Idul Fitri Dalam Puisi

waktu baca 6 menit
Aming Aminoedhin mengikuti shalat Idul Fitri

Warumas-31-2023
Oleh: Aming Aminoedhin

KEMPALAN: Idul Fitri itu identik dengan silaturahmi. Saling berjabat tangan dan bermaafan antar-sesama saudara dan sesama-manusia lainnya. Tahun ini 2023, Idul Fitri 1444-H sangat riuh \rendah karena tak tak lagi dibatasi larangan mudik yang berlaku seperti di masa pandemi.
Konsep silaturahmi menurut Islam, disebutkan bahwa: Silaturahmi tak hanya menjaga hubungan yang berlangsung saja, tetapi juga pada hubungan yang sedang renggang. Meskipun mungkin ada kerabat yang berbuat kurang baik. Tapi nabi kita, Nabi Muhammad SAW tetap memerintahkan untuk menjaga hubungan silaturahmi. Hal tersebut terdapat dalam hadits berikut:

“Silaturahmi bukanlah yang saling membalas kebaikan. Tetapi seorang yang berusaha menjalin hubungan baik meski lingkungan terdekat (kerabat) merusak hubungan persaudaraan dengan dirinya.” (H.R Bukhari).
Sedangkan silaturahmi punya 7 keutamakan, dan kita semua telah dan selalu mencoba lakukan silaturahmi itu. Apa saja keutamaan itu?

  1. Melapangkan Rezeki
    “Barangsiapa ingin dilapangkan rizkinya dan dipanjangkan umurnya, maka hendaklah ia menyambung tali silaturahmi.” (H.R Bukhari & Muslim)
  2. Memperpanjang Umur
    Setiap manusia tentu ingin diberikan umur yang panjang, sebab dengan panjangnya umur akan memperbanyak kesempatan untuk berbuat kebaikan. Manusia juga tempatnya salah dan lupa, maka dari itu dengan umur yang panjang akan memilik kesempatan untuk bertaubat atas dosa-dosa yang telah lalu.
  3. Menghibur Kerabat
    Manusia adalah makhluk sosial yang saling membutuhkan satu sama lain. Dengan bersilaturahmi bisa menghibur dan membantu kerabat yang sedang kesulitan. Terkadang ada orang yang segan meminta bantuan padahal ia membutuhkan, sebagai kerabat sudah seharusnya untuk membantu tanpa harus menunggu diminta.
  4. Sebagai Tanda Ketaatan Kepada Allah

Silaturahmi adalah salah satu ajaran yang diperintahkan oleh Allah. Dalam sebuah hadits bahkan Rasullah SAW menyebutkan bahwa orang yang menyambung tali silaturahim adalah orang yang beriman kepada hari akhir.

“Barangsiapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir maka hendaklah ia memuliakan tamunya, dan barang siapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir maha hendaklah ia menyambung hubungan silaturahmi.” (H.R Bukhari & Muslim)

  1. Menghilangkan Perselisihan

Seringkali perselisihan antar saudara maupun kerabat terjadi, bisa karena perbedaan pilihan, prinsip atau bahkan masalah ekonomi. Meski demikian Allah melarang untuk memutuskan hubungan tali silaturahmi.

  1. Mendapatkan Rahmat

Mencari rahmat Allah adalah bentuk usaha kita sebagai umat muslim untuk mendapatkan tempat terbaik di yaummul akhir nanti. Salah satu amalan yang paling mudah agar mendapat rahmat Allah adalah dengan menyambung tali silaturrahim, sebagaimana hadits berikut:

Allah berfirman: “Aku adalah Mahapengasih dan ia adalah Rahim, nama itu diambil dari bagian nama-Ku, siapa yang menyambungnya, maka Aku memberikan rahmat-Ku kepadanya, dan siapa yang memutuskannya, maka Aku memutuskan rahmat-Ku darinya.” (HR Abu Dawud)

  1. Masuk Surga

Tidak ada balasan lain yang lebih besar balasannya daripada surga. Menyambung tali silaturahmi bukan hanya sekadar urusan kita dengan kerabat, tetapi juga sebagai bentuk ikhtiar dan ketaatan atas apa yang Allah perintahkan. Berikut merupakan sebuah hadits yang menyampaikan bahwa balasan dari menyambung tali silaturahmi adalah masuk surga:

“Wahai manusia, tebarkanlah salam, berilah makan, sambunglah tali persaudaraan, shalatlah di malam hari ketika manusia terlelap tidur, niscaya kalian masuk surga dengan selamat.” (H.R Ibnu Majah).
Semua hal di atas saya rangkum-kutip dari tulisan: Abizar Daffa dari link www.dompetdhuafa.org.

Nah…pada saat merayakan Idul Fitri, terkadang kita lupa tidak bisa menulis puisi. Tapi sebenarnya ada hal-hal unik yang seharusnya bisa kita tulis di perayaan lebaran seperti ini. Bisa apa saja, sibuknya jalanan, makanan khas, atau mungkin cerita tentang kulineran yang unik menyenangkan. Ah… entahah? Suka-suka hati saja kita bisa tuliskan dalam baris puisi itu. Terserah!

