Pilu, Ayah Korban Penganiayaan Santri Minta Pelaku Dihukum Setimpal

waktu baca 2 menit
Nasib (kanan) didampingi Kades Bulokagung menunjukkan foto anaknya .

BANGKALAN-KEMPALAN: Moh Nasib, hanya bisa mengenang masa-masa saat anaknya, BT, sebelum mondok di salah satu ponpes di daerah Campor, Kecamatan Geger, Kabupaten Bangkalan.

Pria kelahiran 1978 itu tak menyangka akan secepat itu kehilangan putra keduanya yang baru berumur 16 tahun.

“Saya masih ingat betul, ketika azan berkumandang, anak saya tak perlu disuruh untuk sholat, dia berangkat sendiri untuk berjamaah,” tuturnya saat ditemui dirumah kepala Desa Bulukagung, Kecamatan Klampis Kamis (9/3).

Nasib tak tahu pasti, apa yang dilakukan oleh anaknya sehingga teman sesama santrinya tega menganiaya putranya.

“Saya malah tahu anak saya kecelakaan itu, dari pak kades. Bukan dari pihak pondok,” imbuhnya.

Nasib mengatakan, Jika sang putra belum lama menimba ilmu di pondok pesantren itu, sebab baru Agustus lalu ia mengantar putra nya ke ponpes di daerah Campor Geger.

Kini ia hanya bisa berharap, pelaku penganiayaan terhadap putranya dapat dihukum setimpal.

“Sebagai orang tua kami tidak terima, kami berharap pelaku mendapatkan hukuman yang setimpal,” tutupnya.

Sementara itu Kepala Desa Bulukagung, Talhesul Murot menyayangkan kejadian penganiayaan terhadap almarhum BT ini, lepas tanpa sepengetahuan pengurus Pondok Pesantren.

“Harapan kami juga mewakili pihak keluarga, pelaku dihukum seadil-adilnya,” paparnya.

Diberitakan sebelumnya, seorang santri di Bangkalan diduga menjadi korban pengeroyokan sesama santri hingga meninggal dunia.
Pengeroyokan terjadi di salah satu pondok pesantren di Desa Campor, Kecamatan Geger Bangkalan.

Korban (BT) masih dibawah umur dan duduk dibangku kelas 1 SMA. (Moh Hasan)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *