Anies: Saya Meneruskan Pendekatan Pak Jokowi Membangun Tanpa Menggusur

waktu baca 2 menit
Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan saat mendampingi Presiden Joko Widodo meninjau sirkuit Formula E, Ancol, Jakarta Utara, dengan latar belakang JIS. (Foto: Pemprov DKI Jakarta)

JAKARTA–KEMPALAN: Ketika memulai menjabat Gubernur DKI Jakarta Oktober 2017 lalu, Anies Baswedan memegang dan menjalankan prinsip continuity (keberlanjutan) dan change (perubahan) dalam menjalakan roda pemerintahan.

Karena itu sepanjang lima tahun memimpin Ibu Kota, Anies meneruskan pendekatan yang baik, memperbaiki/menambahi yang kurang, membuat program baru berdasarkan kebutuhan, dan menghentikan kebijakan yang merugikan yang dibuat oleh pemerintahan sebelumnya.

“Empat itu kriterianya,” jelas Anies dalam program Political Show di CNN Indonesia TV dengan tema “Blak-blakan Anies Baswedan: Capres 2024, Kasus Formula E & Hubungan dengan Jokowi” Rabu malam, 5 Oktober 2022.

Karena itu pula Anies tidak gengsi untuk melanjutkan program dan kebijakan yang baik dari pendahulunya. Misalnya moda transportasi massal, TransJakarta yang digagas dan diluncurkan pertama kali oleh Sutiyoso (1997-2007) pada 15 Januari 2004 lalu.

“Misalnya kita sekarang membangun sistem Jaklingko. Jaklingko transportasi umum se-Jakarta. Basisnya BRT (Bus Rapid Transit). Ini adalah busway. Siapa yang memulainya? Pak Sutiyoso yang memulainya. Kita teruskan. Kita besarkan dengan satu kata kunci ‘integrasi’, yang dulu tidak ada. Itulah yang barunya,” beber Anies.

“Jadi saya bekerja untuk warga Jakarta bukan bekerja untuk kepentingan saya dan mengurangi kepentingan gubernur sebelumnya, tidak. Ini continuity,” ungkapnya.

Anies juga meneruskan pendekatan gubernur lainnya. Misalnya pendekatan Joko Widodo saat menjadi Gubernur (2012-2014) yang membangun Jakarta tanpa melakukan penggusuran. “Dan mungkin ada yang tidak mau meneruskan. Kalau saya malah meneruskan pendekatan itu,” ucapnya.

Makanya berbagai pembangunan yang dilakukan Anies tidak menggusur warga. Karena itulah misalnya Anies tidak menggusur warga Kampung Bayam saat membangun stadion Jakarta International Stadium (JIS).

“Warganya disiapkan bangunan rumah di samping stadion. Terbayang tidak ada rumah untuk warga yang sosio ekonominya itu lemah di samping stadion termahal di republik ini,” imbuhnya.

Ada juga program sebelumnya yang dihentikan. Misalnya proyek reklamasi. Ini merupakan salah janji politik Anies pada masa kampanye Anies Baswedan.

Anies mengakui dari 17 pulau proyek reklamasi di Teluk Jakarta itu, hanya mencabut izin 13 pulau. Sementara 4 masih dizinkan karena sudah ada pembangunan di atas pulau tersebut.

“Ingat ya, yang dihentikan itu reklamasi. Bukan kegiatan di atas tanahnya. Kadang-kadang kita ini mengasumsikan menghentikan reklamasi, itu artinya menghabisi semua bangunan yang ada di situ. Bukan,” katanya menekankan.

“Yang tidak diteruskan adalah melakukan penambahan daratan itu. Yang sudah ada, dimanfaatkan. Sudah jadi itu tanahnya. Mau dibongkar lagi? Malah justru menimbulkan kerusakan lingkungan yang lebih besar,” demikian Anies Baswedan. (kba)

Editor: Freddy Mutiara

 

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *