Dramatisme Hasto
Oleh: Dhimam Abror Djuraid
KEMPALAN: Babak pertama pertempuran terbuka Hasto Kristiyanto vs KPK (Komisi Pemberantasan Korupsi) berakhir 1-0 untuk kemenangan Hasto. KPK kalah gertak dan tidak berani menahan Hasto.
Setelah diperiksa 3,5 jam Senin (13/1), Hasto melenggang dengan senyum simpul penuh arti. Beberapa hari sebelum diperiksa KPK Hasto ‘’menggacor’’ tiap hari. Menyatakan siap melawan. Malah mengutip Bung Karno segala.
Hasto datang full show of force. Membawa bus besar 50 seat. Mirip bus yang dipakai tim sepakbola. Tidak tanggung-tanggung, katanya seribu pengacara siap membela Hasto.
Inilah pertunjukan penuh drama yang diorkestrasi dengan rapi oleh Hasto. Ia memainkan dramatisme (Kenneth Burke, 1954), lengkap dengan pentad, lima unsur yang ditampilkan; tindakan, adegan, agen, agensi, dan tujuan.
Akting pertama yang ditampilkan Hasto adalah dengan mendatangi KPK dengan kekuatan penuh. Adegan yang ditampilkan adalah rangkaian tindakan Hasto yang memprovokasi KPK. Hanya sehari menjelang diperiksa, Hasto tampil di atas panggung dengan celana pendek dan kacamata hitam. Ia berjoget bersama KPK (kelompok pecinta koplo) disaksikan ribuan massa.
Unsur lainnya adalah agen dan agensi. Agen adalah orang-orang yang memainkan adegan. Hasto sendiri menjadi agen dan aktor utama. Aktor pendukung yang menjadi agensi adalah para pengacara dan pendukung Hasto dari PDIP.
Unsur terakhir dalam dramatisme adalah purpose atau tujuan. Tidak ada lain tujuan dramatisme Hasto adalah untuk meloloskan dirinya dari penahanan KPK. purpose selanjutnya adalah membatalkan status tersangka.
Hasto memainkan adegan dengan sangat dramatis selama berhari-hari sejak ditetapkan sebagai tersangka. Hasto sangat meyakinkan. Mengutip Bung Karno, Hasto mengatakan akan melawan. Kalau sampai ditahan dan dipenjara Hasto akan bongkar semua skandal tinggi yang melibatkan Jokowi, keluarga, pejabat, dan kroni-kroninya.
Salah satu agen utama yang membuat dramatisme menjadi menegangkan adalah munculnya Conny Rahakundidi Bakrie, pengamat politik dan militer. Ia, kabarnya, punya jaringan internasional yang luas, sampai ke Rusia.
Hasto punya kesaksian dan bukti-bukti penting yang sudah disimpan dalam bentuk video. Untuk membuat dramatisme semakin memuncak Hasto menampilkan Conny yang menyatakan sudah menyimpan video-video rahasia itu di Rusia. Juga sudah dinotariskan supaya super-aman.
Publik dibuat kepo, penasaran, apa saja isi video itu. Berhari-hari menjadi spekulasi sehingga membuat isu utama kasus Hasto terpinggirkan. Wacana publik lebih fokus pada pembicaraan rahasia tingkat tinggi Jokowi dan gengnya, ketimbang membicarakan kasus Hasto.
Kasus Harun Masiku yang raib selama lima tahun minggir menjadi ‘’side show’’ pertunjukan sampingan. Hasto menjadi bagian penting dalam dramatisme Harun Masiku. Ia diduga menjadi agensi utama. Ia merintangi penangkapan Harun Masiku, dan memerintahkannya untuk menghilang. Begitu sangkaan KPK.
Skenario utama itu tertutup oleh dramatisme yang diciptakan Hasto. Conny memainkan peran dengan menyindir Iriana Jokowi yang akan terkena bom kalau videonya dibongkar ke publiik.
Bocoran pun dilepas di media sosial. Dokter Tifa, aktivis medsos menyebut adanya ‘’Terong Bu Lurah’’ yang katanya berisi fakta-fakta mengenai aktivitas mesum Bu Lurah.
