Puisi Minggu Ini: Sabrot D Malioboro

waktu baca 3 menit
Sabrot D Malioboro (*)

KEMPALAN: Melengkapi ulasan tentang tokoh sastra Surabaya yang satu ini, tidaklah lengkap ikut baca puisi-puisi Sabrot. Barangkali perlu mencermati puisinya, adakah juga meledak-ledak seperti saat bicara dengan lawan bicaranya? Nah… cobalah baca puisi-puisinya ini.

Sabrot D. Malioboro – IBU TANPA POTRET

Ikan dalam air

Gundukan pasir

Di bawah cahaya

Tumpuan kasih

Dalam rumah

Ada keterasingan 

Seperti di bukit karang

Terganggu petualang

Wajahmu hilang rupa

Di dinding putih gerah

(Surabaya, 2007) 

Sabrot D. Malioboro – BULAN BERLAYAR

(ada suara memburu malam)

Meninggalkan jejak kerja menatap ke depan 

Tidak mencari alasan lagi tapi kepastian 

Memungut daun melemparkan ke tepi laut bebas 

Biarpun ada angin kepingin memungutnya kembali 

Sedang para pelaut meneropong dari arah jauh 

Berharap zaman datang menyuburkan kakilangit 

Ingat sebuah dongeng diceritakan tanpa alpa 

Kisah musim salju anjing laut kelaparan timbul lagi

Berdiri tegak di atas buritan kapal memandang jauh

Di sana daun-daun kedinginan air garam muntahan bulan 

Dekapan malam sekedar tak ada selimut kerinduan 

Mata tak berkedip mulut mulut terbungkam urai rambut 

Demikian kau membangkitkan kediaman tanpa kata 

Tak kuasa menyanyi dan menari menyatu angin sepoi 

Hanya batin menuliskan kata demi kata perjalanan 

Menyentuh gemuruh mesin kapal menyerahkan napas

Engkau telah mabuk dari anggur ketidakpedulian 

Bau busuk mulutmu mengakuinya

Baris kata cinta itu membahana di samudera luas 

Setiap detik pun bagai menjemur pakaian dalamnya 

Menteskan air di balik kabut pandang sayu 

Peganglah erat-erat janji yang kita punyai 

Makin jauh- makin jauh di lautan tampak mengecil 

Mestikah, kita semakin tertunduk pandang di hari tuaku. 

Ya wahai, lantang tangan mengepal tinju bagai sang hero 

Merajuk music lenso sinar kekuatan seberkas nilai 

Satu kata usia semakin tua dari titik keringatnya 

Tiada bintang dekat dinding kaca yang dingin 

Rumput laut di permukaan menunggu arus ketepian 

Mengingatkan bulu-bulunya rontok ditiup angin 

Ada dan tidak ada adalah bersaudara 

Sebagai perbedaan tersembunyi di dalam satu sama lain.

(Surabaya, 2008) 

Sabrot D. Malioboro – CATATAN BULAN JUNI

Berguguran bibir bulan 

atas perjalanan bayang awan 

melepas rahasia semesta 

Sejauh mana 

manusia mengalami 

disorientasi dalam kehidupan 

sebagai makhluk 

yang beradab 

Perawan seberang 

naik perahu 

mawar semerbak di telinganya 

Sejauh mana 

manusia menjalani 

eksistensi beragama 

tanpa andalan 

nilai keimanan 

Setiap musim ia dulu 

meninggalkan rumah 

berani sumpah 

saling mencinta 

Sejauh mana 

akal sehat 

sudah dikalahkan 

oleh nafsu jahat 

Angin manis 

hujan gerimis 

kepak sayap 

sang garuda 

menebas daun kelapa 

tegar terbang tinggi 

Adakah kau kembali? 

Sejauh mana 

kekuasaan semakin 

dikejar mengukuhkan 

harga diri 

Di Argopolo 

api masih ibarat 

membara dalam sekam 

Di Poso 

kehidupan dalam 

kesepian dan kepiluan 

Di Papua 

orang masih belum selesai 

bicara tentang 

kemerdekaan – kebebasan – kedamaian 

Luka jiwa 

yang ditinggalkan 

berbagai kekerasan 

kekuasaan lebih 

terasa perih 

bagai kita – bagai kami 

(kita semakin terasing 

 dari penghayatan 

 kebersamaan sebagai kita) 

Akhirnya 

kita temukan 

pertentangan antara 

aku dan kau 

atau kami dan kalian 

sudah kian larut.

(Surabaya, 2007)

Aming Aminoedhin

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *