PSLI XIV Diikuti 230 Pelukis se-Indonesia
KEMPALAN: Hanya orang yang senantiasa konsisten, istikomah, yang bisa melaksanakan event besar sebagaimana di bawah ini. Pernah “bolong” sih — absen. Tapi itu karena terjadi pandemi Covid-19.
Bayangkan, (akan) 14 kali diadakan.
Nah, besok 8 November 2024, pukul 16.00, di hall Jatim Expo Jl. A. Yani 99 Surabaya, PSLI (Pasar Seni Lukis Indonesia) ke-14, akan dibuka oleh Penjabat Gubernur Jawa Timur Adhy Karyono.
Event ini akan berlangsung hingga 17 November 2024, dengan jam buka : 10.00 – 22.00.
Setiap kali diadakan PSLI, M. Anis Ketua Sanggar Merah Putih yang Direktur PSLI, senantiasa mengundang saya. Dan tiga hari lalu sosok yang pemimpin redaksi ngopibareng.com. ini, mengirim undangan digitalnya ke nomor WA saya.
Menurut Anis yang sudah menerbitkan dua buku kumpulan puisi tunggal, PSLI selain sebagai ajang temu pelukis, juga kolektor, galeri, art dealer, serta pemerhati dan pecinta lukisan dari berbagai daerah di Tanah Air.
“Sedikitnya PSLI tahun ini diikuti 230 pelukis,” kata Anis saat saya tanya via japri WA.
“Mereka teman-teman kita itu –para pelukis– datang dari Jakarta, Tangerang, Bekasi, Bandung, kota-kota di : Banten, Jabar, dan hampir semua kota di Jateng, Jatim, Bali, Lombok”. Juga ada yang berasal dari Kalsel dan Kaltim.
Mereka antara lain, lanjut mantan anggota Lembaga Sensor Film ini : Ismail (Bekasi), Amor (Tangerang), Mpu Haris (Mojokerto), Azam (Malang), Agus Wdodo (Semarang), Aries (Blitar), Tri Irianto (Banyuwangi), Daniel (Surabaya), dan masih banyak lagi.
Ditanya target transaksi PSLI XIV, “Kami tidak berani pasang target, karena hampir empat tahun sejak Covid-19, kita seperti menata ulang di semua lini kehidupan,” ujarnya.
Sehubungan dengan itu, menarik yang ditulis M. Anis pada editorial media Pasar Seni Lukis Indonesia :
Sesungguhnya para pelukis tak pernah mengeluh. Buktinya, tak ada pelukis yang menggelar seminar, secara online maupun offline, membahas apapun — misalnya tentang eko-sistem dalam seni lukis. Lantas merumuskan road map sebagai masukan untuk pemerintah.
Tidak ada pelukis yang muncul di layar televisi untuk menceritakan betapa sulit mereka sekarang, dalam hal apa saja. Namun, memang, dunia kesenian tak pernah gaduh. Tidak bising, bahkan cenderung hening. Tetapi tidak pernah diam. Mereka berkarya dalam senyap…
Bravo!
(Amang Mawardi).