Wagub Emil Ajak Fossei Perkuat Kemajuan Ekonomi Syariah

waktu baca 4 menit
Wagub Jatim Emil Elestianto Dardak

SURABAYA-KEMPALAN: Wakil Gubernur Jawa Timur Emil Elestiantor Dardak mengajak Fossei Jatim untuk ikut berperan memperkuat gerak kemajuan ekonomi Islam di Indonesia. Caranya dengan meningkatkan jumlah sumber daya manusia yang memahami hakikat dari ekonomi Islam atau yang biasa dikenal dengan ekonomi syariah.

“Saya juga ingin bekerja lebih keras lagi dengan mengajak Fossei untuk sama-sama memajukan ekonomi syariah di Jawa Timur,” kata Wagub Emil saat menghadiri Awarding Night atau malam penganugerahan Temilreg (Temu Ilmiah Regional) Forum Silaturahmi Studi Ekonomi Islam (Fossei) 2023 di Aula Fadjar Notonegoro Fakultas Ekonomi dan Bisnis (FEB) Universitas Airlangga Surabaya, Sabtu (15/7).

“Tiap kampus saling menjalankan program ekonomi syariah ekonomi Islam, tapi nggak cukup kalau tiap kampus ini sendiri-sendiri. Maka melalui Fossei inilah dipertemukan  kelompok studi ekonomi Islam dari berbagai kampus. Ini luar biasa,” sambungnya.

Wagub Emil Dardak yang juga Ketua Masyarakat Ekonomi Syariah (MES) Jatim mengaku bangga bahwa Fossei telah menjadi bagian dalam menggodok persiapan sumber daya manusia (SDM) untuk mengembangkan ekonomi Islam di Indonesia. Ia menegaskan bahwa peningkatan kualitas SDM yang memahami ekonomi syariah seyogyanya dibangun lebih dini.

“Tentunya kita harus mulai benar-benar membangun body of knowledge yang mumpuni di organisasi-organisasi masyarakat keislaman seperti Nahdlatul Ulama yang punya Batsul Masa’il. Muhammadiyah ada lembaga tarjih, kemudian MUI juga punya, tentunya komisi fatwa,” katanya.

Ia menjelaskan, misi ekonomi syariah bukan hanya mengembangkan ekonomi Islam dalam tatanan masyarakat Islam. Tapi juga menggaungkan sebagai sebuah syiar bahwa agama Islam dan Al Qur’an mengajarkan bagaimana mendorong perekonomian yang lebih adil dan menyejahterakan bagi seluruh manusia semangat rahmatan lil alamin.

“Esensi dari ekonomi Islam ada pada values-nya, tidak boleh masuk ke dalam sebuah transaksi yang spekulatif, nilai-nilai seperti ini kan sebenarnya tidak memandang agama, adalah nilai-nilai yang secara universal itu sangat – sangat humanis dan sangat-sangat tentunya mendorong values,” jelasnya.

Ia menyebut Indonesia sangat berpotensi menjadi negara center of Islamic Economic. Lantaran Indonesia merupakan negara dengan penduduk muslim terbesar di dunia. Namun di sisi lain SDM di Indonesia belum banyak yang memiliki concern terhadap ekonomi Islam itu sendiri.

“Posisi itu harus kita rebut dengan cara meningkatkan jumlah SDM yang siap untuk kemudian menentukan positioning kita di situ,” tegasnya.

“Sistem global saat ini lagi mencoba beradaptasi dengan sistem ekonomi Islam. Makanya kita perlu SDM yang mumpuni,” imbuhnya.

Oleh sebab itu Wagub Emil menekankan kepada Fossei untuk terus berada di lini yang fokus pada perkembangan ekonomi syariah di Indonesia. Dirinya meyakini Fossei yang beranggotakan para mahasiswa dari prodi ekonomi Islam ini mampu mencetak SDM-SDM yang mumpuni di bidang ekonomi Islam ke depan.

“Harus luas literaturnya. Harus memahami apa yang terjadi di tatanan global di dalam sistem ekonomi makro, kemudian kaca mata ekonomi Islamnya kita gunakan untuk menggali relevansinya. Saya yakin rekan-rekan semua bisa melakukan itu,”ucapnya.

Tak hanya itu. Orang nomor dua di Jatim ini juga berpesan agar Fossei memiliki semangat untuk terus mengexplore pengetahuan di bidang ekonomi syariah. Ia juga menyarankan agar Fossei juga tidak melulu memahami literasi-literasi ekonomi syariah tetapi melihat dan selalu update dengan perkembangan ekonomi global.

“Harus update. Harus melek perkembangan ekonomi Islam. Bukan berarti yang dibaca ekonomi Islam aja. Harus paham ekonomi mainstreamnya juga. Harus paham perkembangan yang terjadi di dunia kemudian kita tahu bagaimana kacamata ekonomi Islam di situ,” pesannya.

Mantan Bupati Trenggalek itu juga menekankan bahwa perlunya peran Fossei dalam sosialisasi kepada masyarakat luas terkait makna penggunaan diksi ‘halal’ di sektor-sektor pariwisata. Hal ini penting karena hal ini dapat meredam adanya penolakan di masyarakat saat ada program yang menggunakan kata ‘halal’.

“Bukan yang sifatnya eksklusif mengasingkan orang non muslim, menghentikan orang non muslim untuk bisa bertransaksi dengan baik, seakan-akan yang boleh datang ke tempat wisata itu hanya umat Islam. Padahal bukan itu. Maka diubah terminologinya menjadi muslim friendly tourism, anyone can come,” ujarnya.

Pada kesempatan yang sama juga diserahkan penghargaan kepada para pemenang dari beberapa kompetisi di ajang Temilreg Fossei 2023. Wagub Emil pun memberikan motivasi agar para pemenang tidak terlena dengan keberhasilan kali ini, tapi harus terus mengasah. Dan bagi yang belum berhasil maka harus terus berupaya untuk mencoba.

“Karena yang membedakan orang-orang yang kita butuhkan di Indonesia itu bukan sekadar orang yang menang terus, tapi orang yang kemudian bisa bangkit dan bisa selalu kembali mencoba dan menjadi lebih baik dari sebelumnya,” tutupnya.

Tampak hadir pada acara penutupan Temilreg Fossei Jatim Koordinator Prodi Ekonomi Pembangunan Unair Rummaya, Kasubag Kemahasiswaan FEB UNAIR Hedy Dyah Syah Putri, Perwakilan Dosen Pengajar Ekonomi Islam Atina Shofawati, dan Ketua Presiden Nasional Fossei A’am Rosyad. (Dwi Arifin)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *