Sikap Elegan Anies
KEMPALAN: Anies Baswedan memberi pelajaran yang baik dan berharga pada kita semua. Bahwa menghadapi sesuatu, sesulit apa pun itu, emosi harus tetap terjaga. Tidak perlu berlebihan menyikapi sesuatu, meski itu menyakitkan.
Itu maqam menata hati. Memang bukan perkara mudah. Bagian dari penguasaan hati (emosi) yang tidak ikut larut dengan situasi yang ada. Soal ini Anies memang sukses. Tetap cool walau situasi menekannya.
Meski coba dijegal di sana-sini, Anies tidak lalu merespons berlebihan. Cenderung membiarkan saja. Jakarta International Stadium (JIS), yang perencanaan dan pembangunannya dalam pengawasan FIFA, dianggap PSSI tidak layak untuk menyelenggarakan pertandingan internasional.
Anies menjawab dengan hanya senyum, saat awak media bertanya dan meminta tanggapan, bahwa JIS, menurut PSSI, tidak memenuhi standar FIFA. Jawaban senyum, itu untuk menghindar berbantah dengan mereka yang tidak mau melihat sesuatu dengan benar. Atau mampu melihat JIS dengan sebenarnya.
PSSI pun ditarik untuk bermain politik, bukan sekadar bermain sepak bola. Padahal di kelas ASEAN saja team sepak bola Indonesia sulit jadi juara. Ditambah PSSI dapat tugas mengerjai, memusuhi Anies. Menganggap karya yang dibuat Anies bukan sesuatu. Padahal JIS bisa diserupakan dengan stadion-stadion modern di Eropa.
Tidak mengapresisasi karya Anies, karya anak bangsa. Tapi justru coba mengganjal Anies, jika mungkin sampai nama Anies tidak muncul ke ruang publik, seolah itu yang diniatkan. Jika terpaksa nama Anies masih muncul, maka dimunculkan dengan meminjam tangan KPK. Dimunculkan pada situasi yang punya stigma negatif.
Tapi Anies tetaplah Anies yang tak mau ambil pusing atas situasi yang dicipta untuknya, meski tentu ia dan kita semua tak suka dengan perlakuan demikian. Anies tak mau terlena digiring oleh situasi yang dicipta, yang ia tak ikut terlibat didalamnya.
Anies larut dalam pekerjaan yang mesti dituntaskan, agar menjadikan warga Jakarta hidup sejahtera. Maka, meski sudah di penghujung masa jabatannya berakhir, Anies masih meresmikan pekerjaan Rumah DP 0%. Itu sebagai pertanggung jawaban janji kampanyenya.
Media mainstream pun kerap tidak memberitakan aktivitas Anies dengan sebenarnya. Bahkan menggiring opini sebagaimana dilakukan Kompas. Membuat framing, agar Anies dikesankan buruk, membuat citra buruk.
Berita tentang pembebasan bersyarat 23 narapidana oleh Kemenkumham, yang ditampilkan justru foto Anies, saat beri kesaksian di KPK. Pastilah itu unsur kesengajaan. Publik pecintanya merespons penuh kemarahan, dan tidak sedikit yang meminta Anies untuk melaporkan Kompas pada Dewan Pers.
Tapi saat beberapa pemimpin Kompas menerangkan bahwa tidak ada unsur kesengajaan–meski itu alasan sekadarnya yang terpaksa dibuat supaya masih dianggap beradab–Anies bisa menerima dengan baik.
Anies lebih memilih bersahabat, tidak ingin memperpanjang persoalan. Meski itu menyakitkan. Anies seakan sadar, bahwa pilihan politik media kerap dipengaruhi oleh pemilik media bersangkutan. Tidak serta merta sealur dengan para pekerjanya.
Itulah sikap elegan Anies dalam segala suasana yang menyertai. Mampu memadukan emosi saat suasana jembar dan sempit sekaligus dengan tidak berlebihan. Tidak banyak yang bisa seperti Anies, setidaknya belum tampak ada yang menyamainya.
Sebulan lagi jabatan selaku Gubernur DKI Jakarta akan disudahi. Tepatnya di tanggal 16 Oktober. Tapi dasar Anies tak mau berhenti berkarya meski waktu akan menyudahinya. Anies terus menampakkan sikap kecintaan pada warganya. Dan, itu terus ditampakkan.
Kenaikan BBM pastilah akan mempengaruhi angkutan transportasi umum. Maka, Anies ambil kebijakan mengucurkan Rp 62,1 milyar sebagai tambahan public obligation service untuk TransJakarta, dan Rp 4,25 milyar untuk angkutan laut. Angkutan umum massal dibuat tidak naik, agar tidak memberatkan warganya.
Sebulan waktu yang cepat untuk menyudahi jabatan selaku kepala daerah, tentu hal itu dirasakan warga Jakarta yang tak ingin Anies cepat-cepat menyudahi. Nama Anies Baswedan pastilah akan terus dikenang dengan indah. Soal itu tak mungkin bisa dinafikan. Sikap elegan Anies dan karyanya akan dikenang sepanjang masa. (*)
