Bambang Haryo Sayangkan Penggunaan Bandara Kertajati Tak Maksimal

waktu baca 2 menit

Jakarta – Anggota DPR RI periode 2014-2019, Bambang Haryo Soekartono menyayangkan Bandara Kertajati di Majalengka, Jawa Barat tidak dimaksimalkan penggunaannya sebagai bandara komersil. Padahal, fasilitas itu dibangun dengan anggaran Rp2,6 triliun.

Bandara yang berdiri di atas lahan seluas 1.800 hektar itu bahkan sempat vakum sekitar tiga tahun. Meski luasnya sama dengan areal Bandara Soekarno-Hatta saat ini.

“Berarti untuk Bandara tersebut telah dikorbankan areal lahan pertanian yang sebelumnya bisa menghasilkan sekitar 40.000 ton beras bila per hektarnya 8 ton untuk tiga kali panen,” katanya di Jakarta, Sabtu (26/11).

Ia menambahkan, hingga saat ini operasional Bandara Kertajati harus disubsidi rakyat Indonesia. Untuk biaya perawatan saja dibutuhkan dana sekitar Rp6 miliar dan Rp450 juta untuk listrik.

“Padahal bandara tersebut pemanfaatannya sangat minim untuk kebutuhan transportasi publik dan bahkan mendekati zero untuk pemakaiannya,” ujarnya.

Bambang juga menyayangkan penggunaan bandara untuk umroh mengalami pembatalan pada 7 November 2022 kemarin. Sedangkan pada 20 November 2022, hanya ada sekitar 45 orang jamaah umroh dari biro travel Al-Bahjah Cirebon.

Para jemaah itu terbang menggunakan satu pesawat Garuda yang sebelumnya telah terbang dari Bandara Cengkareng dengan telah membawa sekitar 200 jamaah umroh. “Ini tentu mengorbankan jamaah yang terbang dari bandara Soekarno-Hatta karena harus memutar melalui Bandara Kertajati,” ujarnya.

Menurutnya, Kementerian Perhubungan bisa memberikan pelayanan yang terbaik untuk transportasi publik. Apalagi untuk perjalanan ibadah menuju Tanah Suci.

“Bandara Kertajati harusnya tidak dikorbankan untuk ambisi pencitraan. Seakan-akan menggunakan Bandara Kertajati dalam jumlah banyak sekitar 200 lebih jamaah umroh dari wilayah tersebut,” tegasnya.

Ia mengatakan, seharusnya Kementerian Perhubungan memahami transportasi yang harus cepat, aman, nyaman, dan selamat. Sesuai dengan prinsip dari transportasi yang harus diterima oleh masyarakat.

“Apalagi saat 45 jamaah umroh lewat di Bandara Kertajati sebagian besar tenant tutup, stand yang buka hanya tiga yaitu CFC, Indomaret, dan minuman. Sedangan kebutuhan lainnya tidak tersedia seperti halnya pulsa, kartu telepon, dan lain sebagainya,” ucap Bambang.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *