Jubah Kepalsuan dan Hampir Usainya Pesta Sang Raja

waktu baca 4 menit
ILUSTRASI: Pestanya raja (Foto: Istimewa)

KEMPALAN: MENGULIK perilaku kekuasaan yang disimbolkan oleh Raja tentu tak akan ada habis – habisnya. Bagi seorang raja menjadikan dirinya dihormati dan disegani adalah sebuah keharusan. Perasaan hormat dan rasa segan rakyat adalah modal bagi Raja untuk menjalankan kepemimpinannya.

Yang namanya pesta tentu ada masa persiapan, masa pelaksanaan dan masa usai. Masa persiapan adalah masa merancang dan menentukan bagaimana sebuah pesta bisa dilaksanakan dengan baik dan memuaskan keinginan raja. Siapapun yang terlibat dalam masa itu, tentu akan berusaha menunjukkan kemampuannya agar sang raja merasa senang. Tak ayal semua potensi yang dimiliki dikerahkan demi memuaskan sang raja. Tak peduli dengan cara apa harus dilakukan, meski harus menjilat dan berbohong, yang penting bagi mereka adalah bagaimana bisa memuaskan keinginan sang raja dan menuai pujian.

Nah..berkaitan dengan keinginan memuaskan sang raja itulah, penulis cerita rakyat dari Denmark, Hans Christian Andersen mengisahkan sebuah legenda tentang Raja yang Bodoh” atau “Pakaian Baru Raja” (bahasa Denmark: Kejserens nye Klæder), pada tahun 1837.

BACA JUGA: Anies, Maroko dan Qatar, Belajar dari Kekalahan Spanyol dan Portugal

Dalam kisah itu diceritakan tentang dua penata busana yang menjanjikan sebuah busana baru kepada seorang kaisar yang mereka katakan tak terlihat bagi orang-orang yang tak berpendirian pada posisi mereka, bodoh, atau tak kompeten. Saat raja berpawai memakai busana barunya, tak seorang pun yang tak berkata bahwa mereka tak melihat busana padanya karena takut mereka dipandang “tak berpendirian pada jabatan mereka, bodoh, atau tak kompeten”.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *