Skandal Vaksin, Presiden Argentina Sebut sebagai Tindakan Tak Termaafkan
BUENOS ARIES, KEMPALAN: Setelah menteri kesehatan Argentina tersandung skandal vaksin COVID-19, Presiden Alberto Fernandez mengecam berbuatan tersebut sebagai tindakan “tak termaafkan”.
Dia membantu sebagian kecil orang untuk melompati antrian suntikan vaksin bahkan sebelum proses imunisasi nasional dimulai. Hal tersebut terungkap setelah salah satu wartawan lokal menerima tawaran vaksin setelah berbincang dengannya.
Media lokal melaporkan kantor kejaksaan telah membuka penyelidikan atas skandal vaksin.
Melansir dari Aljazeera, Gines Gonzales Garcia telah mengundurkan diri pada hari Jumat (19/2) setelah muncul laporan tersebut.
“Gines adalah pendeta yang hebat, dan yang terpenting saya menyukainya. Tetapi apa yang dia lakukan tidak bisa dimaafkan”, jelas Presiden Alberto Fernandez dalam sebuah wawancara dengan harian Pagina 12 yang diterbitkan pada Minggu (21/2).
“Politik itu etis, kita harus mengakiri jenis praktik ini, dengan budaya keaktifan, kecerdikan dan pengelolaan pengaruh Argentina,” tutur Fernandez.
Garcia menanggapi permintaan pengunduran diri dari presiden dengan memberikan pernyataan melalui akun twitternya.
“Menanggapi permintaan Anda, saya menyampaikan pengunduran diri saya dari jabatan menteri kesehatan,” tulis Garcia dalam surat yang ditujukan kepada Alberto Fernandez
Garcia digantikan oleh Carla Vizzotti, salah satu wakil menterinya yang telah mengamankan pasokan vaksin Sputnik V Rusia.
Vizzotti bersikeras pada hari Minggu bahwa “sama sekali tidak ada program imunisasi VIP”.
Dia mengatakan kepada Radio 10 bahwa skandal itu melibatkan “sejumlah kecil orang” dan bahwa tidak ada kebijakan “pemesanan vaksin”. Dia menambahkan bahwa ke depan, negara akan menerapkan rencana untuk memantau proses vaksinasi.
Argentina bukan satu-satunya negara di Amerika Latin yang menghadapi skandal vaksin virus corona, yang memicu kemarahan dan kebencian publik.
Menteri kesehatan dan luar negeri Peru mengundurkan diri bulan ini setelah muncul laporan bahwa ratusan pejabat pemerintah, termasuk mantan Presiden Martin Vizcarra, menerima suntikan sebelum vaksin tersedia secara luas.
Presiden sementara Peru Francisco Sagasti mengatakan pekan lalu bahwa 487 pejabat memanfaatkan jabatan mereka untuk diam-diam menerima suntikan awal.
Presiden Peru dan Argentina berharap dapat mengatasi skandal tersebut dan membangun kembali kepercayaan warga. (amf/aljazeera.com)
