George McT Kahin, Humas Republik Pembongkar Hoax Belanda

waktu baca 6 menit
George McTurnan Kahin bersama Presiden Sukarno dan Haji Agus Salim di Bangka tahun 1949. (Southeast Asia: A Testament)

Oleh: Rosdiansyah
Peneliti dan peminat kajian sejarah

KEMPALAN: George McTurnan Kahin, nama yang lekat pada Indonesia. Bukan hanya karena ia yang melahirkan “Modern Indonesia Project” di Universitas Cornell, AS, namun yang tak kalah pentingnya adalah kehadiran magnum opus “Nationalism and Revolution in Indonesia”. Karya peraih Bintang Jasa Pratama ini terbit tahun 1952, tujuh tahun setelah Proklamasi Kemerdekaan 17 Agustus 1945. Begitu terbit, buku ini menjadi dokumentasi terlengkap tentang jalannya revolusi di Indonesia 1945.

Dalam memoarnya bertajuk “Southeast Asia, A Testament” yang terbit tahun 2002, intelektual yang akrab disapa “Pak Kahin” itu mengulas pengalamannya di Indonesia secara reflektif dan mendalam. Dari 17 bab isi buku, ulasan tentang Indonesia mengisi sekitar delapan bab. Benar-benar luas pengalaman Kahin selama di Indonesia. Ia bergaul akrab dengan para pendiri bangsa Indonesia.

Peluangnya untuk ke Indonesia pertama kali terjadi saat ia mendaftar pada program pelatihan khusus angkatan darat AS setelah pengeboman Pearl Harbour. Program ini bekerja sama dengan kampus Universitas Stanford, AS. Tentu saja, Kahin muda sangat antusias.

Bersamanya, ada 60 sukarelawan terdaftar dalam program ini. Mereka harus belajar bahasa Indonesia, namun pada bulan kedua sampai ke delapan, para sukarelawan ini wajib belajar bahasa Belanda. Kelak, bahasa Belanda Kahin kian terasah hasil pergaulannya dengan Cornelis (Kees) van Mook, lulusan teknik kelautan putra dari H. J. van Mook, wakil gubernur jenderal. Van Mook cepat mengungsi ke Australia, tapi atasannya, Tjarda keburu ditawan Jepang.

Belakangan, Kahin yang saat itu berpangkat sersan baru mengetahui, perubahan materi dari bahasa Indonesia ke bahasa Belanda itu akibat permintaan intelijen Belanda kepada AS. Alasannya, pihak Belanda menengarai para sukarelawan dalam program rata-rata punya sikap antikolonial. Belanda khawatir, jika kemampuan berbahasa Indonesia para sukarelawan AS nanti akan memudahkan mereka berkomunikasi langsung dengan nasionalis Indonesia.

Kursus usai September 1944. Namun, tak satu pun peserta program yang kemudian dikirim ke Indonesia. Malah ada peserta program yang dikirim ke Italia, Kahin ke Prancis sekadar jadi penjaga kendaraan militer. Meski angkatan darat AS tak pernah mengirimnya ke Indonesia, Kahin tetap berminat besar mengetahui gejolak yang sedang terjadi di negeri khatulistiwa ini.

Ia memang tak hadir ketika Proklamasi Kemerdekaan 17 Agustus 1945 dikumandangkan di Jakarta, sebab ia baru tiba di Indonesia pada pertengahan 1948 dan menetap di Indonesia sampai pertengahan 1949 untuk riset doktoral. Akan tetapi, Kahin mampu memotret gejolak lapangan yang terjadi secara bagus.

Mengendarai jip tua berbendera AS, Kahin berangkat dari Jakarta menuju Jogjakarta pada bulan Agustus 1948. Ia mengisahkan perjalanannya ini dalam artikel bertajuk “Some Recollections and Reflections on the Indonesian Revolution” yang terbit dalam jurnal Indonesia tahun 1995.

Berkat bendera itu, ia melaju menerobos garis demarkasi antara pasukan republik dan balatentara NICA. Namun, saat Belanda menyerang Jogja, Kahin juga memasang bendera Indonesia disamping bendera AS di jip yang dikendarainya. Lalu, ia berkeliling ke wilayah yang dikuasai kaum republik.

Baginya, berkeliling dengan jip berbendera dua adalah lambang dukungan AS kepada pihak Indonesia. Pertemuan singkatnya dengan Jenderal Sudirman sangat berkesan. Kahin pun mengirimkan laporan-laporannya dari lapangan langsung untuk beberapa kator berita AS. Laporan Kahin membuat Belanda sewot, tapi sangat membantu kaum Republik.

Bahkan, artikel Kahin dalam jurnal Far Eastern Survey bertajuk “Dispatch from Indonesia.” yang terbit 24 Januari 1949 menjadi rujukan komunitas internasional guna mengetahui situasi di Indonesia. Dikisahkan, pada 3-4 dini hari Minggu, 19 Desember 1948, pasukan Belanda tiba di Jogja. Mereka memutus jalur telepon. Laporan pandangan mata Kahin begitu rinci.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *