Politik Dua Kaki Aldi Taher

waktu baca 4 menit
Aldi Taher bersama Dewi Persik (ist)

KEMPALAN: Ada selebritas bernama Aldi Taher. Entah apa prestasi keseniannya yang menonjol. Yang jelas dia cukup sering muncul di pemberitaan media mainstream maupun media sosial seputar aktivitasnya yang menarik sensasi. Dia menikah singkat dengan Dewi Persik, selebritas yang memang beberapa kali kawin cerai. Dan sekarang dia bikin sensasi karena mendaftar sebagai calon anggota legislatif dari dua partai berbeda.

Aldi sedang bermain politik dua kaki. Fenomena ini menjadi hal yang lumrah bagi seorang politisi. Jangankan dua kaki, tiga kaki, empat kaki, maupun lima kakipun bisa dimainkan oleh seorang politisi. Meskipun secara harfiah kaki manusia cuma dua, tapi politisi bisa punya kaki lebih dari itu.

Dalam dinamika pemilihan presiden yang sekarang tengah berada pada tegangan tinggi, fenomena politik dua kaki sedang banyak dipertontonkan oleh para elite. Master atau pendekar dua kaki atau multi-kaki ini salah satunya ialah Joko Widodo. Manuver politiknya melompat-lompat kesana kemari, bukan cuma dua kaki, tapi bisa lebih banyak kaki.

Hari ini dia mengendorse seorang calon presiden, besoknya dia mengendorse calon presiden lainnya. Esok lusa dia bisa mengendorse calon presiden yang lain lagi. Tiga calon yang diendorse bisa dibuat bingung. Joko Widodo sendiri makin terlihat bingung dengan endorsement-nya yang melompat-lompat itu.

Permainan lompat katak kesana kemari ini menjadi praktik umum dalam jagat politik Indonesia. Para pemimpin partai politik yang ada di bawah komando Jokowi juga harus ikut melompat-lompat dua kaki dan tiga kaki mengikuti irama gendang tabuhan Jokowi.

Zulkifli Hasan dari PAN (Partai Amanat Nasional) dikenal paling setia mengikuti tari lompat kaki ala Jokowi. Ketika Jokowi mengendorse Ganjar Pranowo, Zulkifli Hasan pun cepat mengikutinya. Ketika Jokowi pindah ke lain hati, mengendorse Prabowo untuk memimpin koalisi besar, Zulhas menjadi orang pertama yang mendatangi Prabowo.

Sekarang, ketika Jokowi bimbang antara Ganjar atau Prabowo, Zulhas juga berancang-ancang untuk mengikuti langkahnya. Secara terbuka PAN mengatakan akan berkonsultasi kepada Jokowi sebelum memutuskan pilihannya. Terlihat sekali bahwa Jokowi sudah diangkat sebagai ketua MPP (majelis pertimbangan partai) informal oleh PAN.

Fenomena lompat kodok juga ditunjukkan oleh Sandiaga Uno. Dia sudah pamit keluar dari Gerindra dan sudah menjalin hubungan mesra dengan PPP (Partai Persatuan Pembangunan) yang—sebagaimana PAN dan Golkar–juga menjadi partai sekondan Jokowi. Sandi terlihat begitu bernafsu ingin menjadi pendamping Ganjar Pranowo sebagai wakil presiden.

Tapi dagangan PPP untuk menjual Sandi Uno kepada PDIP ditolak, karena Sandi Uno dianggap tidak layak jual. Sandi pun cepat mengantisipasi dengan melakukan lompat kodok pindah ke partai lain. Dia mulai membuat pernyataan dengan memuji-muji PKS (Partai Keadilan Sejahtera). Nama Sandi kemudian ganti dihubung-hubungkan dengan Anies Baswedan untuk mengulangi sukses pasangan ganda putra pada pilgub DKI 2017.

Fenomena ini menunjukkan bahwa partai-partai politik miskin kader—dan miskin anggaran—sehingga Sandi Uno seperti menjadi rebutan. Kemiskinan kader ini juga terlihat pada proses pendaftaran calon anggota legislatif. Banyak kader-kader cabutan yang muncul menjadi calon legislatif di berbagai partai.

Partai politik apapun sekarang berebut merekrut selebritas untuk dijadikan sebagai calon anggota legislatif. Maka para selebritas itu seperti menjadi rebutan partai politik. Banyak yang lompat dari satu partai ke partai lain.

Aldi Taher menjadi contoh terbaru politik dua kaki. Beberapa hari terakhir warganet heboh oleh cuplikan video wawancara Aldi Taher dengan TVOne. Dalam wawancara live di itu, Aldi Taher ditanya mengenai pencalonannya sebagai anggota legislatif dari dua partai berbeda.

Alih-alih menjawab dengan serius, Aldi Taher menjawab salam dari pembawa berita dan langsung menyanyikan sepotong lirik lagu Coldplay yang berjudul Yellow. “Assalamualaikum warrahmatullahi wabarokatu, shalom, om swastiastu, namo buddhaya, salam kebajikan. Look at the stars look how they shine for you,” begitu jawab Aldi Taher sembari menyanyikan lirik lagu Yellow dari band yang mau konser di Indonesia dan sedang menjadi kontroversi.

Aldi diketahui sudah mendaftar melalui PBB (Partai Bulan Bintang), tapi kemudian ia juga mendaftar melalui Partai Perindo milik taipan Harry Tanoesoedibjo. Aldi Taher kemudian ditanya mengenai alasan dirinya bisa mencalonkan diri sebagai caleg dari dua partai. Bukannya menjawab dengan serius, Aldi Taher malah berkata dirinya bingung mengenai hal ini.

Pembawa acara menyergah, “Kalau Aldi bingung, bagaimana kalau jadi wakil rakyat? Nanti bingung juga” Aldi spontan menjawab, “Emang mbak nggak bingung? Semua manusia bingung, di surga baru nanti nggak bingung.”

Jawaban yang tidak menyambung ini mendapat komentar beragam dari warganet, ada yang tertawan tapi lebih banyak yang prihatin. Kalau kualitas calon legislatif standarnya seperti Aldi Taher, bisa dibayangkan bagaimana nantinya kualitas DPR sebagai lembaga yang menjalankan fungsi checks and balances.

Pada bagian akhir wawancara Aldi mengatakan yang penting dia akan berjuang untuk Indonesia. Ia juga menyebut nama sang mantan istri Dewi Persik. “Kita sama-sama berjuang untuk Indonesia. Pokoknya I love you TV One, I love you Dewi Persik,” katanya.

Para pemilih di Indonesia harus bersiap supaya lebih teliti memilih calon legislatif yang bakal mewakilinya di DPR selama 5 tahun ke depan. Pun pula harus bersiap memilih calon pemimpin nasional yang diajukan partai politik yang bermain banyak kaki.

Kualitas para calon ini banyak yang tidak memenuhi standar. Tetapi, popularitas dan uang sering menjadi penentu kemenangan. I love you, Indonesia. ()

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *