Tetap Berdaya di Zaman Gila

waktu baca 3 menit
Pedagang di Tiongkok sedang memasarkan beragam pakaian secara virtual (*)

KEMPALAN: Peradaban manusia tak kenal lelah berlari, semakin hari semakin pesat langkahnya untuk mengimbangi persaingan super ketat, dan beragam perubahan berlangsung tanpa diduga. Dalam kondisi seperti ini bagi yang tak mampu beradaptasi dipastikan terjungkal akibat kehabisan napas mengejar lawan di tengah arus perubahan..

Orang-orang yang tak sanggup menempatkan diri di tengah dinamika zaman cenderung menyalahkan pemerintah, dianggapnya gagal mengurus rakyat. Sepertinya lupa bahwa sejak mereka lahir hingga nafasnya segera berakhir, hidupnya tergantung dari upayanya sendiri sementara pemerintah hanya sebagai fasilitator. Apakah fasilitas yang tersedia mampu diapresiasi? Pertanyaannya kembali pada kemampuannya beradaptasi maupun pembaharuan kapasitas masing-masing.

Kenyataannya, banyak dari mereka yang tertinggal dalam persaingan, baik di lingkaran domestik maupun global kemudian mencari pelarian dengan berlindung di balik agama. Agama dianggap sebagai harapan dan pegangan terakhir, khususnya dalam menghadapi ketidakpastian dan penderitaan.

Pandangan seperti itu kadang melupakan bahwa hidup adalah panggilan untuk memberdayakan diri secara kreatif. Seperti kata pepatah Jawa, “Urip iku kudu obah, ubet, akal”, yang berarti bahwa hidup itu harus bergerak, mencari peluang untuk menghasilkan uang. Dengan adanya pendapatan maka masalah kehidupan dapat lebih mudah diatasi, sekecil apapun yang diperoleh.

“Ubet” berarti ketekunan untuk mengasah kemampuan dalam menemukan peluang. Prinsip ini mendorong kita untuk tetap berdaya, tanpa memandang usia. Karena, menggantungkan seluruh harapan kepada anak-anak bukanlah solusi. Mereka juga tengah berjuang menata kehidupan untuk mencapai kemapanan.
Adapun “Akal” adalah semangat spiritual untuk tidak berhenti berinovasi. Kreativitas adalah kunci dalam menghadapi persoalan hidup.

PERGESERAN POLA
Perkembangan pasar di Tiongkok menjadi contoh yang patut dicermati. Para pelaku bisnis di sana tak lagi diam menunggu pelanggan datang. Mereka aktif memasarkan produk melalui media sosial, menjangkau konsumen di mana pun berada. Hal serupa terjadi di seluruh dunia, di mana pola belanja bergeser drastis dari toko konvensional ke platform daring. Di banyak negara, keluhan mengenai tutupnya mal dan toko fisik semakin sering terdengar. Fenomena tersebut sebagai bukti tentang pergeseran tren yang begitu kuat.

Di Indonesia, fenomena serupa tampak jelas. Banyak pusat perbelanjaan ditinggalkan oleh langkah “emak-emak berdaster” yang memasarkan produk dari rumah dengan ponsel. Kenyataan itu tak pernah nyangkut dalam imajinasi pada sepuluh atau lima belas tahun silam tapi sekarang menjadi bagian dari keseharian.

Generasi Z juga telah menunjukkan kepiawaiannya dalam menghasilkan pendapatan. Bahkan membangun kekayaan dari rumah melalui sistem reseller atau dropship produk-produk kuliner. Pola pikir generasi muda pun berubah seiring perubahan jagat.

Anehnya, sebagian masyarakat memilih untuk “bersembunyi” di balik agama dan berkata, “Jangan diperdaya oleh bujuk rayu dunia. Hidup ini hanya sementara. Akhirat yang lebih penting.”
Apa yang disampaikan seolah-olah bijaksana namun lupa akan adanya tuntutan hidup yang sekarang harus dipenuhi, di dunia ini bukan di akhirat. Saat gas elpiji habis, beras menipis, dan tak ada lauk di meja, “Apa yang Anda pikirkan?” Pertanyaan yang selalu diulang Facebook. Apa hanya bisa diatasi dengan hanya berdoa?. Bukankan setetes keringat lebih bermakna dari sejuta doa? Bukankah tindakan adalah perwujudan kata-kata?

Kehidupan ini memanggil untuk mengembangkan diri dan memanfaatkan peluang yang ada. Agama memberikan arahan dan nilai-nilai luhur tetapi manusia juga diberi kemampuan berusaha. Tidak baik selalu menyalahkan lingkungan, kondisi atau apapun karena diri inilah yang menjadi sentral. Terus sajalah beradaptasi secara kreatif, tekun, dan tabah agar tetap berdaya di zaman segila apapun. Di situlah nilai sejati berada.

Rokimdakas
Wartawan & Penulis
2 Nopember 2024

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *