Ultah Sanggar BMS Ke-53: Seperempat Abad Pura-Pura “Nyeniman”

waktu baca 4 menit
Ulang tahun ke-53 Sanggar BMS (*)

KEMPALAN: Tak terasa sudah 53 tahun usia sanggar Bengkel Muda Surabaya, tak terasa juga bahwa aku sudah nggak cawe-cawe seperti dulu, juga tak terasa teman-teman sudah pada “kewut”. Makanya aku emoh sering kumpul daripada ketularan “kewut”.. Wuakkkkk …

Di Bengkel inilah aku pernah seperempat abad “umeg”, mimpi jadi seniman. Lalu pura-pura akting macak aktor, pentas keliling di Solo, Bandung, Jakarta, Malang, “morak-marik”. Main filem, jadi deklamator juga pura-pura jadi pelukis. Ternyata selama itu cuma pura-pura doang. Hasilnya, cuma jadi seniman bantat. Matang tidak, mentah juga tidak. Bantat!! Karena apa? Gak kuat “sorohe”!! Dari Februari 1976 sampik 2000an sudah cukup. Fokus wartawanan sajalah.

Ketika aku atret dari panggung, estafet diteruskan sama “konco-konco” Bengkel. Sekarang ketuanya Heru. Ada Dindi, Helen, Ema, Amir Kiah dan emak-emak lainnya, mereka bantu-bantu sama para penerus dari Gen-Z agar Bengkel tetap eksis. Ada juga Wally Shardil, salah seorang teman yang bernasib baik sering bantu dana proses produksi atau selametan.

Sabtu (25/1) kemarin Bengkel menggelar acara di studio kecil. Ya, memang kecil ruangannya, hanya bisa menampung tiga puluhan orang. Jangan bandingkan ruang Bengkel dengan yang dulu, luasnya berlipat dari yang sekarang. Berapapun luasnya, prinsipnya Bengkel harus tetap di kompleks Balai Pemuda. Semua sekretariat organisasi lain macam KNPI, Pramuka, Mahasurya, SPSI, Masterplan dan lainnya “mecethat” dari Balai Pemuda, Bengkel tetap bertahan.

SAKTI atau SAKIT?
Kalo menginjak Bengkel memoriku “morak marik”. Ini rumah pertamaku setelah nawaitu keluar dari kampung Ngemplak. Kadang aku merenung, kok bisa keluar dari Bengkel? Dulu tak kira nggak bisa. Setelah di luar, baru tahu bahwa apa yang saya peroleh dari Bengkel ternyata bisa jadi modal gaul di luaran.

Selepas dari Bengkel justru tambah “ndadi” karena orang menganggap aku serba bisa, padahal aku ini produk bantat. Beberapa membetuk organisasi, diantaranya didapuk jadi sekjen AKSI menangani tempat hiburan di Surabaya. Sekjen Federasi Artis Indonesia, terlibat dalam Festival Cak Durasim, Surabaya Full Music, pameran senirupa Holopis Kuntul Baris, and seabrek aktivitas seputar kesenian.

Setelah itu aku ngomong sama teman Bengkel, “Dulu orientasi Bengkel adalah melahirkan seniman, khususnya aktor. Ganti zaman ganti pandangan, lalu keberhasilan Bengkel bisa dilihat dari seberapa banyak organisasi yang dilahirkan oleh orang Bengkel.”

Artinya, setelah keluar dari Bengkel baru bisa mengetaui “kesaktian” arek-arek. Kalo mendekam di Bengkel, antar teman cenderung eker²an karena rumangsa podho anue. Tapi ukuran “anue” belum jelas. “Anue” belum teruji tapi sudah merasa anu. Kalau sudah di luar baru tau, awakmu sakti apa sakit? Kalau pesakitan kirim aja ke Sumber Porong, kebetulan direktur rumah sakite arek Bengkel, Daisyh Poegoeh.

BMS DKS
Dulu namanya BMS DKS. Bengkel masih di bawah struktur Dewan Kesenian Surabaya. Sebelum banyak arena kesenian, gedung gereja Maranatha dekat Balai Kota sering digunakan untuk acara kesenian. Diantaranya lomba deklamasi.

Nah, arek-arek yang sering ketemuan di Maranatha inilah yang kemudian punya gagasan membuat organisasi pemuda dan kesenian, namanya Bengkel Muda Surabaya. Mumgkin melihat Rendra punya Bengkel Teater kemudian meniru pakai istilah Bengkel. Pembentukannya difasilitasi DKS tahun 1972.

Nama-nama inisiator pendirian Bengkel Muda juga merangkap pengurus DKS. Ada Amang Rahman, Anang Hanani, Sam Abede, MS. Pribadi, Sabrot D. Malioboro, Bambang Sudjiono, Yudho Herbeno, Agil. H. Ali, Vincentius Djauhari, Tajuddin Nur, dan seabrek nama lainnya.

Gegara arek-arek menggelar aksi turunkan harga beras di era Soeharto akhire ditangkep lalu ditahan selama delapan bulan. Karena khawatir terseret-seret akhirnya DKS melepaskan BMS agar berdiri sendiri.

Awalnya aparat keamanan belum mengantongi nama are Bengkel yang terlibat demo. Lalu komandan Korem 084, Blegoh Sumarto nggak kehilangan akal, dia gunakan politik belah bambu. Dipanggilah Bambang Sudjiono, salah seorang peserta aksi. Dari pembicaraan setengah kamar, Blegoh berjanji sama BS, “jika mau ngasih nama temannya yang ikut demo, dia akan dijadikan anak angkat.”

Diakoni jadi anak anake lurah aja banggae masa’ala apalagi “bapake” komandan tentara? Lalu disodorkan sederet nama koncoe. Ada Sam Abede, Anang Hanani, MS Pribadi, dll. Tak berapa lama mereka dibui, juga BS. Tapi setelah bebas, sebagai “anak angkat” Blegoh, BS berani ontran² di hadapan para birokrat.

Siapa berani sama anake Blegoh? Tentara ngamukan, apalagi setelah Blegoh jadi ketua DPRD. Byuh… BS tambah sakti, nggak ada pejabat berani nolak proposale. Tapi konco²e sing didol, gethem² … Hamput!!

Wuakkkkkkkk ….

Rokimdakas
26 Januari 2025

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *