Sekolah Bermutu yang Terjangkau
JAKARTA-KEMPALAN: “Ustadz, bisa minta tolong mencarikan guru ngaji untuk keluarga saya ? Tadi malam saat ada tamu berkunjung ke rumah, saya suguhi minuman beralkohol dengan kadar yang sangat kecil. Tiba-tiba cucu saya yang sekolah di SD Al Hikmah datang dan bilang. “Eyang, kata ustadz di sekolahku kita ga boleh minum minuman yg mengandung alkohol loh.” cerita salah seorang anggota DPRD yang cucunya sekolah di Al Hikmah Surabaya.
Mendengar kisah itu, saya jadi teringat saat mendengarkan ceramah usai sholat Subuh berjama’ah di Masjid Al Akbar Surabaya, tetiba ada seseorang yang menghampiri saya lalu menyapa. “Assalamu ‘alaikum ustadz Hamy. Saya donatur Yayasan Dana Sosial Al Falah sekaligus wali murid Al Hikmah.”
“Saya bisa ikut kajian dan pengajian Al Qur’an di Masjid Al Akbar ini disebabkan oleh anak saya yang sekolah di Al Hikmah dan alhamdulillah sekarang ia sudah hafal juz 29 dan 30. Saya jadi malu dan kemudian mengikuti pengajian Al Qur’an di sini.” sambung pria yang menjadi donatur setia YDSF itu.
“Tugas kita memperbanyak jumlah seperti kedua anak di atas, yang bukan hanya mampu memengaruhi kedua orang tuanya untuk menjadi lebih baik, tapi bahkan bisa mempengaruhi eyangnya. Kedua anak itu berpotensi menjadi agen perubahan pembangun peradaban.” ucap lelaki alumni ITS itu.
Bayangkan jika anak-anak dengan akhlak seperti itu mengikuti jejak kakak kelas mereka yang kuliah di kampus-kampus ternama di dalam negeri seperti UI, ITB, UGM, ITS, UNAIR maupun kampus ternama di luar negeri seperti University of Oxford, Harvard University, Toulouse University dan University of Edinburgh, untuk itu kita mesti memperbanyak sekolah Islam yang bermutu namun terjangkau oleh masyarakat.
“Sekolah bermutu ditentukan oleh kualitas guru, kepala sekolah, dan pengelola yayasan. Karena itu merekrut guru serta kepala sekolah yang amanah dan cerdas menjadi hal yang paling mendasar bagi sebuah sekolah bermutu. Adapun untuk sekolah yang bermutu tapi terjangkau diperlukan sayap bisnis atau badan dana yang mampu menyuntik separuh dari biaya operasional sekolah.” urai pria yang tetap energik di usianya yang sudah lanjut itu.
“Sebelum saya meninggal nanti, saya ingin meletakkan pondasi untuk lembaga yang akan membidani model sekolah yang bermutu dengan biaya yang terjangkau.” tutur pria bersahaja itu dengan mata berkaca-kaca.
“Setidaknya saya ingin ikut meletakkan batu bata pertama lembaga itu.” harap owner perusahaan Info Global tersebut.
(*) Drh. H. Hamy Wahjunianto, MM – Dosen STIE YAPAN