Ingin Menjadi Orang Bahagia?

waktu baca 4 menit
Ilustrasi (Muhammad Adil/Unsplash)

Oleh: Ibu Hj. Dr. Mihmidaty Ya’cub

KEMPALAN : Setiap orang mengharapkan bisa hidup bahagia dari dunia sampai akhirat kelak. Kebahagiaan bukanlah sebuah barang yang bisa dibeli, pun tak bisa disangka-sangka. Namun sejatinya dalam Islam, kebahagiaan hakiki itu umumnya meliputi orang-orang yang memiliki ketaatan kepada Allah SWT. Dalam Al-Qur’an dijelaskan kata bahagia dengan berbagai macam definisi, misalnya “Sa’adah,” yang berarti kebahagiaan yang kekal, atau juga “Falah,” yang berarti mencapai kebahagiaan dengan menemukan apa yang di cari.

Hidup di dunia merupakan perjalanan bagi seorang Muslim menuju Jannah, tempat akhirnya kita akan bahagia. Namun, bukan berarti kita tidak bisa bahagia dalam menjalani kehidupan di dunia. Kebahagiaan adalah perasaan puas dalam situasi tertentu, bahkan yang buruk. Ada berkah dan alasan untuk semua situasi.

Ingin menjadi orang bahagia? Teorinya dari Allah SWT. Dalam Al-Qur’an Surah Al-Baqarah ayat 2 sampai 5 Allah berfirman yang artinya, “Kitab (Al-Qur’an) ini tidak ada keraguan padanya; petunjuk bagi mereka yang bertakwa. (yaitu) mereka yang beriman kepada yang gaib, melaksanakan shalat, dan menginfakkan sebagian rezeki yang Kami berikan kepada mereka. Dan yang beriman kepada (Al-Qur’an) yang diturunkan kepadamu (Muhammad) dan kitab-kitab yang telah diturunkan sebelum engkau, dan mereka yakin adanya akhirat. Merekalah yang mendapat petunjuk dari Tuhannya, dan mereka itulah orang-orang yang beruntung.”

Allah SWT membahagiakan manusia dengan memberikan pedoman hidup supaya mereka bahagia, tentram, aman dan kondusif sampai akhirat. Orang yang takwa, beriman kepada yang ghaib (Malaikat, surga, neraka), mendirikan shalat, berinfaq (bukan zakat, karena zakat menunggu kaya), diberikan jaminan kebahagiaan oleh Allah. Islam memerintahkan manusia mencari kebahagiaan, menikmatinya, namun jangan sampai disesatkan oleh kebahagiaan itu sendiri dan senantiasa mencari kebahagiaan akhirat sebagai tujuan sejati. Hal ini diperintahkan Allah, agar tetap berada pada fitrahnya, tidak merusak dan tetap pada sunnatullah yang ditetapkan Allah.

Jika merujuk kepada Kitabullah (Al-Baqarah dan Al-Mu’minun), maka Allah membagi orang-orang yang bahagia menjadi enam macam. Pertama adalah orang yang khusyuk dalam shalatnya. Kedua, orang yang menjauhkan diri dari perbuatan dan perkataan yang tidak berguna. Ketiga, orang yang menunaikan zakat. Keempat, orang yang menjaga kemaluannya kecuali terhadap istri atau budak yang dimilikinya. Kelima, orang yeng memelihara Amanah dan janji yang dipikulnya. Terakhir adalah orang yang memelihara shalatnya.

Kekayaan, popularitas dan kekuasaan bukanlah menjadi jaminan orang akan bahagia. Kaya yang hakiki adalah saat hati kita merasa kaya, seperti sabda Rasulullah SAW, “Kaya (yang sebenarnya) bukan dengan banyaknya harta, tapi kaya yang sebenarnya adalah kaya hati.” (HR. Muttafaq Alaih). Hati yang kaya terjadi apabila kita merasa cukup dengan pemberian Allah kepada kita. Maka, kita tidak rakus. Tidak pula punya keinginan untuk menumpuk-numpuk harta kekayaan.

Islam sebagai agama yang…

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *