Junaidi HS, Penyair Itu Pensiunan Guru
NGAWI-KEMPALAN: Lelaki yang suka bersepeda pagi untuk olah raga, menyusuri jalan-jalan sunyi itu adalah pensiunan guru SMAN 2 Ngawi. Biasanya memakai topi, mengayuh sepedanya hingga jauh selepas sholat subuh. Sesekali berhenti dan berselfi, atau sekadar istirahat minum kopi di warkop.
Terkadang bersepeda bersama kawan-kawan sesama pensiunan, sehingga silaturahmi tetap terjaga, dan tubuh tetap sehat hidup teruslah semangat.
Penyair yang pensiunan guru bernama Junaidi HS, lahir di Ngawi, 17 November 1958. Jauh sebelum jadi guru di SMAN 2 Ngawi, ia pernah menjadi Guru di SMAN Belitang, Ogan Komering Ulu (OKU), Palembang. Kuliahnya dulu di Fakultas Sastra dan Budaya (Sasdaya) UNS Sebelas Maret Surakarta. Seangkatan dengan penulis saat berkuliah, dan almarhum Wieranta, yang dulu dosen Fakultas Sastra UNS pula.
Sejak masih kuliah memang sudah sering menulis puisi dan termuat di berbagai koran dan majalah. Lantas pernah buat kumpulan puisi bersama Wieranta dan Aming Aminoedhin berjudul: Husst (Solo, 1981), Nyenyet (Taman Budaya Solo, 1984), dan Wajah Bertiga (Sintarlistra Surabaya, 1987). Puisinya yang lain termuat di kumpulan puisi: Surat Dari Ngawi (1994), Malsabaru (2011), Kampus Mesen Merak Ati (2018), Lepas Kampus Tanpa Jumawa (2019), dan banyak lagi.
Beberapa karya puisinya termuat di majalah: Zaman, Unique, Putri Indonesia, koran Pelita Jakarta, dan majalah Seni Budaya Cak Durasim Surabaya.
Meski telah pensiunan, tetapi Junaidi HS tetap menulis puisi. Di banyak waktu senggang-nya, di rumah membuat kolam ikan. Ternyata cukup jadi hiburan, kata Junaidi, dan sekaligus dapat penghasilan. Di samping itu masih tetap menulis puisi, meski termuat di dinding efbenya sendiri. Kadang pula jadi guru ngaji, bahkan pernah jadi khatib sholat Idul Fitri di kampungnya asli, Tempuran, Paron, Ngawi. Ampuh temenan!
Junaidi HS yang rumahnya beralamat di jalan selatan Stasiun Paron (sekarang: Ngawi) di Paron, Ngawi ini, tetap menulis puisi. Meski di desa Paron, sebenarnya di juga penggemar nonton bola lewat televisi.
(Aming Aminoedhin).*