Sepak Bola Jawa Timur Juara Porwanas 2022

waktu baca 3 menit
Tim sepak bola Jatim usai dinobatkan sebagai juara dan merebut medali emas Porwanas XIII 2022.

MALANG-KEMPALAN: Kesebelasan PWI Jawa Timur tampil sebagai juara dan merebut medali emas cabang olahraga sepak bola di Porwanas XIII 2022. Selain Jawa Timur, kesebelasan PWI DKI Jakarta juga ditetapkan sebagai juara bersama dengan alasan force majoer lantaran cuaca buruk, tetapi keputusan ini tidak diakui oleh kubu Jawa Tinur.

Pasalnya, meskipun diguyur hujan, tetapi saat itu kondisi Lapangan Kampus Universitas Negeri Malang, Jumat (25/11) pukul 13.45 WIB hingga kick off pukul 14.00 WIB, tidak tergenang air dan bola masih bisa jalan.

Namun, lima menit sebelum bertanding,  pengawas pertandingan memanggil perwakilan kedua tim dan sepakat pertandingan digelar dengan catatan bola masih bisa jalan dan wasit memimpin fairplay.

Tepat pukul 14.00 WIB, hujan juga belum reda dan petir semakin silih berganti menyambar tepat di atas lapangan pertandingan, serta terdengar keras. Panitia memutuskan untuk menunda pertandingan hingga kondisi memungkinkan.

Pihak DKI Jakarta setuju, tetapi kubu Jatim tetap ngotot minta digelar karena bola masih bisa jalan.
“Bola masih bisa jalan kok ditunda dengan alasan petir. Apalagi semua gedung yang berada di sekitar lapangan dilengkapi penangkal petir,” kata Suhadi, Asisten Pelatih Sepakbola PWI Jawa Timur dengan nada keras.

Protes keras juga dilancarkan Agustiar “Ucok” Batubara, Pelatih Sepakbola PWI Jatim. “Dalam sejarah saya main bola selama 20 tahun di Liga Indonesia, baru kali ini ada keputusan main bola ditunda karena alasan petir. Yang saya tahu, ditunda karena lapangan tergenang air dan bola tidak bisa jalan. Ini aneh,” kata pelatih yang semasa jadi pemain pernah membela Persebaya, Deltras Sidoarjo, Persela Lamongan, Pelita Jaya, Petrokimia Putra, Persiba Balikpapan, Barito Putra, dan Timnas Indonesia ini.

Namun, pengawas pertandingan tak menanggapi. Bahkan, tepat pukul 14.30 WIB, panpel
memanggil kedua tim dan memutuskan untuk meniadakan pertandingan dan tampil sebagai juara bersama.

Tapi, pihak Jawa Timur menolak dan tidak mau menandatangani berita acara. Sedang kubu DKI Jakarta sepakat dan langsung meninggalkan lapangan. Padahal, pukul 15.00.WIB hujan sudah reda dan tidak ada lagi kilatan petir.

Pihak panpel beralasan kalau pihaknya sudah menghubungi TD, dan pihak TD memutuskan juara bersama. Anehnya, dalam laporannya kepada TD, panpel menyebut pertandingan tidak bisa dilaksanakan lantaran kondisi lapangan tergenang air sehingga bola tidak bisa jalan, bukan karena petir.

“Kalau itu benar, berarti panpel telah berbohong dan bisa disanksi. Termasuk TD-nya yang tidak hadir di lapangan saat kejadian,” tegas Ucok.

Hingga penyerahan medali emas dilakukan, Ucok tetap tidak terima jika Jawa Timur dan DKI Jakarta diputuskan sebagai juara bersama. “Kalau force majoer kan bisa ditunda besok pagi atau setelah hujan reda. Apalagi waktu masih panjang, kick off jam 15.30 WIB pun gak masalah,” pungkasnya. (Dwi Arifin)

Editor: DAD

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *