Tiket Borobudur Lima Kali Lebih Mahal dari Angkor Wat

waktu baca 2 menit
Angkor Wat-Wikipedia

JAKARTA-KEMPALAN: Pada saat ini sudah mulai ada rencana untuk menaikkan tarif tiket Candi Borobudur untuk turis lokal dan turis asing.

Sebelumnya, harga tiket masuk Candi Borobudur untuk turis lokal berumur 10 tahun keatas dikenakan Rp.50.000 dan untuk yang berumur 3-10 tahun dikenakan Rp. 25.000.

Tambahan Bacaan: Polemik Turis Lokal harus Bayar Tiket Candi Borobudur Rp750.000

Kemudian untuk turis asing dikenakan harga Rp. 350.000 untuk dewasa dan Rp. 210.000 untuk anak-anak.

Namun, Borobudur merupakan kekayaan sejarah dan budaya Nusantara sehingga sudah mulai ada upaya pembatasan pengunjung—salah satunya dengan cara menaikkan harga.

Rencananya adalah bahwa turis lokal akan dikenakan Rp. 750.000 dan 100 USD (Sekitar Rp. 1,4 Juta)—namun untuk pelajar tetap dikenakan Rp.5.000.

Apakah kenaikan harga tiket Borobudur merupakan pilihan yang tepat jika membandingkannya dengan harga tiket di Angkor Wat?

Sebelumnya, bisa dikatakan bahwa Candi Borobudur sedikit kalah pamor dibandingkan dengan Angkor Wat.

Mantan Menteri Pariwisata Arief Yahya memberikan pernyataan bahwa pengunjung Borobudur hanya mencapai 10% dari pengunjung ke Angkor Wat.

Artinya adalah jika pada tahun 2018, Angkor Wat dikunjungi oleh 2,6 Juta Orang, maka Borobudur hanya dikunjungi oleh 260 Ribu orang.

Tetapi, jika harganya naik, maka tiket masuk Borobudur lebih mahal hingga lima kali lipat dibanding tiket masuk Angkor Wat.

Sebagai perbandingan, harga tiket masuk Angkor Wat dibagi menjadi tiga tipe yang dibagi berdasarkan hari kunjungan.

Yang pertama adalah kunjungan dua hari yang diberi harga 37 USD atau sekitar Rp. 530.000.

Kedua adalah kunjungan lima hari yang diberi harga 62 USD atau sekitar Rp. 900.000.

Kemudian yang ketiga adalah kunjungan 10 hari dan dikenakan 72 USD atau sekitar Rp. 1 Juta Rupiah.

Dengan melihat perbedaan harga tersebut, apakah rencana kenaikan harga untuk tiket masuk Borobudur merupakan pilihan yang tepat?

 

(MediaIndonesia/AngkorPhotography, Muhamad Nurilham)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *