Mamak Alhadad Gelar Kajian Bulanan Rutin Kitab “Ihya Ulumuddin”
SURABAYA-KEMPALAN: Malanjutkan Tradisi Keluarga, “Habib Bola” Muhammad Zein Alhadad mengadakan kajian bulanan rutin kitab “Ihya Ulumuddin” di rumahnya Jl.Kalimas Udik Surabaya, Kawasan Ampel, Selasa (6/1).
Kajian rutin ini sebelummya pernah digelar sebulan dua kali, yakni pada minggu pertama dan minggu terakhir. Namun, karena Mamak mengikuti kursus pelatih A Pro dan menangani tim sepak bola Jatim PON 2024 bersama Fachri Husaini, kajian yang diasuh Ustadz Muhammad Taufiq Barakbah ini dihentikan untuk sementara.
“Sebelumnya pengajian rutin ini saya gelar pagi hari, sebulan dua kali. Yaitu pada minggu pertama dan minggu terakhir, tapi mulai sekarang saya ubah sore hari,” kata Mamak, panggilan akrab Muhammad Zein Alhadad.
Alasan Mamak, kalau pagi banyak undangan yang tidak bisa hadir, terutama rekan-rekannya sesama mantan pemain sepak bola. “Ada yang ngantar anak sekolah, melatih sepak bola, dan lain-lain. Nah, sekarang saya coba sore hari,” terang Mamak.
Meski baru pertama digelar sore hari, Mamak bersyukur karena yang hadir lumayan banyak. Termasuk Ketua KONI Jatim Muhammad Nabil, jurnalis senior Dhimam Abror Djuraid yang juga mantan Ketua Harian KONI Jatim, serta Ferry Is Mirza, mantan jurnalis yang sekarang sibuk mengurusi biro perjalanan haji dan umroh.
Mereka berbaur dengan para habib dan beberapa mantan pemain sepak bola. “Biasanya mantan pemain bola yang hadir cukup banyak, tapi karena vakum cukup lama, banyak yang belum bisa hadir,” ujar Mamak.
Dia pun lantas menyebut beberapa nama seperti Yusuf Ekodono, Seger Sutrisno, Mustaqim, Yusman Mulyono, “Mbah” Winarno, dan ‘Mbah” Pipin.
Menurut Mamak, kajian rutin ini sudah menjadi tradisi digelar sejak kakek dan orangtuanya masih hidup. Namun, setelah ayahnya meninggal, ia sebagai anak lelaki tertua yang mewarisi rumah punya kewajiban untuk melanjutkan.
Maklum, ayah Mamak, Alm. Zein Alhadad, dikenal sebagai ulama yang sangat dihormati di kawasan Ampel. Bahkan, ketika makamnya dibongkar setelah dikubur beberapa tahun, jasadnya masih tetap utuh.
Mamak berharap, ia bisa terus melanjutkan kegiatan pengajian rutin ini sebagai warisan dari leluhurnya. Termasuk
menggelar acara haul yang sudah jadi agenda tahunan.
Yang menarik, setelah mengikuti kajian rutin selama sekitar 35 menit, dilanjutkan acara makan malam dengan “ngobrol bareng” bersama komunitas bolasambil menikmati nasi mandi dan kambing oven.
“Kajian rutinnya gak perlu lama, ngobrol barengnya perlu berjam-jam. Ini penting. Karena sekaligus silaturahmi,” tutur Mamak.
Dia menjamin, setelah makan nasi mandi dan kambing oven, pemain bola yang overlap baliknya nggak bakal naik becak atau jalan kaki. “Saya jamin pasti lari lagi,” katanya.
Mantan striker Niac Mitra dan Timnas Indonesia ini menambahkan, meskipun kini sibuk menggelar acara keagamaan, namun ia tidak bisa meninggalkan sepak bola 100 persen.
Berbekal pengalaman menangani beberapa klub besar dan sertifikat kepelatihan yang kini dipegang, Mamak tetap ingin mengabdikan diri sebagai pelatih sepak bola di klub Liga 1 atau Timnas.
“Sepak bola sudah menyatu dalam hidup saya, sehingga tak mungkin saya tinggalkan begitu saja. Saya ingin mengabdi dan memberikan yang terbaik untuk bangsa dan negara Indonesia,” ucap pelatih yang pernah menangani klub Assyabaab Salim Group Surabaya, Deltras Sidoarjo, dan Persija Jakarta ini.
Ketua KONI Jatim Muhammad Nabil menyatakan salut pada Mamak Alhadad. Menurut dia, dengan prestasi dan pengalaman yang dimiliki, Mamak sangat layak menangani klub Liga 1 bahkan Timnas.
“Ketika ditunjuk menangani tim sepak bola Jatim di PON 2024 bersama Fachri, ada yang meragukan kemampuan Mamak. Tapi buktinya, tim sepak bola PON Jatim tampil sebagai juara dan merebut medali emas,” tutur Nabil.
Sementara Dhimam Abror Djuraid menilai sebagai mantan striker yang haus gol ketika memperkuat Niac Mitra dan Timnas. Bahkan, ketika menjadi pelatih, prestasinya juga tidak mengecewakan.
“Saya kira Mamak masih sangat layak menangani klub Liga 1 di tanah air,” kata mantan Ketua Asprov PSSI Jatim yang kini aktif menggeluti dunia politik ini. (Dwi Arifin)