Rezim Asam Sulfat
KEMPALAN: Kebanyakan dari kita tidak tahu beda antara asam sulfat dan asam folat. Umumnya kita tidak tahu detail kegunaan asam sulfat dan asam folat. Tetapi, hampir pasti di antara kita yang gagap fisika ini tahu bahwa asam sulfat bukan sesuatu yang lazim dikonsumsi, apalagi untuk ibu hamil.
Tetapi, entah apa yang terjadi dengan Gibran Rakabuming Raka, anak sulung Joko Widodo sekaligus cawapres Prabowo Subianto. Dalam acara Diskusi Ekonomi Kreatif yang digelar di Jakarta Selatan, Minggu (3/12) Gibran salah sebut terkait kebutuhan nutrisi ibu hamil. Gibran menyebut ibu hamil membutuhkan asam sulfat untuk kesehatan fisik maupun bayinya.
Potongan video ucapan Gibran itu pun viral di media sosial karena Gibran tidak bisa membedakan asam sulfat yang berbahaya dengan asam folat yang berguna untuk kesehatan. Asam folat merupakan salah satu jenis vitamin B kompleks yang baik untuk kesehatan perempuan.
Bagi ibu hamil, asam folat termasuk asupan terpenting selain zat besi, kalsium, dan mineral. Sedangkan asam sulfat (H2SO4) merupakan cairan berbahaya yang sering dipakai dalam pembuatan aki, pupuk, pulp, dan kertas. Jenis cairan ini juga banyak digunakan dalam industri kimia dan pupuk. Salah satu sifat asam sulfat adalah korosif karena mudah terbakar.
Netizen pun riuh rendah merespon salah ucap ini. Gibran-haters dengan sigap menyerbu media sosial merundung Gibran habis-habisan. Salah satunya menyebut bahwa kalau ibu hamil mengkonsumsi asam sulfat bayinya akan auto-karatan.
Tetapi, pasukan pembela Gibran juga sigap bereaksi. Salah satunya Erwin Aksa, wakil ketua tim pemenangan Prabowo-Gibran. Kata Erwin Gibran tahu apa yang diucapkannya. Yang paling penting adalah program yang diajukan Prabowo-Gibran yang ingin memberi makan gratis kepada ibu hamil supaya ibu dan anaknya sehat, sehingga tidak terjadi stunting.
Salah omong ini tidak sekedar slip of the tongue atau selip lidah. Di masa kampanye yang panas ini salah omong itu menjadi amunisi yang berlimpah untuk menyerang Gibran. Dua hari terakhir salah ucap Gibran itu menjadi trending topic di dunia maya. Para pengkritik Gibran menjulukinya ‘’Duta Asam Sulfat’’.
Intelektualitas dan kapasitas Gibran sebagai calon wakil presiden kembali menjadi sorotan tajam. Gibran suka mangkir dari undangan dialog maupun diskusi di kampus-kampus. Ketika Muhammadiyah mengundang Prabowo-Gibran untuk memaparkan visi-misi di Universitas Muhammadiyah Surabaya beberapa waktu yang lalu, Gibran mangkir dan lebih memilih datang ke pertemuan dengan guru-guru di Pesantren Amanatul Ummat milik K.H Asep Saifudin yang pro-Prabowo-Gibran.
Serangan terhadap Gibran menggelombang. Ijazahnya dari Australia dinilai bodong, tidak sekelas S2 seperti yang diklaimnya melainkan setara dengan SMK. Beda dengan bapaknya–yang terkesan menghindari dari dugaan ijazah palsu—Gibran memamerkan ijazahnya kepada media. Meski demikian, Gibran-Haters tetap tidak puas dan bersikeras ijazah Gibran aspal, asli tapi palsu.
Serangan berikutnya datang setelah KPU (Komisi Pemilihan Umum) mengubah format debat Capres-Cawapres dengan menghilangkan debat langsung dua putaran yang mempertemukan semua calon wakil presiden. Keputusan KPU ini dikecam luas oleh publik, tapi KPU bergeming.
Keputusan itu dinilai menguntungkan Gibran dan merugikan dua calon wakil presiden lainnya. Muhaimin Iskandar dan Mahfud MD tentu menunggu kesempatan untuk berdebat dengan Gibran, sekaligus mengukur kadar intelektualitasnya.
Di sisi lain keputusan KPU dianggap menjadi tameng bagi Gibran untuk menghindar dari kemungkinan diserang dalam debat terbuka. Keputusan KPU itu menguntungkan Gibran yang terlihat tidak nyaman setiap kali menghadapi pertanyaan jurnalis yang rumit. Dalam banyak kesempatan Gibran menjawab pendek-pendek dan tidak substantive. Dalam kesempatan lainnya Gibran mengeles dengan mengoper pertanyaan kepada juru bicaranya.
Kepeleset lidah Gibran masih menyambung dengan cerita lain mengenai hasil survei oleh perusahaan survei Indo Barometer milik pengusaha survei Muhammad Qodari. Menurut hasil survei itu Gibran ialah cawapres yang punya intelektualitas terbaik ketimbang Mahfud MD dan Muhaimin Iskandar.
Survei ini membuat alis mata terangkat karena tidak percaya. Bagaimana mungkin seorang guru besar dan pakar hukum tata negara selevel Mahfud MD bisa kalah kadar intelektualnya dari Gibran. Setelah kasus asam sulfat muncul, publik mempertanyakan bagaimana intelektualitas Mahfud MD kalah dari Gibran yang tidak tahu beda asam sulfat dan asam folat.
Gibran dinobatkan sebagai duta asam sulfat, mungkin Jokowi bisa dinobatkan sebagai ‘’Bapak Asam Sulfat’’. Pemerintahan Jokowi disindir sebagai ‘’Rezim Asam Sulfat’’, karena suka merusak demokrasi. Seniman Butet Kartaredjasa menyindir rezim Jokowi sebagai rezim Orde Baru.
Butet merasa menjadi korban intimidasi ala zaman Orde Baru. Sebelum pentas di Taman Ismail Marzuki, Jakarta (1/12) sejumlah petugas Kepolisian Sektor Cikini mendatangi Butet dan penulis naskah Agus Noor dan meminta membuat surat pernyataan yang isinya tidak menampilkan pertunjukan yang mengandung unsur politik. Butet dan Agus tandatangan, tapi merasa bahwa sikap aparat adalah intimidasi.
Pertunjukan Butet bertajuk ‘’Musuh Bebuyutan’’ mengisahkan hubungan seorang pemuda dan seorang perempuan yang bertetangga dan berteman baik di kampung. Namun, keduanya berseteru karena berbeda pilihan politik. Permusuhan keduanya merembet dan membuat situasi kampung penuh kasak-kusuk.
Masyarakat menjadi terbelah, ada yang mendukung pemuda dan ada juga yang mendukung perempuan. Situasi di perkampungan itu makin memanas ketika lurah akan habis masa jabatannya dan pemilihan lurah baru akan dilangsungkan.
Pentas itu juga menampilkan sindiran dan guyonan terhadap tiga kontestan pemilu. Satir politik itu sangat khas Butet yang sudah sering menampilkan berbagai pentas bernuansa politik sejak era Orde Baru.
Butet ialah pendukung kelas berat Jokowi yang sekarang patah hati dan terlihat lebih memihak ke pasangan lain. Kehadiran Mahfud MD dalam pertunjukan Butet bisa menjadi indikasi kecenderungan dukungan Butet kepada pasangan Ganjar-Mahfud.
Butet bersama Goenawan Mohamad sekarang bermain peran sebagai oposisi. Megawati menyindir pemerintah sekarang seperti Orde Baru. Butet pun mengucapkan selamat datang kepada rezim ini, ‘’Selamat Datang Orde Baru’’.
Oleh: Dhimam Abror Djuraid, founder kempalan.com