Untuk Sedot Banjir Surabaya, Pemkot Kerahkan 25 Mobil PMK dan 30 Mobil DLH

waktu baca 4 menit
Dua unit mobil PMK sedang nyedot banjir di Jl. Raya Rungkut Menanggal pada 25 Desember pagi kemarin.(*)

KEMPALAN : Selasa sore 24 Desember kemarin, jelang Ashar saya terbangun. Sebabnya, mungkin kulit saya yang sudah banyak keriput tak dapat menahan hawa dingin.

Sementara, rasa pingin buang air kecil begitu kuat mendesak kantung kemih. Saya yang mulai tersadar –meskipun belum ‘ngeh’ benar– membayang di otak saya, jangan-jangan hari hujan.

Saat mata benar-benar terbuka, saya tengok jendela kaca yang ada di kamar belakang dimana tempat saya tidur, eladalah void di belakang rumah dicurahi air deras dari langit. Lho, benar kan, hujan…

Saya pun bangun malas-malasan. Tiba-tiba saya teringat : sore ini saat ambil hasil cetakan. Kalau gak diambil sekarang, keburu percetakan ditutup rolling door-nya. Padahal besok dan lusa libur 2 hari : natalan.

Wah, bisa-bisa saat launching buku baru saya ‘Seperti Obrolan Warung Kopi’ 27 Desember nanti, tak ada persediaan sama sekali. Stock buku saya di rumah sudah menipis, banyak yang beli via pesan japri WA.

Di tengah hujan lebat, mobil saya larikan ke arah timur ke percetakan.

Saat pulang dari percetakan, hujan masih turun, meski tak selebat sebelumnya.

Sampai saya melakukan aktivitas lainnya –bahkan sesudah mahgrib– masih saja hujan. Buset, sudah hampir 4 jam, hujan belum reda juga.

Sementara jalan depan rumah sudah seperti sungai kecil, tinggi genangan sekitar di atas mata kaki. Bunyi motor yang membelah “sungai” itu menambah suasana dramatik.

Sementara di Facebook maupun di grup-grup WA yang saya member, mengabarkan suasana Surabaya diguyur hujan deras lebih dari 4 jam.

“Rumah saya kemasukan banjir setinggi 10 cm,” tulis Mbak Martini di grup WA SMP Jayawarsa. Rumah beliau berada di kawasan Ploso Timur.

Sementara Hadidoyo di grup WA itu, mengirim foto luberan air di depan rumahnya di kawasan Penjaringan Sari, Rungkut.


Jelang jam satu malam, saya ‘ngelilir’. Saya buka pintu kamar tamu, langsung mengakses ke teras. Maksudnya untuk ngecek banjir tadi sore. Saya terkesiap, “sungai” itu permukaannya makin tinggi. Padahal sudah tidak hujan.

Pagi hari dekat subuh, saya pikir jalan depan rumah yang sudah jadi sungai, airnya pasti sudah surut. Ternyata tidak. Makin tinggi permukaan “sungai” itu, meski tidak sampai masuk rumah. Dari mana asal air ini, saya membatin.

Sepulang dari ambil keplek di toko alat-alat tulis dimana keplek akan dipakai sahabat-sahabat saya untuk membantu acara launching buku saya terbaru ‘Seperti Obrolan Warung Kopi’ 27 Desember di PWI Jatim — saya lihat “sungai” depan rumah mulai surut meski meninggalkan genangan di beberapa titik.

Rupanya ampuh juga 2 unit mobil PMK yang ngepos di Blok A (Jl.Raya Rungkut Menanggal) kawasan perumahan dimana kami tinggal, nyedot banjir di sekitar kawasan situ.


Nah, pas bangun tidur siang sekira pukul 14.30 pada 25 Desember, lagi-lagi lantaran kandung kemih saya sudah minta paksa dimuntahkan di toilet, terdengar suara keras dari void di sebelah kanan kamar dimana saya tidur. Hujan turun dengan derasnya.

Setelah dari toilet, saya bergegas ke teras. Biasa lah, untuk ngecek dampak hujan. Eladalah, jalan depan rumah sudah jadi “sungai” lagi. Bahkan luapan “sungai” tersebur airnya sudah menyentuh ujung teras, meski gak semuanya.

Baru musim hujan tahun ini, teras disentuh banjir, walau cuma di ujungnya, tapi sempat juga air menerobos pagar halaman dan menyentuh ujung teras dekat pagar itu. Padahal permukaan rumah saya, sudah ditinggikan hampir 1 meter.


Di grup WA RT kami, banyak warga yang mendokumentasikan suasana banjir “hari ke-2”.

“Banjir hari ini lebih parah dari kemarin,” tulis salah satu warga.

Mas Yudi ketua RT kami, memvideo suasana banjir di Blok A (Jl. Raya Rungkut Menanggal). Tadi pagi mobil PMK cuma 2 unit untuk nyedot banjir.

Sore 25 Desember sebagaimana video yang diunggah Mas Yudi, memperlihatkan 4 unit mobil PMK di situ untuk nyedot banjir yang lebih parah dari kemarin.


Sebagaimana pernyataan Walikota Surabaya Cak Eri Cahyadi, banjir di Surabaya tanggal 24 Desember lalu, dicoba diatasi dengan mengerahkan 25 mobil PMK dan 30 mobil dari DLH (Dinas Lingkungan Hidup) untuk nyedot banjir.

Banjir tahun ini disebabkan curah hujan tinggi, sehingga banyak menggenangi kawasan Surabaya Selatan dan Surabaya Timur. Hanya tidak disebutkan berapa mm angka curah hujan.

Cak Eri menambahkan, di salah satu rumah pompa, air mencapai ketinggian 180 cm. (Amang Mawardi).

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *