Qatar dan Perang Peradaban

waktu baca 4 menit
ILUSTRASI: Piala Dunia 2022 Qatar. (Foto: context.id)

KEMPALAN: SEPAK bola bukan sekadar olahraga. Rumitnya globalisasi dunia bisa dijelaskan melalui sepak bola, dan sengkarutnya persaingan peradaban juga bisa tergambarkan melalui sepak bola. Itulah yang terlihat pada Piala Dunia di Qatar tahun ini. Fenomena globalisasi dan perang peradaban terhampar pada perhelatan sepak bola dunia terbesar ini.

Franklin Foer menulis buku “How Soccer Explain The World: The Unlikely Theory Of Globalization” (2004). Ia mengungkap bagaimana sepak bola sudah menjadi industri tempat persaingan dan peperangan bisnis, politik, dan bahkan agama.

Foer, mengungkap rivalitas di luar nalar yang tercipta antara dua tim Skotlandia, Glasgow Celtic dan Rangers. Pertandingan “Old Firm Derby” antara kedua tim selalu mencekam karema ancaman kekerasan hooligan garis keras kedua tim.

BACA JUGA: Revolusi Prancis

Bukan cuma adu kuat di atas lapangan, Celtic dan Rangers merupakan representasi konflik sektarian berkepanjangan yang banyak memakan korban. Celtic mewakili minoritas Katolik, sedangkan Rangers menjadi perpanjangan tangan kaum Protestan yang menjadi agama resmi negara.

Di Italia, klub AC Milan menjadi contoh bagaimana Silvio Berlusconi–dibantu dengan jejaring media–mampu memanfaatkan kekuatan sepakbola untuk menaikkan elektabilitas dan menjadikannya perdana menteri melalui partai ‘’Forza Italia’’. Awalnya Forza Italia adalah nama kumpulan suporter AC Milan, lalu berubah menjadi nama partai politik. Anda bisa membayangkan di Indonesia Bonek ikut pemilu dengan nama ‘’Partai Bonek’’.

Gerakan separatisme untuk memisahkan diri menjadi negara merdeka tergambang dalam kompetisi sepak bola Spanyol. Barcelona mewakili gerakan wilayah Catalunia untuk memisahkan diri menjadi negara merdeka. Real Madrid adalah representasi pemerintah pusat yang dengan sepenuh daya ingin meredam gerakan pemisahan itu. Konflik itu tergambar dalam setiap kali pertandingan El Clasico.

Zionisme dan gerakan anti-semitisme juga mewarnai sepak bola di kompetisi Eropa. Ajax Amsterdam adalah klub yang didirikan oleh komunitas Yahudi Belanda, demikian pula Tottenham Hotspur adalah klub orang-orang Yahudi di London.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *