Catatan Milad Muhammadiyah; Yamaha Butut Pak AR sampai Buya Syafi’i Antre Bus
KEMPALAN: Dua hari, Sabtu dan Ahad lalu, dua sahabat saya berduka. Keduanya ikhlas dan bangga kehilang dua orangtua yang dihormati.
Sahabat yang di Surabaya berduka karena Neneknya berpulang diusia 104 tahun. Sedangkan sahabat yang tinggal di ibukota (bukan IKN) mengikhlaskannya ibundanya berpulang ke rahmatullah di usia 90 tahun.
Menilik usia nenek dan ibu yang wafat itu apa hubungannya dengan Miladnya Muhammadiyah ?
Kedua almarhumah –yang penulis tahu, dari kisah cucu dan anaknya– adalah anggota Aisyiah.
“Beliau mendidik dan belaian kasih sayang. Tak pernah marah, meski anak cucunya berbuat salah,” begitu tutur kedua sahabat yang intinya bermakna sama.
BACA JUGA: Bekuk Harun Masiku Tidak Bisa, Penjual Es Diciduk Dibilang Bjorka
Dari situ, nampaklah bahwa keteladanan yang di kedepankan. Hal itu juga penulis rasakan saat usia bocah hingga remaja bahkan saat dewasa. Dimana, kedua almarhum dan almarhumah orangtua penulis mendidik dengan luarbiasa. Diajar tentang akidah, ahklaq dan adab (menghormati) sesama manusia.
Itulah, yang penulis petik dari hasil didikan sejak Taman Kanak-kanak, Sekolah Dasar, Menengah Pertama hingga Menengah Atas, di dalam keluarga yang mengedepankan motto Fastabikul Khairat.