Dalam unggahan itu disebutkan bahwa Bu Lurah terlibat dalam ‘’adegan terong’’. Ini adalah sebutan untuk adegan mesum. Disebutkan bahwa Bu Lurah bermain terong dengan 13 laki-laki.
Disebutkan bahwa selain doyan terong Bu Lurah juga suka bagi-bagi apem, kue tradisional Jawa. Apem Jawa Bu Lurah ini katanya dibagi-bagi dan dinikmati dengan tuangan wine di atasnya.
Tidak ada bukti kebenaran apapun yang bisa membenarkan informasi itu. Tapi, di dunia maya unggahan-unggahan yang spekulatif cepat berkobar dan menyebar. Netizen tidak butuh kebenaran untuk mendukung keyakinannya. Yang dibutuhkan adalah pembenaran terhadap keyakinannya. Netizen hidup di dalam ‘’echo chamber’’, kamar gaung, yang mendengar dengungannya sendiri.
Hasto memainkan dramatisme sejak turun dari bus sebelum masuk ke ruang KPK. Ia dikawal oleh agen-agen dengan menggunakan bus besar yang biasanya dipakai untuk mengangkut pemain sepakbola ke stadion.
Bus itu mirip dengan bus yang dipakai oleh penyidik KPK ketika mendatangi rumah Hasto di Bekasi. Ada dramatisme yang dimainkan oleh KPK. Menggeledah rumah kemudian keluar membawa kopor-kopor besar. Isinya katanya cuma flashdisk milik anak Hasto. Dramatisme penggeledahan ini sudah menjadi skenario tetap KPK dalam kasus apa pun.
Sampai di KPK Hasto langsung membuka dramatisme. Jumpa pers yang meyakinkan. Garang dan berapi-api. Menunjukkan kesiapannya untuk menghadapi penyidik. Siap untuk ditahan.
Tiga setengah jam berlalu. Hasto keluar dari ruang pemeriksaan. Dramtisme berakhir dengan happy ending. Mungkin tepatnya anti-kimaks. Entah apa yang terjadi di dalam ruang penyidikan. Mungkin Hasto membeber foto-foto Terong Bu Lurah.
Hasto keluar ruang pemeriksaan sebagai aktor dengan peran baru. Adegan berganti. Tidak ada pernyataan yang berapi-api. Tidak ada kutipan dari Bung Karno. Yang ada hanya senyum simpul Hasto penuh misteri. Ia berlalu. Lolos dari tahanan KPK.
Ada adegan yang berbeda. Beberapa waktu yang lalu di Kejaksaan Agung seseorang bernama Tom Lembong (Thomas Lembong) diperiksa sebagai tersangka. Ia tidak memainkan dramatisme. Tidak bus suporter. Tidak ada jumpa pers yang provokatif. Setelah diperiksa Tom Lembong langsung ditahan.
Ada lagi dramatisme Firli Bahuri. Adegan berganti-ganti, agen, dan agensi berubah-ubah. Ia ditengarai menjadi ketua KPK yang menyelewengkan kewenangan dan kekuasaannya. Ia disebut-sebut masuk dalam dramatisme Harun Masiku. Tapi Firli Bahuri menjadi agen yang sulit disentuh hukum.
Adegan lain terjadi di panggung politik besar. Kabar berembus Megawati menelepon Presiden Prabowo menjelang pemeriksaan Hasto. Publik hanya bisa berspekulasi mengenai isi pembicaraan.
Mega kemudian ikut main dramatisme. Dalam pidato yang panjang dan membosankan pada ulang tahun PDIP, Mega mengatakan hubungannya baik dengan Mas Bowo. Mega mengatakan PDIP tidak menjadi oposisi. PDIP mendukung Prabowo meskipun tidak masuk ke kabinet.
Episode selanjutnya adalah dramatisme di pra-peradilan. Banyak tersangka korupsi yang membawa KPK ke praperadilan dan kalah. Kali ini patut ditunggu adegan berikutnya: Gugatan Hasto dikabulkan. Status tersangka dibatalkan. Dramatisme berakhir. (DAD)
Editor: Nur Izzati Anwar (Izzat)
