Dorong Pertumbuhan Ekonomi, Bambang Haryo Desak Pemerintah Perbesar Dukungan untuk Ekonomi Kreatif

waktu baca 2 menit
Bambang Haryo Soekartono Anggota DPR-RI Fraksi Partai Gerindra/Foto : Istimewa

Jakarta – Anggota Komisi VII DPR RI Fraksi Gerindra, Ir. H. Bambang Haryo Soekartono, M.I.Pol, menyoroti masih minimnya perhatian pemerintah terhadap sektor ekonomi kreatif, padahal sektor ini terbukti menjadi salah satu penyumbang terbesar lapangan kerja nasional.

Dalam forum diskusi bertajuk “Membedah Editorial TV Parlemen: Memaksimalkan Potensi dari Ekonomi Kreatif” di Jakarta, Selasa (21/10/2025), Bambang Haryo menegaskan bahwa sektor ekonomi kreatif mampu menyerap lebih dari 21 juta tenaga kerja, bahkan dalam beberapa data disebut mencapai 26 juta orang.

“Potensi ekonomi kreatif ini luar biasa. Jika didukung dengan kebijakan dan anggaran yang memadai, kontribusinya terhadap ekonomi nasional bisa jauh lebih besar,” ujarnya.

Ia menilai pemerintah belum sepenuhnya memaksimalkan potensi tersebut. Salah satunya terlihat dari anggaran belanja tambahan (ABT) yang hingga kini belum dicairkan untuk mendorong pertumbuhan ekonomi kreatif di tingkat daerah.

“Kalau ABT-nya segera turun, geliat ekonomi kreatif akan lebih terasa. Banyak pelaku usaha kecil yang masih kesulitan berkembang. Dana ini bisa membantu mereka bangkit,” kata politisi Partai Gerindra itu.

Bambang Haryo menekankan bahwa sektor ekonomi kreatif bukan hanya soal industri hiburan atau gaya hidup, tetapi juga mencakup inovasi produk lokal, pengolahan bahan baku, dan peningkatan nilai tambah UMKM. Menurutnya, dukungan anggaran yang cukup akan memperkuat daya saing dan menciptakan efek berganda bagi perekonomian nasional.

Dalam kesempatan yang sama, pengamat media John Andhi Oktaveri mengungkapkan bahwa dalam satu dekade terakhir, ekonomi kreatif Indonesia menunjukkan perkembangan signifikan di tiga subsektor unggulan: kerajinan (kria), kuliner, dan fashion muslim.

“Indonesia memiliki daya saing global di bidang kerajinan seperti ukiran Jepara, kuliner berbasis rempah yang unik, dan fashion muslim yang kini menjadi tren dunia,” jelas John.

Namun, John menekankan bahwa kemajuan tersebut tidak akan berkelanjutan tanpa dukungan ekosistem yang kuat dari pemerintah. Ia menyebut, pelaku ekonomi kreatif masih menghadapi hambatan pada aspek regulasi, permodalan, dan teknologi produksi.

“Kuliner kita belum mampu bersaing di luar negeri karena keterbatasan teknologi pengemasan dan ketahanan produk. Begitu juga fashion, masih terkendala kapasitas produksi yang belum memenuhi permintaan global,” tambahnya.

John juga mendorong media untuk lebih aktif mempromosikan ekonomi kreatif lokal sekaligus mengawasi kebijakan pemerintah agar sektor ini mendapat perhatian serius.

“Media punya peran besar untuk mendorong pertumbuhan ekonomi kreatif. Kalau dikelola serius, sektor ini bisa menjadi motor penggerak pertumbuhan ekonomi di atas 5 persen,” pungkasnya.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *