Lanjutkan

waktu baca 6 menit
Ilustrasi demo mahasiswa menentang tiga periode. Malang Posco.

KEMPALAN: Baru beberapa minggu yang lalu, dalam sebuah rapat kabinet, Presiden Joko Widodo dengan mimik serius dan meyakinkan berkata kepada para menterinya supaya tidak ada lagi yang berbicara mengenai wacana perpanjangan tiga periode masa kepresidenan. Para menteri ketika itu terlihat serius menyimak, dan beberapa dari mereka terlihat serius mencatat sesuatu di buku catatannya.

Rasanya belum terlalu lama. Wacana tiga periode hilang sejenak. Setidaknya sudah tidak ada menteri yang bicara mengenai tiga periode. Sebelumnya Luhut Binsar Panjaitan mengutip hasil suvery big data  bahwa ada 100 juta suara rakyat yang menghendaki Jokowi lanjut tiga perideo. Menteri Bahlil Lahadalia mengklaim ada suara para pengusaha yang menginginkan Jokowi tambah periode.

Publik berang oleh munculnya wacana ini. Timbul beberapa demonstrasi oleh mahasiswa menentang wacana ini. Perpanjangan masa jabatan kepresidenan, apapun alasannya, tidak bisa diterima karena bertentangan dengan konstitusi. Kalau wacana itu dipaksakan dengan mengubah konstitusi, hal itu dianggap sebagai pengkhianatan terhadap konstitusi.

Lengang dan senyap sejenak, sekarang wacana itu menggelinding lagi seperti bangkit dari kubur. Yang pertama, muncul dari Budi Arie Setiadi, Wakil Menteri Pembangunan Desa dan Pembangunan Daerah Tertinggal. Dalam sebuah diskusi publik dia terang-terangan melempas gagasan perpanjangan masa jabatan. Alasannya, Jokowi telanjur menerapkan standar benchmark yang tinggi dalam kepemimpinan nasional, sehingga calon-calon presiden yang ada sekarang mengalami kesulitan untuk meraih benchmark itu.

Kalau Budi Arie Setiadi memberikan puja-puji setinggi langit kepada Jokowi harap maklum, karena dia adalah ketua umum Projo, organisasi relawan Jokowi. Organisasi ini sekarang berubah menjadi pseudo-partai politik, karena sudah berfungsi seperti partai politik. Organisasi ini diundang dalam pertemuan tiga parpol yang berkoalisi membentuk KIB (Koalisi Indonesia Bersatu), Golkar, PAN, dan PPP. Koalisi ini disebut-sebut disipaknan menjadi sekoci politik untuk Ganjar Pranowo yang sedang dipersiapkan untuk menggantikan Jokowi.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *