Editorial Kehidupan 3
KEMPALAN – Surprise !! Dan bikin hati saya berbunga. Kenapa? Karena membaca tulisan Amang Mawardi yang berjudul Segera Terbit Buku Karya Ferry Is Mirza. Terimakasih Cak Amang. Juga Pak Doktor Abror
Tulisan di kempalan.com berawal pada Kamis siang 2/1/25 Cak Amang lewat japri WA bilang mau menulis tentang rencana saya membukukan tulisan tulisan saya. Cak Amang bertanya ini dan itu terkait kehidupan pribadi saya.
Kemudian, saya jelaskan mulai dari A, B,C,D dan seterusnya. Hingga jadilah tulisan di kempalan.com yang langsung editornya Pak Doktor Abror.
Dari tulisan itu, ada yang kurang. Itu lantaran saya lupa memberitahu ke Cak Amang. Apa itu ?
Tentang tahun 1989 ketika saya hijrah dari rumah Jln Anjasmoro 44 ke Perumahan Griyasanta (GS) Malang.
Hijrah ke perumahan yang kini populer di kota Malang itu, menjelang bulan Ramadhan 1989.
Saat bulan suci Ramadhan, belum banyak warga yang mengawali tinggal di perumahan yang dibangun oleh developer PT Waskita Karya (WK) itu. Beberapa warga khususnya dari Blok A, B dan C sepakat menyelenggarakan sholat tarawih di Playground Blok B.
Dari sholat tarawih itulah antar warga saling kenal dan akrab. Dan di pertengahan bulan suci itu, warga berembug untuk membangun baitullah di perumahan.
Warga dari Blok A antara lain Hery Pratikto, Fatchur Rohman, Prija Djatmika, Ridwan Zaeni, Askar, Sumarsono, almarhum Hendro, Sumaryoto, Suryadi, almarhum Sidik, Sumeh, Nurahman, Didit dan Djoko.
Warga dari Blok B, almarhum Tohir, almarhum Ismail Novianto, almarhum Latif Fariqun, Dwi Winarno, Sudiarso, almarhum Koko, almarhum Rojikin, Bambang Sarisuko, Endro, almarhum Djoko, Uripan, Warsito, Aris Yakut, Dharma, Sunaryo, Sutopo, Iswan Nor dan Agusman.
Serta dari Blok C, Lukman Hakim, Fadholi.
Dari rembugkan antar warga untuk mendirikan masjid itu, penulis berinisiatif menghubungi Menejer PT WK almarhum Mujiono Mujito untuk menyampaikan amanah warga memohon lahan Fasum di sebelah Utara pintu gerbang untuk didirikan masjid. Alhamdulillah diijinkan dengan catatan direstui Pemkot Malang. Karena Fasum jadi kewenangan Pemkot.
Qadarallah Walikota Malang saat itu almarhum Soesamto penulis kenal dengan baik. Karena putra sulungnya almarhum Didik Rusdianto adik kelas penulis waktu kuliah di Jember. Begitu pula Rudi yang kini jadi pengusaha taksi Kendedes. Ijin pun disetujui dan Sekkota Malang waktu itu almarhum Maschut diminta untuk mendampingi.
Lantaran ada lampu hijau dari Pemkot Malang, warga mengadakan rapat di kediaman Lukman Hakim di Blok C. Lalu terbentuk pengurus Yayasan Masjid Ramadhan (YMR) yang dilegalitaskan di notaris almarhum Pramu Haryono SH.
Pengurus YMR sebagai Ketua Lukman Hakim, Sekertaris Ferry Is Mirza, Bendahara Hery Pratikto dan warga blok A, B dan C yang namanya tersebut diatas, merupakan anggota YMR.
Dengan legalitas itu, secara gotong royong dimulai pembangunan Masjid Ramadhan secara swadaya warga. Untuk pengecoran kolom dan slof waktu itu dibantu besi cor (uli) dan semen oleh almarhum Lucky Acub Zainal Ketum Arema FC.
Alhamdulillah kurang dari setahun berdirilah bangunan Masjid Ramadhan. Yang kini dikenal kaum muslim se Malang Raya dan luar kota. Sebab program kegiatannya rutin untuk menjaga ukhuwah, iman tauhid bagi ikhwan-akhwat dan remaja serta anak-anak warga GS khususnya juga umum.
Tahun 2004 selepas pensiun dini dari Jawa Pos, penulis mendapat amanah menjadi staf pribadi Wawali Surabaya Arif Afandi. Dan diberi kepercayaan jadii wakil menejer Persebaya mendampingi Indah Kurnia sebagai menejer. Sedangkan tim Persebaya waktu itu terdegradasi ke divisi satu dilatih oleh Jacksen F Tiago. Dengan pemain antara lain : Hendro Kartiko (keper), Bejo Sugianto, Mat Halil, Anang Makruf, Uston, Gonzales, Hamka Hamzah, Khairil Anwar (Pace), Mursyid Efendi, Rahel. Dengan pelatih dan materi pemain yang melegenda itu, Persebaya menjadi juara divisi satu dan kembali ke kasta divisi utama PSSI. (Ferry Is Mirza)