa Prabowo punya preferensi selain Gibran. Tapi, Prabowo—sebagaimana banyak pimpinan parpol di koalisinya—menjadi korban politik sandera. Prabowo seperti sandera yang ditodong pistol di leher, karena di Mahkamah Konstitusi (MK) ada gugatan ambang batas atas usia calon presiden-wakil presiden. Kalau gugatan ambang batas bawah bisa menguntungkan Gibran, tidak tertutup kemungkinan ambang batas atas bisa memupus mimpi Prabowo.

Tafsir kedua mengatakan bahwa Prabowo galau, karena bisa saja Jokowi berubah pikiran pada detik terakhir dengan menarik Gibran dari pencalonan. Hal ini membuat panik Prabowo karena berarti skenario dua pasang capres—sebagaimana yang sempat berkembang—akan menjadi kenyataan, dan Prabowo justru yang menjadi korban konspirasi besar Jokowi dengan PDIP. Itulah sebabnya Gibran memberi jaminan kepada Prabowo supaya tenang, karena skenario konspirasi itu tidak terbukti.

Analisis semiotika menunjukkan bahwa dengan pernyataan itu Gibran ingin menunjukkan bahwa dia akan menjadi ‘’game changer’’, pemain yang bisa mengubah permainan. Gibran mengatakan dia akan menjadi pemain kunci yang bisa memenangkan kontestasi pilpres 2024. Sebagai anak Jokowi dia akan mendapat dukungan penuh dari bapaknya. Sebagaimana spekulasi yang berkembang selama ini, dengan cawe-cawe dalam proses pilpres ini Jokowi bisa mengerahkan kekuatan politik dan birokrasinya untuk memenangkan sang putra mahkota.

Analisis semiotika dan gestur tubuh bisa memberi isyarat bahwa posisi Gibran berada di atas Prabowo. Biasanya yang menjadi korban PHP adalah calon wakil presiden. Kali ini terbalik, calon presiden takut kena PHP oleh calon wakil presiden. Prabowo takut ditinggalkan Gibran. Karena itu Prabowo bernafas lega ketika Gibran muncul.

Panggung orasi menjadi milik Gibran, bukan Prabowo. Biasanya calon presiden yang berbicara program, kali ini calon wakil presiden yang berbicara mengenai program. Gibran langsung obral janji—banyak yang menyebut mirip bapaknya—dengan pamer berbagai macam program.

Program andalannya adalah dana abadi santri, kartu sehat lansia, dan bantuan modal start up. Tiga kelompok itu menjadi sasaran utama kampanye Gibran. Untuk memperkuat penampilannya Gibran menampilkan display kartu lansia sehat. Netizen yang kritis berkomentar bahwa program Gibran jadul, karena masih memakai kartu, padahal sekarang sudah era apps.

Program Gibran juga langsung dimentahkan oleh Menteri Keuangan Sri Mulyani. Katanya program itu sudah dijalankan oleh pemerintah. Program dana abadi santri sudah ada di APBN, dan program kartu lansia sehat sudah berjalan selama ini. Program yang disebut andalan oleh Gibran ternyata mentah di tengah jalan.

Apapun, Prabowo tentu sangat mengharapkan tuah Jokowi melalui Gibran untuk memenangkan kontestasi 2024. Orang boleh saja meremehkan Gibran—seperti peran Gepeng di Srimulat. Tapi, ternyata mantra Gepeng ‘’Untung ada saya’’ bisa menyelesaikan masalah-masalah pelik.

Gibran ingin membuktikan bahwa mantra ‘’Tenang, saya ada di sini’’, bisa membuat Prabowo tenang dan (mungkin) menang. ()

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *