Charles Martel

waktu baca 5 menit
ILUSTRASI: Para pemain Maroko yang kandas di semifinal setelah dikalahkan Prancis. (Foto: Reuters)

KEMPALAN: INVASI Maroko di Piala Dunia terhenti di babak semifinal, Kamis (15/12). Pasukan Maroko dipukul mundur oleh tentara Prancis dengan dua gol tanpa balas. Pasukan Maroko kalah dan Prancis akan menghadapi Argentina di final.

Maroko kalah, tetapi sejarah baru telah tercatat. Maroko menjadi satu-satunya negara Afrika yang lolos ke semifinal Piala Dunia. Maroko bukan hanya mewakili bangsa Maroko, tetapi menjadi representasi kekuatan Islam di seluruh dunia. Rasa keterkalahan umat muslim dunia dari Barat seolah mendapat pelampiasan di Piala Dunia kali ini.

Kemenangan Maroko atas Spanyol dan Portugal menjadi sangat dramatis dan emosional karena berkaitan dengan sejarah masa lalu. Dua wilayah yang hanya terpisah oleh Selat Gibraltar itu mempunyai sejarah persaingan dan pertempuran yang keras.

Maroko ibarat mewakili kekuatan Islam yang menginvasi Eropa. Spanyol dan Portugal sudah ditundukkan. Prancis menjadi benteng terakhir yang akan menentukan nasib Eropa. Jika Prancis jatuh maka Eropa akan jatuh ke tangan Islam.

BACA JUGA: Qatar dan Perang Peradaban

Pertandingan semifinal Maroko vs Prancis seolah menjadi pertandingan pengingat pertempuran Tours atau The Battle of Tours abad ke-18. Ketika itu pasukan Islam dipimpin oleh Abdul Rahman Al-Ghafiqi, gubernur Andalusia (sekarang Spanyol).

Pertempuran Tours akan menjadi penentu nasib Islam dan Eropa. Pasukan Prancis dipimpin oleh Charles Martel yang menyerang tanpa menggunakan pasukan kavaleri. Pertempuran dahsyat berakhir dengan terbunuhnya Al-Ghafiqi. Pasukan Islam mundur dan Eropa mulai menapaki satu abad kebangkitan peradabannya mengalahkan Islam.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *