Pengakuan Sumiati

waktu baca 5 menit

KEMPALAN: “Sum..mbak Sum…ngapain nangis?”

” Ha ? apa? Aku dimana?”

” Di kosku mbak”

” Ya ampun…Mas Sindhu. Hmm…”, Sumi sambil membetulkan selimutnya yang tersingkap.

Sindhu mendesir darah mudanya menyaksikan itu.

Seketika dia lega. Mas Sindhu membangunkannya dari mimpi buruk yang menyeramkan.

“Ada apa?”

” Ya ampun aku.mimpi, kamu.memperkosa aku mas.”

“Ha? Waduh itu mungkin keinginan terpendammu Mbak Sum.” sahut Sindhu sambil ketawa.

Sumi memukuli punggung Sindhu, kesal gemes.

” ih siapa yang mau diperkosa…”

” lho terus mau diapakan hayo?” lanjut Sindhu.

” Ah…mbuh….” Sumi makin gemes.

” Sudah tidur lagi,” lanjut Sindhu sambil menutup pintu.

Sindhu kembali ke ruang depan. Sumi lega. Aman. Sindhu tidak macam-macam. Padahal dia mengharap sedikit dekapan di malam dingin itu. Sindhu ternyata nggak bereaksi seperti itu.

Ia membetulkan lagi selimutnya. Sindhu memang dingin sikapnya sedingin udara Bandung. Sumi kembali tidur.

*

Sore nanti Sumi pulang ke Klaten. Sindhu mengajak Sumi makan makanan khas Bandung yang tarif mahasiswa.

Dia ajak Sumi makan colenak dan juga baso. Baso gaya Sunda tapi yang jualan orang Wonogiri. Baso dengan selada dan kecambang, segar sekali. Mereka menikmatinya di jalan Gelap Nyawang seberang Asrama C Itebe.

Meski makanan pinggir jalan, bagi Sumi, rasanya sudah cukup enak. Bukan makanannya, tapi dengan siapa dia makan, itu yang penting.

” Gimana enak kan basonya?”

” Iya enak.enak banget..soalnya sama mas Sindhu makannya. Ditraktir lagi…”

” Apa mbak Sumi mau nraktir?”

” Iyalah, aku kan sudah punya penghadilan. Tapi masak kamu nggak malu mas?”

” Ah anak itebe mah nggak tahu malu. Ada rejeki embat aja…”

” Haha gitu ya. Asal aku nggak diembat.”

” Nanti kalau saatnya tiba..kuembat kowe mbak..”

” Ayo kalau berani.”

Mereka asik sambil ketawa-ketawa.  Obrolan yang klop. Itulah dasar hubungan dua manusia yang paling penting: komunikasi yang klop.

Sumi nggak pernah merasakan.kehangatan begitu. Dia sangat menikmati. Dia lupa harus mengurus tokonya.

Maunya dia mendampingi Sindhu biar cepat lulus.

**

Sore dia menuju pool bis di Dago diantar Sindhu.

Kembali dia ke Klaten dengan hati berbunga. Tapi juga rasa kehilangan. Senang tapi sedih.

Sindhu lebih tenang , dia suka didatangi Sumi, semangatnya muncul kembali.

Dia berjanji untuk segera membereskan skripsinya.

” Da…met jalan mbak…”.

” Panggil aku dik aja, biar berasa muda..”

” oo…iya Dik Sum..”

” Met belajar Mas…”

” Panggil aku dik aja biar berasa muda..”

” Ah anak itebe kok nggak kreatif, ikut-ikutan aja.”

” Justru itu kreatifnya.”

Sindhu nggak mau kalah.

Mereka pun berpisah. Hari menjelang malam, adzan maghrib berlalu.

Sindhu sempat sholat dulu di mesjid Salman.

Sholatnya nggak khusuk. Bayangan Sumi selalu mengikuti. Tetingat tadi malam dia mencium pipi Sumi penuh cinta, penuh kehangatan.

Kapan waktunya tiba, gitu pikir Sindhu sambil jalan sendirian menuju tempat kosnya.

Kebersamaan dua hari cukup menghibur bagi Sindhu.

Di dalam bis Sumi pun kriyap kriyip susah tidur. Indahnya suasana ketika tangannya  digenggam  oleh Sindhu, Sumi masih membayangkan.

Hangatnya kecupan Sindhu di pipinya serasa belum hilang.

Kapan mas Sindhu melamarku, harap Sumi dalam hati. Dia gelisah duduk di kursi bis menuju Klaten.

*

Kabar kepergian Sumi ke Bandung ketemu Sindhu menjadi berita. Terdengar juga hingga ke keluarga Sindhu.

Ibunya menganggap hal yang wajar Sumi ke buliknya dan mampir ke kos Sindhu.

Tapi kakak Sindhu dan adiknya mulai bereaksi.

” Ya mbok dipikir dulu. Cari yang sepadanlah.”kata kakak Sindu paling besar.

” Iya masak lulusan itebe mau nikah sama lulusan smp. Kaya nggak ono cewek liya.” adik Sindhu menambahkan.

” Katanya dulu ada cewek namanya Silvy naksir mas Sindhu.” adik perempuan Sindhu mencoba membuka info.

” lha mbok itu saja. Tapi kan itu kejadian sebelum Sindhu nyantri?” sahut kakaknya lagi.

” Kalau aku sih yang penting yang menjalani cocok. Cinta nggak bisa dipaksa.” sahut adik Sindhu yang lain.

” Ibu juga gitu. Bapakmu dulu kawin dijodohkan, nggak cocok, lalu cerai. Mbahmu juga gitu.”

” Lho nggih ta bu? ” sahut kakak Sindhu tertua.

” Iya tapi bapakmu nggak mau bercerita ke anak-anaknya. Kalau prinsip bapakmu, nggak mau maksa anak dalam hal pernikahan. Yang penting seiman.”

” Nah cocok itu ” , sahut adik Sindhu yang pro.

“Mbahmu juga gitu. Jadi ibu masih kecil mbahmu cerai, karena dulu dijodohkan.” terang bu Padmo.

” Soal tingkat pendidikan, memang penting. Tapi yang lebih penting lagi cara berpikir. Kalau cara berpikirnya bagus,  tinggal meluaskan wawasan.” sahut bu Padmo.. Anak-anaknya heran bu Padmo punya cara yang cerdas mengungkapkan pikirannya.

Sementara mereka belum sepakat soal hubungan Sindhu Sumi.

” Kalian belum pernah ketemu Sumi, sudah pada mencela.” lanjut adik Sindhu yang pernah lihat Sumi ketika mengantar bu Padmo.

Ternyata hubungan asmara tidak cuma soal hubungan 2 insan. Keluarga besar ikut campur menentukan. Rumit.

Kasihan Sumi. Nasib cintanya tidak mulus. Terjal jalan mendapatkan cinta sejatinya.

Ibu Sindhu justru takut kalau hubungan ini dihalangi, Sindhu bisa kembali mencari ketenangan ke agama lagi. Menakutkan.

Maka Bu Padmo mewanti-wanti anak-anaknya dalam urusan ini. Jangan sampai suara-suara tadi didengar Sindhu atau Sumi. Jika Sumi mundur, bu Padmo khawatir Sindhu malah nggak mau menikah. Akan mutung.

Bu Padmo paling paham jiwa dan perasaan Sindhu. Dan jika ada apa-apa dengan Sindhu, bu Padmolah yang paling merasa sedih.

“Harus ada yang ngomong langsung ke Sindhu. Jangan sampai salah paham. Jangan sampai terkesan mengatur,” pesan bu Padmo.(Prof Budi Santosa, PhD adalah Rektor Institut Teknologi Kalimantan, guru besar Teknik Industri ITS Surabaya/bersambung)

 

BACA LAINNYA

Sebuah Pertaruhan

Kempalan News
0

Ambane Jangkah

Kempalan News
1

Ambane Jangkah

Kempalan News
0

Ambane Jangkah

Kempalan News
0

Ambane Jangkah

Kempalan News
0

Ambane Jangkah

Kempalan News
0

Ambane Jangkah

Kempalan News
0

Ambane Jangkah

Kempalan News
0

Ambane Jangkah

Kempalan News
0

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *