Kisah Untung, Guru Honorer Tanpa Dua Tangan Ini Raih Madrasah Award Adiktis 2021
SUMENEP-KEMPALAN-Untung. 51 tahun lalu. Dia terlahir tanpa memiliki dua tangan. Di Desa Batang-Batang Daya, Kecamatan Batang-Batang, Kabupaten, Sumenep, Madura, Jawa Timur itu, Untung kecil menjadi anak yang tumbuh ceria. Ikut mengaji di langgar kampung. Bersekolah SD. Jika sore sekolah madrasah untuk menambah ilmu agama.
Orang tua Untung sebagai petani miskin. Saat di bangku SMP, Untung nyaris dikeluarkan sekolah karena tak mampu bayar uang bulanan (BP3) yang besarnya cuma Rp 1,250,00 / bulan. Setelah dijelaskan segala sesuatunya, Untung akhirnya dibebaskan dari berbagai iuran.
Kemiskinan dan keterbatasan fisik, menyurutkan langkah Untung untuk sekolah ke jenjang lebih tinggi. Namun, Untung tetap gigih belajar ilmu agama di pesantren di sekitar rumahnya selama lima tahun sambil ikut pendidikan paket C.
Lima tahun waktu berlalu. Untung memberanikan diri menyalurkan ilmunya kepada orang lain. Dengan modal ijazah paket C setara SMA dan pengalaman di pesantren, Untung melamar ke Yayasan Miftahul Ulum sebagai guru.
Masa remaja itu, Untung memilih mengabdi sebagai ustadz (guru) di Madrasah Ibtidaiyah (MI) Miftahul Ulum, Batang-Batang Laok, Sumenep, Madura.
Kendati tanpa tangan bukan berarti Untung tak bisa melakukan hal-hal yang biasa dikerjakan guru. Jemari kakinya lihai menulis huruf latin dan huruf Arab di papan tulis. Tulisannya sangat indah, tak kalah dari tulisan tangan. Termasuk menulis di buku dan menggunakan laptop.
Untuk memenuhi syarat mengajar sebagaimana diamanatkan dalam UU Guru dan Dosen, Untung melanjutkan kuliah di Universitas Terbuka (UT) dengan beasiswa Bidikmisi dan CSR.
Sa’rani, Ketua Yayasan Al-Miftah yang membawahi MI dan MTs Miftahul Ulum memberi tugas kepada Untung sebagai tenaga pengajar agama bidang Al-Quran Hadis dan Fiqih.
Saat mengabdi di Madrasah itu, Pak Untung bertemu dengan perempuan desa lalu dijadikan istri. Hasil perkawinannya dikaruniai dua anak.
Mengajar di Madrasah dengan gaji honorer Rp 300 ribu setiap bulan. Guru Untung setia menularkan ilmu yang dimilikinya tanpa berkeluh kesah. Di rumahnya, Pak Guru Untung juga memiliki banyak santri untuk belajar ilmu al-quran.
Lama mengabdi, Pak Guru Untung naik menjadi Rp 600 ribu per bulan, Pak Guru Untung menjalani dengan bersyukur.
“Kalau dibilang kurang honor segitu gak akan ada habisnya. Bersyukur saja yang penting kan berkahnya,” terangnya.
Untuk menambah biaya hidup. Di pekarangan rumah. Pak Guru Untung beternak ayam dibantu dengan sang istri.
Dengan ijazah Sarjana. Pak Guru Untung juga mengajar Al-Qur’an dan Bahasa Arab di MTs Miftahul Ulum.
Selama 30 tahun mengabdi di MI dan MTs Miftahul Ulum, Batang-Batang, Sumenep. Pak Untung mendapat penghargaan dari Madrasah Award dan Apresiasi Pendidikan Tinggi Keagamaan Islam (ADIKTIS) 2021, dalam kategori unsur masyarakat peduli madrasah.