Bambang Haryo: Kebijakan Tak Naikkan Cukai Rokok Lindungi Masyarakat dan Ekonomi Nasional

waktu baca 2 menit

SURABAYA — Keputusan pemerintah untuk tidak menaikkan cukai rokok tahun ini mendapat sambutan positif dari Anggota Komisi VII DPR RI, Ir. H. Bambang Haryo Soekartono, M.I.Pol (BHS). Ia menilai langkah tersebut menjadi kebijakan yang bijak di tengah situasi ekonomi yang masih berupaya pulih, terutama bagi masyarakat kecil dan pelaku industri tembakau.

“Kalau cukai dinaikkan terus setiap tahun, dampaknya akan terasa langsung bagi masyarakat kecil dan membuka peluang besar bagi rokok ilegal. Karena itu, kebijakan tidak menaikkan cukai adalah keputusan yang cerdas,” ujar BHS saat mengunjungi pabrik PT HM Sampoerna Tbk di Rungkut, Surabaya, Rabu (15/10/2025).

BHS menjelaskan, sektor industri hasil tembakau merupakan salah satu tulang punggung penerimaan negara. Hanya dari cukai, pemerintah memperoleh pemasukan sekitar Rp218 triliun per tahun. Jika digabung dengan pajak-pajak lainnya, kontribusi sektor ini menembus angka lebih dari Rp250 triliun.

“Bayangkan, pemasukan dari rokok bisa melampaui pendapatan negara dari sektor migas. Ini bukti bahwa industri rokok memiliki peran penting dalam menopang fiskal nasional,” tegas politisi Partai Gerindra itu.

Tak hanya menyumbang pendapatan besar, industri rokok juga terbukti menyerap jutaan tenaga kerja. BHS menuturkan, ada sekitar enam juta orang yang bergantung pada sektor ini, mulai dari petani tembakau, buruh pabrik, hingga pedagang dan pelaku UMKM.

“Dari total 67 juta UMKM di Indonesia, sekitar 30 juta di antaranya memiliki keterkaitan dengan industri hasil tembakau. Jadi, sektor ini berkontribusi langsung terhadap penghidupan jutaan keluarga,” jelasnya.

Lebih jauh, BHS mendorong agar pemerintah memperkuat kemandirian tembakau dalam negeri. Ia menegaskan bahwa Indonesia memiliki potensi besar untuk kembali menjadi produsen tembakau terbaik dunia seperti pada masa kejayaan di era kolonial.

“Kita tidak perlu bergantung pada impor karena bahan baku seperti tembakau dan cengkeh tersedia melimpah di dalam negeri. Industri ini bahkan memiliki TKDN hampir 100 persen,” ungkapnya.

BHS mencontohkan daerah seperti Kediri yang berhasil tumbuh pesat berkat kontribusi industri rokok. Menurutnya, hal itu membuktikan betapa besar dampak sektor ini terhadap kesejahteraan masyarakat dan pertumbuhan ekonomi daerah.

Dalam kesempatan tersebut, BHS juga berdialog dengan manajemen dan karyawan PT HM Sampoerna Tbk untuk mendengar langsung aspirasi serta membahas strategi menjaga keberlanjutan industri tembakau di tengah perubahan regulasi dan tantangan global.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *