Aib Pajak Sri Mulyani

waktu baca 5 menit
Foto: dw.com

KEMPALAN: DUA hal yang tidak bisa dihindari dalam hidup: mati dan pajak. Begitu kata pepatah Barat. Pajak dan mati sama-sama tidak bisa dihindari. Sampai ke lubang semut pun petugas pajak akan mengejar Anda. Dalam terminologi agama, kematian pasti akan datang meskipun Anda berada dalam perlindungan benteng yang kokoh.

Pepatah itu menyamakan mati dengan pajak. Artinya, tanpa pajak kita bisa mati, dan kalau mencuri uang pajak atau menggelapkan pajak hukumannya bisa hukum mati. Petugas pajak memburu wajib pajak seperti malaikat maut. Setiap tahun kita dikejar-kejar oleh petugas pajak untuk segera menyelesaikan SPT (surat pemberitahuan) pajak.

Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati dikenal sebagai orang yang paling getol mencari uang dari pajak. Mungkin tidak sama dengan Malaikat Izrail sang pencabut nyawa, tapi mungkin agak mirip dengan Grim Ripper, malaikat pencabut nyawa dalam folklore Barat, yang membawa senjata sabit tajam dan memakai jubah hitam bertopeng. Grim Ripper memburu mangsa sampai ke lubang semut.

BACA JUGA: Ronaldo, Muhammadiyah, dan Ka’bah Baru

Beberapa hari terakhir ini Direktorat Pajak yang dibawahi oleh Sri Mulyani menjadi sorotan, karena salah seorang pejabatnya ketahuan menyembunyikan hartanya dengan tidak melaporkannya kepada negara. Kasusnya berawal dari perkelahian anak-anak muda gegara pacar, tapi kemudian merembet menjadi kasus yang bisa menjadi skandal pajak.

Pejabat pajak itu bernama Rafael Alun Trisambodo. Anak kandung Alun bernama Mario Dandy Satrio, 20 tahun, terlibat peristiwa kriminal penganiayaan terhadap David Latumahina, 17 tahun. Alun menganiaya David sampai pingsan dan koma.

Video amatir yang beredar menunjukkan penganiayaan dilakukan oleh Mario terhadap David dengan memukul dan menendang. Video yang memperlihatkan penganiayaan itu beredar luas di sosial media. Dalam video berdurasi 56 detik tampak seorang pria yang diduga David berada pada poisi tertelungkup di jalan.

Seorang laki-laki lain–diduga Mario–menendang David yang dalam posisi telungkup tersebut pada bagian kepala. Sejumlah pukulan dan tendangan terus dilayangkan ke arah kepala David. Samar-samar terdengar suara pria yang mengatakan bahwa dia tidak takut bila David tewas akibat penganiayaan itu.

Tak lama setelahnya, terdengar suara teriakan warga dari kejauhan. Rekaman video itu pun langsung terputus. Dalam kasus ini, polisi telah menetapkan dua orang sebagai tersangka. Mereka ialah Mario dan rekannya, S. Sementara perempuan A yang juga ada di lokasi kejadian, masih diperiksa. Berdasarkan hasil pemeriksaan polisi, video penganiayaan David yang beredar itu direkam oleh S.

Situasi menjadi tambah runyam karena ayah David, Jonathan Latumahina ternyata menjadi pengurus Gerakan Pemuda (GP) Ansor pimpinan Yaqut Cholil Qoumas. David Latumahina diketahui telah menjadi seorang muallaf.

BACA JUGA: Zainudin Amali Membuka Pintu Resafel

Gus Yaqut yang juga menjabat sebagai menteri agama menjenguk David dan mengunggah di akun media sosialnya dengan mengatakan ‘’anak kader saya adalah anak saya juga, catat itu’’. Cuitan bernada kesal ini membuat kasus ini semakin panas.

Dari sekadar kasus penganiayaan kasus ini akhirnya melebar karena netizen menyoroti gaya hidup Mario yang kerap pamer barang mewah seperti motor gede. Netizen kemudian menelusuri harta orang tua Mario dan terbongkarlah beberapa aib yang bisa mencoreng reputasi kementerian keuangan. Orang tua Mario, Rafael Alun Trisambodo ternyata tidak melaporkan seluruh harta kekayaannya dalam Laporan Harta Kekayaan Penyelenggara Negara (LHKPN).

Sri Mulyani bertindak cepat dengan mencopot Rafael dari jabatan dan tugasnya. Dia minta Rafael diperiksa secara teliti agar bisa diberikan hukuman sesuai tindakan disiplin yang telah dilakukan.

BACA JUGA: Profesor Joki

Sri Mulyani pernah mengatakan bahwa Kementerian Keuangan membuka saluran pengaduan Whistleblowing System (WISE). Pengaduan itu ditindaklanjuti dengan rangkaian kegiatan, mulai dari verifikasi sampai investigasi yang bisa berujung penjatuhan hukuman disiplin. Akibatnya, dalam beberapa tahun terakhir, ratusan pegawai Kementerian Keuangan mendapat hukuman disiplin karena terbukti melanggar aturan.

Pada 2022 kemarin, Kementerian Keuangan menerima 185 pengaduan fraud atau kejahatan, yang telah ditindaklanjuti dan berujung pada pemberian hukuman disiplin terhadap 96 pegawai.

Pada 2021 Kementerian Keuangan mendapat 174 pengaduan fraud yang telah ditindaklanjuti dengan hukuman disiplin terhadap 114 pegawai. Pada 2020 saat pandemi, kementerian mendapat pengaduan 128 fraud yang telah ditindaklanjuti, dan telah dikenai hukuman disiplin terhadap 71 pegawai. Dari 2020 hingga 2022, jika ditotal maka ada 311 pegawai Kementerian Keuangan yang mendapat hukuman disiplin.

Di tengah upaya pembersihan ini muncul kasus Rafael Alun Trisambodo, ayah Mario. Kasus ini menjadi viral karena akun media sosial Mario banyak memamerkan kekayaan ayahnya berupa koleksi motor gede Harley Davidson. Mobil Jeep Rubicon yang dipakai Mario mendatangi David ternyata tidak masuk dalam daftar kekyaan Rafael.

BACA JUGA: Megawati dan Bayi Kuntet

Gaya hidup mewah hingga kendaraan mewah seperti Harley dan Rubicon yang tak dilaporkan dalam LHKPN atau Laporan Harta Kekayaan Penyelenggara Negara menjadi sorotan masyarakat. Rafael disorot netizen lantaran harta kekayaanya yang dinilai fantastis. Rafael memiliki harta kekayaan Rp 56,1 miliar. Mayoritas kekayaannya disumbang tanah dan bangunan yang bernilai Rp 51,9 miliar. Tanah dan bangunan yang dimiliki Rafael berjumlah 11, tersebar di Jakarta, Sleman, hingga Manado.

Sri Mulyani bertindak cepat dengan mencopot Rafael dari jabatan struktural. Kasus Rafael menjadi aib bagi Sri Mulyani yang selama ini getol menguber-uber para wajib pajak, tapi ternyata, di depan hidung Sri Mulyani sendiri anak buahnya menggelapkan kekayaan, dan sangat mungkin mengakali pajak juga.

Aib ini sangat mungkin bukan satu-satunya. Masih sangat banyak Rafael-Rafael lain. Sri Mulyani, The Grim Ripper, harus mengayunkan kapak mautnya ke anak buahnya dulu sebelum mengayunkan kapak maut kepada rakyat. (*)

Editor: DAD

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *