Komnas HAM Minta Sepakbola Dibekukan, Klub-Klub Liga 1 Menolak

waktu baca 2 menit
Logo Liga 1 musim 2022-2023 (*)

JAKARTA-KEMPALAN: Rekomendasi Komnas HAM yang meminta PSSI agar membekukan sementara seluruh pertandingan sepakbola mendapatkan penolakan dari beberapa klub di Liga 1.

Komnas HAM baru-baru ini telah menyampaikan hasil investigasi mereka terhadap kasus Tragedi Kanjuruhan yang memakan 136 korban jiwa.

Berdasar investigasi tersebut, Komnas HAM kemudian juga mengeluarkan sejumlah rekomendasi kepada PSSI agar peristiwa mengerikan tersebut tak terulang kembali di Indonesia.

Salah satu rekomendasi Komnas HAM adalah membekukan seluruh aktivitas sepakbola sampai ada standarisasi baru terhadap pengawas pertandingan di seluruh level kompetisi.

Namun, rekomendasi Komnas HAM ini mendapat penolakan dari beberapa klub di Liga 1 karena dirasa kurang mempertimbangkan keberlangsungan kompetisi.

Presiden Madura United, Achsanul Qosasi, menilai perspektif Komnas HAM itu lebih kepada persoalan HAM-nya, tapi tidak melihat dari unsur sepakbolanya sama sekali.

BACA JUGA: FIFA Belum Balas Surat PSSI, KLB Terancam Mundur?

“Dia tidak melihat dari perspektif bagaimana sepakbola ini bisa segera bergulir kembali. Dia tidak punya pertimbangan itu sama sekali.” kata Achsanul.

Achsanul menilai Komnas HAM seharusnya lebih merekomendasikan tentang jaminan agar hak-hak asasi manusia dapat terakomodir dalam sepakbola, bukan malah merekomendasikan menghentikan kompetisi sepak bolanya.

“Komnas HAM mestinya merekomendasikan, misalnya, demi keamanan penonton maka dalam menggelar kompetisi sepakbola harus memperhatikan apakah itu jam tayangnya atau instrumen-instrumen lain. Bukan sepak bolanya,” kata Achsanul.

“Kalau begini bisa dibilang Komnas HAM agak offside lah.” tambah Presiden Madura United itu.

Komisaris PT Persib Bandung Bermartabat (PBB) Umuh Muchtar juga telah meminta Komnas HAM tidak gegabah dalam mengeluarkan rekomendasi merekomendasikan pembekuan seluruh aktivitas sepakbola Tanah Air.

Umuh mengatakan bahwa sepak bola bukanlah sekadar olahraga semata bagi bangsa Indonesia, namun juga merupakan sumber penghasilan bagi banyak masyarakat.

“Banyak yang menggantungkan hidup juga ke sepakbola. Kalau sampai dihentikan, bagaimana?” kata Umuh.

“Kalau sampai FIFA turun (tangan), kita dibekukan (karena melihat ada intervensi dari rekomendasi ini), di-banned delapan tahun, nangis semua. Nangis semua. Mau jadi apa?” tambah Umuh.

(*) Edwin Fatahuddin

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *