KEMPALAN: ‘’TIDAK ada hal yang terjadi secara kebetulan dalam politik. Jika hal itu terjadi maka Anda bisa bertaruh bahwa hal itu direncanakan dengan cara itu.’’
Itu adalah ucapan presiden ke-32 Amerika Serikat, Franklin Delano Roosevelt (1882-1945) yang banyak dikutip para politisi sampai sekarang. Dalam berbagai even besar maupun kecil, ungkapan itu memperoleh bukti kebenarannya. Tidak ada kebetulan dalam politik, semua dirancang dengan matang. Kalau toh kemudian terjadi sebuah kebetulan, maka hal itu adalah kebetulan yang direncanakan.
Banyak yang menyebut Anies Baswedan dan Joko Widodo sebagai matahari kembar. Satu matahari di Balai Kota DKI, satunya matahari di Istana Negara. Dua matahari itu kabarnya saling bersaing, atau banyak yang menyebut saling terlibat perang dingin. Anies menjadi salah satu front runner, pelari terdepan, pada perhelatan pilpres 2024, dan Jokowi dikabarkan tidak sreg dengan kemunculan Anies sebagai kandidat presiden.
Namanya juga rumor politik. Di mana-mana politik penuh dengan rumor dan spekulasi. Bukan politik namanya kalau tidak lekat dengan rumor dan spekulasi. Politik juga penuh dengan simbol dan interpretasi. Politik adalah seni dari berbagai kemungkinan, the art of possibility. Tidak ada yang tidak mungkin dalam politik, tidak ada yang kebetulan dalam politik.
BACA JUGA: Macron
Dua matahari kembar itu bertemu di track sirkuit Formula E Ancol, Senin (25/4) dan berbagai spekulasi pun bermunculan. Tentu pertemuan ini bukan sebuah kebetulan. Presiden Jokowi sudah merencanakannya sejak awal. Meski begitu pertemuan ini tetap dianggap sebagai kejutan politik penting pekan ini.
Dalam dua minggu terakhir Jokowi aktif melakukan safari ke berbagai daerah dan bertemu dengan banyak orang. Dalam kunjungan ke Madura pekan lalu Jokowi didampingi oleh Menhan Prabowo Subianto. Ketika berkunjung ke Jawa Tengah Jokowi bertemu dengan Gubernur Ganjar Pranowo, dan ketika bermuhibah ke Jawa Barat Jokowi bertemu dengan Gubernur Ridwan Kamil.