Surat Terbuka untuk Jawa Pos: Sudah Dikoreksi , tapi Perlu Evaluasi

Oleh: Ferry Is Mirza
KEMPALAN: Saya sengaja memakai judul di atas. Tapi, saya tidak bermaksud ujub apalagi riya’ sebagaimana tulisan Renungan Pagi saya hari ini (30/9). Sekali lagi saya tidak ujub dan riya’. Mohon dimaklumi.
Memang kenapa ?
Begini. Rabu kemarin (29/9) saya menelepon Saudara Ibnu Yunianto pemred Jawa Pos (JP). Ada apa ? Pasalnya saya merasa berkewajiban –selaku Cowas (konCo lawas / mantan) JP untuk melakukan pelurusan atas suatu berita JP yang dimuat, terkait kekeliruan tulisan (kata/kalimat), caption foto, dan lain lainnya.
Pelurusan atas kekeliruan berita JP itu saya lakukan bukan hanya jaman pemred Ibnu Yunianto saja. Namun, sejak era pemred Arif Afandi, Azrul ‘Aza’ Ananda, Rohman ‘Roy’ Budijanto, Leak Kustiya, Taufik Lamade, Nur Wachid…
Pelurusan itu jadi kebiasaan saya sejak dulu sampai kini. Dan sekali lagi saya lakukan bukan untuk pamer Ujub dan Riya’. Atau kemlinti, sok pinter. Tujuannya untuk kebaikkan kualitas koran JP. Tentu juga untuk kepiawaian sang jurnalis –pemred, redaktur, reporter– dalam menjalankan profesi jurnalistik secara profesional. Bukan kerja asal-asalan.
Nah, dari sejak tahun 1988 baru kali ini (kemarin) kekeliruan berita JP terparah. Berita itu di halaman 15 berjudul “Jumlah Pemohon Visa Umrah Masih Sedikit”.
Saya katakan demikian lantaran konten beritanya salah semuanya. Yang diwawancarai petugas kantor Imigrasi Tanjung Perak, bukan bicara tentang paspor tapi soal visa. Sungguh kesalahan fatal dan berat. Sebab, berita yang dimuat dengan kode (sam/c14/ady) saya anggap ditulis oleh si reporter yang tidak memahami tentang tupoksi keimigrasian.
Lalu, si redaktur pun tidak paham dengan berita yang dibuat si reporter. Sekelas redaktur, sampai meloloskan tulisan ‘salah’ ini sungguh layak dievaluasi keredakturannya. Perihal ini juga saya sampaikan kemarin via telpon kepada senior editor JP sahabat Rohman ‘Roy’ Budijanto. Bersyukur, redaksi telah melakukan Koreksi dan permohonan maaf atas kesalahan berita tersebut pagi ini.
Era redaksi JP di Kembang Jepun, Karah Agung, Grha Pena (tahun 2002) check n recheck berita dilakukan sangat ketat. Dari meja reporter, redaktur, redpel hingga pemred. Sampai jadi film yang dibuat bagian pracetak pun dicheck kembali. Yakni dilakukan pemeriksaan di meja bundar bersama oleh pemred, redpel redaktur. Ini dilakukan perberita perhalaman menjelang deadline.
Setelah clear and clean, baru naik cetak. Hasilnya, kecil sekali terjadi kekeliruan. Kecuali salah ketik huruf.
Semisal, pernah terjadi saat artikel tulisan alm Agus Sunyoto (sekitar tahun 1995) kalimat nabi jadi babi. Kesalahan tulis ini terjadi lantaran keybord huruf n dan b yang berdekatan. Sehingga kata nabi berubah babi. Akibatnya kantor JP di Karah Agung didemo ormas Islam. Saat itu alm Sholihin Hidayat pemred JP, tak cuma memberi warning sang redaktur rubrik opini tapi juga menggantinya.
Begitulah seharusnya awak redaksi JP sekarang bercermin pada masa JP yang lalu. Demi kualitas koran yang diterbitkan kredibel, enak dibaca karena benar akurat serta jadi refrensi pembacanya. (ferry is mirza)
Editor: Freddy Mutiara