Selamat merayakan Idul Fitri 1444-H, mohon maaf lahir dan batin, buat semua! Salam sehat teruslah semangat! (Aming Aminoedhin).*

Kue lebaran khas desa

PUISI-PUISI MINGGU INI: PUISI DAN GURITAN LEBARAN

Melengkapi soal ulasan Idul Fitri 144-H pada rubrik sastra kali ini, saya sertakan beberapa guritan dan puisi penulis yang bicara soal lebaran. Semoga tetap istiqomah melangkah lebih baik setelah lebaran tahun ini. Lalu tetap menulis puisi, meski idul fitri. (aa).

Aming Aminoedhin
BAKDANE WIS TEKA

Bakdane wis teka, ora perlu padudon
mesthi dinane ora padha. Manungsa iku
pancen werna-werna, ora kaya biyen jaman
semana. Kabeh sarwa padha, mangane
bulgur utawa thiwul amarga sega beras
ora ana. Padha ngrasake ora ana beda, ing
jaman isih rekasa. Nanging tetep sehat
tanpa keterak lara, waras bregas lakunira.

Ing saiki jaman wis suwe mardika, sembarang
jeneng panganan uga wis werna-werna.
Milih apa wae ana, wiwit mie instan, burger,
kebab, pizza; nganti sega pecel pinggir dalan.
Nanging akeh wong sing padha lara-laranen.
Merga apa? Ora perlu takon, lakone jaman
pancen wis beda.

Bakdane wis teka nanging ora padha dina, ora
perlu padudon. Sing baku lakonana
ngapura-apuranta, marang sapadha-padhaning
manungsa. Mumpung dinane isih mambu riyaya,
kebak kanugrahan saka Gusti
Kang Murbeng Dumadi.

Mojokerto, 21/4/2023 (09.29)

Aming Aminoedhin
MALEM TAKBIRAN

Sangu oncor lan nabuh kenthongan, karo
takbiran ngubengi lurung ana dalan-dalan
kampung. Senenge ati kaya ora bisa diganteni,
amarga sesuk esuk wis mlebu dina riyaya.
Klambi lan sarung anyar, budhal salat Idul Fitri
ing alun-alun. Byuh… senenge ati ora karuwan.

Kuwi mono gambaran taun lawas, jaman
angka taun suwidakan. Jaman ja-mbejuja, rikala
jaman listrike isih mendrip-mendrip. Takbiran
mubeng kutha, kanthi dibarengi swarane
kethongan utawa jedhoran. Katon guyub rukun
nganti lingsir wengi, iku kabeh
takbirane bareng dadi siji.

Malem takbiran saiki wis rada beda, cukup
ana mesjid bisa disiarne liwat tivi. Siji maneh
sing beda, tanggalan siji Syawal uga beda-beda.
Ana sing dina Jemuwah, ana uga Setu.
Mesthi beda, ora perlu ana padu. Sing baku
gelem padha salam-salaman, ing dina kamenangan
sing kebak akehe kanugrahan.

Mojokerto, 21/4/2023 (03.59)

Aming Aminoedhin
TALI SILATURAHMI

sambung silaturahmi saling datang
berkunjung di lebaran fitri, tanda hati
berbunga cinta mewangi. harum aroma itu
tercium di pintu halaman surgawi.

di hari-hari fitri, hati terbuka seluas
padang sabana. hijau teduh suasana.
jernih sejernih air telaga. bersih sebersih
angkasa raya. membiru seluas samudra.
indah terpancar di wajah-wajah penuh cinta.

jangan kau lepas tali silaturahmi ini, ada
panjang doa hingga menua. dan ada harapan
jalan surga mengiringi, yang mungkin
tak terbaca. jalan silaturahmi, langkah
jalan menuju surga.
percayalah!

Mojokerto, 8/5/2022 (04.17)

Aming Aminoedhin
HALAL BIHALAL

usai idul fitri, lantas biasa diikuti hari
halal-bihalal. banyak acara ini akan
digelar, dari kampung hingga hotel
berbintang penuh pengunjung.

halal-bihalal tahun ini, mungkin akan
kian hiruk-pikuk. dua tahun lebih
hanya di rumah meringkuk, dipenjara
oleh pandemi begitu sunyi.

kali ini seperti peluang, berhalal-bihalal
riang selangit senang. halal-bihalal bisa
berbagi maaf, bisa saling berjabat akrab.
tapi perlu juga prokes ketat, jangan
tinggalkan cuci tangan dan maskeran.
sehat adalah utama, agar lebaran tahun
depan bisa kembali bertemu-sua.

Mojokerto, 5/5/2022 (03.23)

Aming Aminoedhin
KETIKA LEBARAN TIBA

Dulu ketika lebaran tiba, serasa tak komplit
tanpa ada roti Khong Guan di meja. Ada terasa
tanggal mungkin janggal, meski ada banyak
jajanan lain tak kalah enak. Roti itu serasa
melegenda, jadi prestise rumah tangga.
Meski hanya berupa wadah hanya berisi
rengginang saja, masih terpasang di meja.

Ketika lebaran tiba, hingga kini masih saja
jadi tradisi itu tegak berdiri. Isi wafer renyah
pilihan anak-anal kecil berebut memilih.
Tanpa Khong Guan terasa lebaran itu
jadi ampang, mungkin sedih.

Ketika lebaran tiba, hanya teringat semua itu.
Kenangan lama, kutulis dalam sajak baru.
Ternyata jarak waktu, telah lama berlalu.
Lampaui puluhan tahun berselang, sesuatu itu
ada yang terasa belum hilang.

Mojokerto, 23/4/2023 (04.27)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *