Becak Muktamar
SOLO-KEMPALAN: Mengunjungi stand Universitas Muhammadiyah Ahmad Dahlan (UAD) Yogyakarta di arena pameran Muktamar Muhammadiyah dan Aisyiyah di De Colomadu, Solo, saya disuguhi pengalaman baru: Naik becak listrik.
Namanya becak ‘beriman’. Saya lupa kepanjangannya. Yang saya ingat: bersih dan aman. ‘I’ entah apa. Mungkin ‘imut’.
Becak itu dipajang di tengah-tengah stand. Diberi level lebih tinggi dari yang lain. Kelihatan mencolok.
BACA JUGA: Bawang Muktamar
Secara fisik, becak itu tak ubahnya becak pada umumnya. Modelnya seperti becak yang digunakan di kawasan Solo dan Grobogan. Sedikit beda dengan becak di Pekalongan dan Tegal. Pembedanya, ada panel digital pada bagian dashboard-nya. Angka-angkanya menunjukkan kapasitas stroom baterai yang tersisa.
Becak listrik itu menggunakan baterai yang disimpan di bawah jok. Baterai itu mampu menggerakkan becak dengan laju hingga 20 Km per jam dengan jarak tempuh hingga 20 Km. Untuk alat transportasi tradisional seperti becak, jarak itu sudah jauh. Kecepatan 20 Km pun sudah terlalu tinggi. Normalnya hanya 5 – 10 Km/jam saja.
‘’Kok saya belum melihat becak listrik di Yogyakarta ketika pemerintah kota menata kawasan Malioboro?’’ tanya saya.
BACA JUGA: UMM Bangkitkan Kembali Spirit Perdagangan Muhammadiyah
Mahasiswa yang menjaga stand mengakui kalau penciptaan becak listrik itu terlambat. Idenya baru ketemu dua minggu sebelum Muktamar berlangsung. ‘’Kalau awal tahun sudah jadi, becak ini bisa menjadi alternatif kendaraan umum ramah lingkungan, ketika banyak orang yang mempersoalkan becak bermotor di Yogyakarta beberapa bulan lalu,’’ katanya.
BACA JUGA: Montir Muktamar
Lebih baik terlambat daripada tidak sama sekali. Becak listrik buatan mahasiswa UAD itu tetap berpeluang menjadi pengganti ‘becak montor’ (bentor) di Yogyakarta.
Kalau baterainya tekor karena jarak 20 Km telah tercapai, becak tetap bisa beroperasi karena ada energi lain yang bisa dimanfaatkan: Tenaga gudeg. Kang Becak tetap bisa menggenjot dengan pedal seperti biasa. Inovasi kecil yang menawarkan solusi. (*)
Editor: DAD