“Anies, Kakekmu Itu Sahabat Ane. Jadi Ente Itu Cucu (Ane) Ya…” (Obituari Ridwan Saidi)
KEMPALAN: Ridwan Saidi, budayawan Betawi yang juga sejarawan, kemarin Minggu (25 Desember 2022) berpulang menghadap Ilahi. Setelah dirawat beberapa hari di rumah sakit karena pecah pembuluh darah. Sekitar 08.35 pagi kemarin, di usia 80 tahun, Babe Ridwan, biasa ia dipanggil, menghembuskan nafas terakhirnya.
Babe Ridwan Saidi, siapa saja yang mengenalnya menyebut ia punya kepribadian hangat pada siapa saja, termasuk pada orang yang baru dikenalnya. Jika bicara khas akan aksen Betawinya, dan tampilan dengan rambut agak panjangnya yang sudah memutih, yang ditutup dengan songkok hitamnya. Tak ketinggalan atribut beberapa cincin di jemarinya dengan ukuran cukup besar. Juga gelang akar bahar, selalu tampak nempel dipergelangan tangannya.
Jika bicara-berargumen, meski dengan nada keras dan mata melotot, selalu saja berakhir dengan canda khasnya yang ala-ala lenong Betawi. Dibarengi dengan tawanya yang berderai keras, memancing yang mendengar pun ikut terbahak. Tawa keras khas Babe Ridwan itu sudah tidak lagi bisa terdengar. Hanya tersisa kenangan saja tentangnya.
Pagi kemarin saat berita kepergiannya beredar luas di berbagai media, khususnya media sosial, semua kita terkesiap mendengar kabar kepergiannya. Seperti begitu cepat. Dalam hari-hari terakhir sebelum ia jatuh sakit, ia masih menghadiri beberapa undangan, dan tidak ada tanda-tanda ia akan berpulang. Masih tetap dengan canda khasnya. Beberapa potongan video beredar menampakkan aktivitas hari-hari akhirnya sebelum ia jatuh sakit.
BACA JUGA: Buya Hamka dan AR Baswedan: Sebuah Kesaksian Sejarah
Semua yang mengenal Babe Ridwan dengan baik atau akrab, pastilah punya kenangan yang kental tentangnya. Tak terkecuali Anies Baswedan. Saat masih sebagai Gubernur DKI Jakarta, entah berapa kali Babe Ridwan diundang ke Balai Kota, atau bahkan datang sendiri tanpa diundang, menemui Anies.
Babe Ridwan Saidi memang jadi teman diskusi Anies, khususnya yang menyangkut hal-hal yang bersangkut paut dengan unsur Betawi. Bahkan saat Anies mengabadikan nama tokoh-tokoh Betawi jadi nama jalan di Jakarta, itu juga dimulai dengan diskusi mengunduh masukan dari Babe Ridwan, siapa yang layak diabadikan jadi nama jalan.
Anies Baswedan pastilah kehilangan bukan saja kawan diskusi yang baik, tapi serasa kehilangan kakek keduanya. Ya kakek keduanya, itu jika melihat persahabatan Babe Ridwan dengan kakek Anies, AR Baswedan. Babe Ridwan acap menyebut dan memberi kesaksian tentang kepahlawanan AR Baswedan. Saat Pak AR Baswedan wafat di tahun 1986, sebuah artikel ditulisnya di majalah Panjimas, dan itu tentang kepahlawanan AR Baswedan.
Keakraban Anies dan Babe Ridwan bukan rahasia umum. Ungkapan keinginan “Anies pantas memimpin negeri ini, dan yang lain minggir”, itu jadi viral lewat video singkat yang beredar luas. Itu harapan Babe Ridwan Saidi, yang berharap Anies tidak dicukupkan di Jakarta, tapi bisa memimpin negeri ini. Biarlah takdir saja nantinya yang bisa menjawab keinginan Babe Ridwan itu.
BACA JUGA: Iri pada Mang Oded
Saat jumpa Anies, bahkan itu diulang berulang pada kesempatan berbeda, Babe Ridwan acap memulai perjumpaan dengan kalimat, “Anies, kakekmu itu sahabat ane. Jadi ente itu cucu (ane) ya,” sambil tertawa ngakak khasnya hingga mata tampak menyipit.
Kemarin Anies mengirim kenangannya itu di Instagramnya. Sebuah kenangan manis, yang tentu penuh kesedihan, saat itu diungkapkan. Kenangan indah yang dibalut dengan kesedihan.
Anies memang tidak tampak hadir di rumah duka saat jenazah disemayamkan, dan tidak tampak ikut mengantar jenazah ke tempat peristirahatan terakhirnya. Hanya ada karangan bunga atas namanya di rumah duka. Anies sedang di Solo menghadiri perkawinan anak sahabatnya.
Baru menjelang petang Anies sampai ke rumah duka, dan lanjut ke TPU Karet Bivak. Di pusara Sang Kakek, Ridwan Saidi, Anies tampak khusyuk panjatkan doa. Tampak kesedihan diraut wajah Anies, sungguh kehilangan luar biasa yang dirasakan. Hal yang sama tentu juga dirasakan sahabat Allahyarham lainnya.
Dan, saya yang tidak mengenalnya dengan baik, tentu hanya mampu mengingat tampilan luarnya saja dari seorang Babe Ridwan Saidi. Itu pun sudah cukup, dan yang paling tampak, itu tentang kesederhanaannya. Tampil apa adanya, tanpa perlu polesan “sederhana” dengan yang tidak sebenarnya. Selamat jalan Babe Ridwan Saidi, in Syaa Allah surga menanti… Aamiin. (*)
