Tak Ada Alasan Umat Kristen di Jakarta Tak Mendukung Anies Baswedan
Majelis Pusat Himpunan Warga Gereja Indonesia (MP HAGAI) melakukan silaturahmi ke DPP PKS, Rabu, 19 Juni 2024 sore. Silaturahmi tersebut dilaksanakan di Kantor DPP PKS, Jalan TB Simatupang, Jakarta Selatan.
Dalam silaturahmi tersebut, MP HAGAI menyampaikan aspirasi kepada DPP PKS agar mau mengusung Anies Baswedan di Pilgub Jakarta 2024. “Dari jajak pendapat maupun diskusi-diskusi masyarakat, khususnya umat Kristiani, kita mendapat satu kesimpulan bahwa yang layak untuk pemimpin DKI Jakarta adalah Bapak Anies Rasyid Baswedan,” kata Pendeta (Pdt) Shephard Supit kepada media.
Di kalangan umat Kristen di Jakarta, Pdt. Shephard Supit pernah mengemban jabatan Ketua Forum Komunikasi Kristiani Jakarta (FKKJ) dan masuk ke dalam kepengurusan PGI (Persekutuan Gereja-gereja di Indonesia) wilayah DKI Jakarta yakni sebagai Ketua 3 yang membidani Marturia. Pdt. Shephard Supit juga merupakan Gembala Sidang Gereja Bethel Indonesia (GBI) Jemaat Gereja Rakyat. GBI merupakan salah satu denominasi gereja Kristen beraliran Pentekostal karismatik yang dominan di Jakarta.
Meskipun Anies Baswedan pernah berkontestasi dengan Basuki Tjahaya Purnama atau Ahok, seorang Tionghoa beragama Kristen Protestan, rekam jejak cucu Pahlawan Nasional AR Baswedan selama memimpin Jakarta pada periode 2017-2022 itu menunjukkan Anies sangat memberi ruang bagi umat Kristen (Protestan, Katolik, dan semua denominasi-denominasinya) di Jakarta.
Jika bisa menilai secara objektif, mampu melepaskan diri dari stigmatisasi dan framing yang dilakukan buzzer selama ini bahwa Anies itu intoleran, garis keras, dan sebagainya, fakta rekam jejak Anies Baswedan selama memimpin Jakarta pada periode 2017-2022 justru berbicara sebaliknya. Pernyataan yang tidak benar harus digugurkan dengan kenyataan.
Faktanya, selama menjadi Gubernur Jakarta 2017-2022 Anies Rasyid Baswedan memberikan IMB kepada 55 tempat ibadah selama 2017- 2022, terdiri dari 3 vihara/kuil, 19 masjid, dan 33 gereja.
IMB yang dikeluarkan Pak Anies ini termasuk dengan gereja-gereja yang puluhan tahun IMB-nya tak berhasil keluar, yakni Gereja Katolik Damai Kristus yang akhirnya mendapatkan IMB setelah menunggu 35 tahun, Gereja Protestan di Indonesia Bagian Barat (GPIB) Pelita yang mendapatkan IMB setelah menunggu selama 40 tahun, dan Kuil Umat Hindu Etnis India Tamil yang akhirnya mendapatkan IMB setelah 65 tahun. Anies dengan berani dan tanpa mengindahkan risiko terhadap popularitas dan elektabilitasnya, mendekati warga setempat yang menolak keberadaan gereja-gereja tersebut, hingga akhirnya warga mendapat pemahaman dan izin gereja berhasil diberikan.
Kita sudah mahfum, bahwa di kalangan umat Kristen, izin gereja ini menjadi sesuatu yang sensitif bila berada di lingkungan sebagai minoritas. Sampai-sampai beberapa waktu lalu beredar meme, daripada izin tambang lebih baik izin gereja. Sudah bukan rahasia lagi, beberapa gereja besar di Indonesia ini, gedungnya yang megah tetapi izin IMB-nya bukan IMB tempat ibadah, tetapi IMB gedung pertemuan.
Selain itu, pertama dalam sejarah Jakarta pula, hanya di era Anies, lagu-lagu suka cita Natal ditampilkan di ruang-ruang publik Jakarta secara terbuka dalam event Christmas Carol: mulai dari stasiun MRT hingga Bundaran HI. Begitu pula bantuan operasional tempat ibadah (BOTI) juga diberikan kepada 1300-an lebih gereja di seluruh Jakarta bersama-sama dengan tempat-tempat ibadah lainnya. Jumlahnya sama antara yang diperoleh masjid, gereja, maupun tempat-tempat ibadah lainnya.
Anies kerap dikaitkan dengan keterbelahan selama pilkada Jakarta 2017. Padahal, kalau dirunut, ketidaksenangan umat Islam di Jakarta sama sekali bukan dipicu atau terkait dengan Anies. Tetapi akibat ucapan Ahok mengenai jangan mau dibohongi dengan ayat Kitab Suci Al Quran. Umat Islam yang meyakini Al Quran adalah kalimatullah yang langsung diturunkan oleh Allah tentu tidak senang mendengar ucapan tersebut.
Dalam keterbelahan yang sampai memunculkan kata-kata untuk tidak men-salat-kan pendukung Ahok itu, Anies-lah yang justru dengan berani menyatakan dengan tegas, kalau ada pendukung dari kubu yang berbeda yang tidak di-salat-kan karena arah dukungan politiknya, sayalah (Anies) yang akan men-salat-kannya.
Pun, orang-orang di sekitar tim Anies, sebagian di antaranya beragama Kristen. Misalnya, ada seorang anak pendeta, pemuda Papua asli telah belasan tahun menjadi asistennya Anies Baswedan. (*)
Freddy Mutiara, akademisi dan jurnalis di Surabaya, dibaptis di Gereja Bethel Indonesia (GBI) Jakarta.