Terobosan Mendorong Perubahan (Baju Batik Perspektif Anies, dan Fitnah Itu)

waktu baca 4 menit

KEMPALAN: Memplesetkan apa saja yang keluar dari mulut Anies Baswedan, dengan motif fitnah, tak habis dibuat. Seperti kebiasaan yang diniatkan agar publik melihatnya dengan perspektif tidak sebenarnya.

Laku mengolok Anies dengan tidak sebenarnya, berharap mendatangkan tawa kelucuan dimunculkan. Kali ini tentang batik. Dipilih batik pastilah ada motif yang dituju, yang bisa berdampak serius pada publik yang melihat video yang diunggah hanya sepotong, dan itu untuk memberi kesan tidak sebenarnya. Berharap muncul kesan, bahwa Anies asal ngomong tentang batik.

Anies memang bicara tentang sejarah batik, itu di Balaikota DKI Jakarta, 2 Oktober 2020. Anies bicara bukan soal yang baru kemarin, tapi dua tahun lalu. Sengaja diputar ulang, dan itu cukup dengan video secuil, agar menimbulkan kehebohan negatif, bahwa Anies anti batik.

Saat itu di Balaikota, seluruh staf mengenakan baju batik. Hari itu menang Hari Batik Nasional. Anies seperti biasanya, di Twitter pribadinya mengupas apa saja yang bisa dikupas. Kali ini tentang batik. Bicara tentang sejarah batik yang sebenarnya. Tidak sebagaimana fitnah dari @NUgarislucu, pihak yang sengaja mengunggah video itu dengan tidak utuh. Bersyukur jejak digitalnya masih bisa dilihat, sebagai bukti apa yang diucap Anies dengan sebenarnya.

Sebenarnya orang yang menamakan diri @NUgarislucu itu siapa, tidak ada yang tahu persis. Tapi boleh juga jika mau disebut dengan buzzer. Karena punya tugas yang sama, memfitnah Anies. @NUgarislucu, itu sekadar nama yang dipelesetkan dengan NU Garis Lurus, sebuah kumpulan kaum nahdliyyin, yang konon mengoreksi langkah PB NU.

BACA JUGA: Anies Dalam Kisaran Simbol Filosofis: Udan Liris

(Tulisan ini tidak sedang membincang dikalangan internal nahdliyyin. Hanya ingin menyampaikan, bahwa @NUgarislucu, ini ingin memancing kelucuan sehingga nama pun perlu sampai dipelesetkan dengan NU Garis Lurus).

@NUgarislucu terkesan ingin memunculkan kelucuan, hingga nama pun perlu pakai embel-embel “lucu” segala. Yang muncul bukanlah kelucuan, tapi justru tebar fitnah mencoba menarik Anies jadi obyek namanya dirusak. Dikesankan seolah Anies anti batik, berharap bisa jadi isu strategis.

Sampai Anies pun perlu menanggapi unggahan video yang tidak lengkap itu, yang jika dibiarkan bisa menimbulkan miss leading.

“Cek video lengkapnya dulu yuk, Min @NUgarislucu. Sampaikan kebenaran walaupun itu tidak lucu”, tampol Anies dalam cuitan Twitter pribadinya @Anies Baswedan, Sabtu (17 Desember 2022).

Video “Anies dan batik” yang diunggah @NUgarislucu itu, berdurasi hanya 44 detik, dan tertulis di situ, “Jadi Menurut Anies, Pakai Baju Batik Itu Merupakan Pelanggaran?” Judul dibuat provokatif, khas para pengedar opini hoax, khas buzzer pemfitnah Anies.

BACA JUGA: Menjawab dengan Tidak Menjawab

Anies mengunggah video yang sama–video yang dibuat 2 Oktober 2022–dengan durasi 2 menit 11 detik. Anies perlu merespon, itu agar racun yang disebar @NUgarislucu ada pembanding video utuhnya: tentang baju batik yang pada awalnya pernah dianggap melanggar “pakem”, atau dianggap tidak lazim.

Anies bicara tentang sejarah batik–terus terang saya pun, dan mungkin Anda baru ngeh setelah Anies jelaskan awal mula penggunaan batik–yang pada awalnya cuma digunakan untuk pakaian bagian bawah, atau biasa disebut kain atau jarik. Belum ada saat itu, yang memakai batik untuk baju.

Apa yang dianggap melanggar “pakem”, itu menurut Anies, umumnya disebabkan oleh adanya perbedaan kebiasaan. Maka, lambat laun “pakem” itu pun dilanggar. Sebagaimana di awal videonya, Anies menyebut itu sebagai sebuah terobosan yang mendorong perubahan.

Apa yang disampaikan Anies adalah sejarah batik, yang disampaikan pada saat Hari Batik Nasional. Anies memang terbiasa memberi ilustrasi pada setiap Hari perayaan tertentu, tidak sekadar ucapan selamat. Lebih dari itu, memberikan pemahaman utuh atas hari/tanggal, yang memang jadi keputusan untuk dirayakan. Menjadi aneh jika hal itu mesti dipelintir. Tapi bagi mereka yang bernalar jahat, mempelesetkan apa yang disampaikan Anies dengan tidak sebenarnya, itu seperti jadi keharusan.

Setelah Anies mengunggah videonya, yang muncul justru sebaliknya, empati publik atasnya. Sekali lagi, buzzer pemfitnah bernama @NUgarislucu, itu tidak mampu menghadirkan kelucuan sebenarnya. Justru terasa kering kerontang. Bahkan, itu masuk kategori jahat! (*)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *