Bu Suk Menuju Sudhi Wadani

waktu baca 3 menit
Sukmawati Soekarnoputri (ilustrasi Kempalan)

KEMPALAN: Inilah perjalanan spiritual panjang Bu Sukma atau biasa juga dipanggil Bu Suk, panggilan Sukmawati Soekarnoputri (anak ke-4 pasangan Soekarno-Fatmawati) mencari agama. Ia menjadi tidak puas dengan agama bawaan lahir, Islam, agama yang dipeluk bapak ibunya. Pencarian itu hak pribadi, yang tidak boleh orang mengusiknya.

Pencarian spiritual itu sudah cukup panjang dijalani. Bu Suk konon kerap hadir pada upacara keagamaan di pura-pura Hindu Bali. Tampaknya hanya waktu saja dia memutuskan untuk memeluk agama barunya. Momen saat usianya 70 tahun lalu jadi pilihan.

Tidak persis tahu apakah pernyataan dan puisi yang dibacanya saat lalu yang menghebohkan, yang mengusik dan menyakiti umat Islam, itu bagian dari proses pencarian panjangnya. Jika itu bagian pencariannya, tentu tidak perlu harus ia sampai menghina syariat Islam, yang karena ia tidak puas dan ingin ditinggalkan.

Bu Suk suatu ketika mempersamakan Nabi Muhammad dengan bapaknya Ir. Soekarno. Banyak tokoh Islam yang lalu mengingatkannya, agar ia belajar Islam dengan baik. Puisi yang dibuat dan dibacanya, “Ibu Indonesia”, membuat geger karena menghina syariat Islam.

Sejak kemarin Jum’at (22/10), berita Bu Suk yang akan menuju Sudhi Wadani viral di grup pertemanan WhatsApp. Sudhi Wadhani itu upacara ritual pindah agama. Dari agama semula, lalu memilih Hindu.

Konon, menuju Sudhi Wadani itu sudah lama pula dibicarakan dengan anak-anaknya juga dengan keluarga besarnya (kakak dan adiknya), dan semua menyetujui pilihannya. Tanpa izin keluarga sekalipun tentu tidak masalah, itu hak pribadi yang tidak harus meminta persetujuan keluarga segala. Apalagi Bu Suk sudah sepuh, yang tentu penuh perhitungan dengan pilihannya.

Hindu bukanlah agama asing buat keluarga Soekarno. Karena ibu Soekarno sendiri, Ida Ayu Nyoman Rai Srimben, adalah penganut Hindu. Jadi dalam perjalanan spiritual, Bu Suk ingin mengikuti agama leluhur dari jalur ayahnya. Sekali lagi, pilihannya itu sah-sah saja. Tidak perlu lalu harus dipermasalahkan akan pilihannya.

Prosesi ritual, melihat undangan yang beredar-tampak diviralkan, akan dilaksanakan di kawasan Sukarno Heritage Situs Cagar Budaya, rumah asal Ayu Nyoman Rai Srimben, jalan Mayor Matra, Bale Agung, Singaraja Buleleng. Pun pilihan tanggal 26 Oktober 2021, tanggal kelahiran Bu Suk ke-70 jadi tanggal penetapan ia berganti agama.

Bu Suk tentu bukanlah siapa-siapa jika ia bukan salah satu anak Soekarno, Presiden RI pertama. Maka ritual kepindahan agamanya dibuat seolah tampak sesuatu dengan woro-woro senegeri, padahal sama sekali tidak membuat muslim sesak nafas dengan pilihannya.

Bu Suk memilih agama barunya yang sudah dipersiapkan jauh hari, itu sebenarnya tampak dari ucapannya yang mengecilkan syariat Islam, yang lalu menimbulkan respons. Indikasi bahwa ia tidak nyaman dengan Islam, sebagaimana umat Islam pun tidak nyaman dengan lisannya yang culas.

Di beberapa grup pertemanan malah ada yang bersyukur atas rencana kepindahan agama Bu Suk itu. Setelah ditanya mengapa mesti bersyukur. Jawabnya, agar dia tidak lagi mengumbar lisannya menista syariat Islam, agama bapak ibunya. Tidak lagi berlindung merasa bagian dari Islam, yang bisa seenak mulutnya mengumbar narasi jahil.

Pencarian panjang spiritual Bu Suk kembali ke agama leluhurnya, Hindu, itu pilihannya. Tidak sedikit pun umat merasa kehilangan. Karena sudah lama Bu Suk itu hilang bersamaan dengan hilangnya ruh Islam dari hatinya. Tidak ada yang merasa kehilangan. Justru rasa syukur umat melepasnya. Serius, lho…! (*)

Editor: Reza Maulana Hikam

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *