Bantuan Pemerintah untuk Komunitas Sastra dan Sastrawan: Rp 150 Juta, Rp 40 Juta, dan Rp 25 juta
KEMPALAN: Menurut saya, ini berita menarik, diunggah oleh Ibu Yulitin Sungkowati di laman fesbuk-nya. Siapa beliau? Yang jelas teman saya di fesbuk.
Saat saya mencoba lebih tahu tentang dirinya di Google, sepertinya seorang peneliti sastra. Dan menyiratkan intelektual.
Puluhan judul karya penelitiannya terpampang di Google.
Sahabat saya Zoya Herawati penulis novel, menjelaskan bahwa Ibu Yulitin berkarier di Balai Bahasa Provinsi Jawa Timur.
Dari postingan-postingannya, beliau saya kesankan sebagai sosok yang santun, cenderung hati-hati.
Pernah menjapri saya untuk melengkapi data Ismoe Rianto novelis berbahasa Jawa dan pengarang cerita cekak.
Sebagaimana saya ketahui, Mas Ismoe adalah pensiunan polisi. Pernah berkarir di Dispen Polda Jatim, dan ketua pertama grup diskusi sastra “Sanggar 6 Januari 73 Art” Surabaya.
Di sela kesibukan sebagai anggota Polri, Mas Ismoe (kini 82 tahun) rajin menulis cerita bersambung dan cerita cekak di majalah Panjebar Semangat dan Jayabaya. Juga di beberapa media dengan bahasa yang sama, terutama di Jawa Tengah.
Pada 15 Januari 2023, Suharmono Kasiyun, Toto Sonata, Wahyu Istianto, Budi Utomo, saya, dan sejumlah teman lainnya yang pernah bergabung dengan grup diskusi sastra ‘Sanggar 6 Januari 73 Art’, berkunjung ke rumah Mas Ismoe di Winongan, Madiun.
Iya, hampir lupa. Lantas apa postingan ditulis Ibu Yulitin yang saya anggap menarik yang saya baca di beranda fesbuknya 11 Juni 2024 ? Ini :
Selamat kepada para penerima Banpem (Bantuan Pemerintah – perpanjangan singkatan dari saya penulis berita) kategori Fasilitasi dan Penghargaan Perseorangan.
Dari Jawa Timur ada 7 komunitas sastra yang mendapat bantuan fasilitasi dan 11 pengarang yang mendapat penghargaan berkarya >50 tahun dan >40 tahun.
Komunitas sastra yang mendapat bantuan fasilitasi: Komunitas Kampoeng Jerami (Sumenep), Pelangi Sastra Malang (Malang), Dbuku Bakti Bangsa (Magetan), Sivitas Kotheka (Pamekasan), Yayasan Mataseger (Gresik), Komunitas Seni dan Budaya 3A (Bondowoso), dan Sanggar Sastra Triwida (Tulungagung).
Pengarang yang mendapat penghargaan: D. Zawawi Imron (Sumenep), Ismoe Rianto (Madiun), J.F.X. Hoeri (Bojonegoro), Suharmono Kasiyun (Sidoarjo), Hendro Siswanggono (Sidoarjo) : untuk berkarya lebih dari 50 tahun.
M. Amir Tohar/Aming Aminoedhin (Mojokerto), Tengsoe Tjahjono (Malang), M.Shoim Anwar (Surabaya), Sunarko Budiman (Tulungagung), Syaiful Anwar/Syaf Anton (Sumenep), dan Zoya Herawati (Surabaya) : untuk berkarya lebih dari 40 tahun.
Nah, postingan berhenti sampai di sini.
Lantas saya coba japri beliau. Jawabannya: untuk kategori Fasilitasi Komunitas Sastra setiap komunitas bisa beda besarannya, maksimum Rp 150 juta per komunitas.
Banpem ini diajukan dalam bentuk proposal oleh masing-masing komunitas setelah membaca pengumuman ke Pusat Pengembangan dan Pelindungan Bahasa dan Sastra, Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa, Kemdikbudristek, Jakarta.
Untuk kategori penghargaan perseorangan berkarya 50 tahun, mendapat Bapem sebesar Rp 40 juta – pph per orang dan untuk yang berkarya selama 40 tahun memperoleh Rp 25 juta – pph per orang.
Sedangkan untuk nama-nama sastrawan di atas, diusulkan ke pusat oleh Balai Bahasa Provinsi Jawa Timur.
Kegiatan ini, kata Bu Yulitin, merupakan program Pusat Pengembangan dan Pelindungan Bahasa dan Sastra, Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa, Kemdikbudristek, Jakarta. Dan sudah 2 kali diselenggarakan, dimulai tahun 2023.
Dari ‘chatting’ japri di WA dengan Bu Yulitin Sungkowati, baru saya tahu kalau beliau adalah seorang Widyabasa Madya.
Lebih lanjut dijelaskan, para penerima yang tidak terkendala kesehatan akan diundang ke Jakarta untuk penandatanganan dokumen. Dimana pada tanggal 23 – 28 Juni 2024 mereka akan mengikuti semacam “workshop” (untuk tidak mengatakan ‘pembekalan’ – tambahan dalam kurung dari penulis berita).
Sedangkan yang terkendala akan didatangi team dari pusat.
Para penerima dari daerah lain untuk kategori perseorangan, sekilas di Google saya baca nama-nama: Aam Amilia, Ahmad Tohari, Bambang Widiatmoko, Dinullah Rayes, dan Fanny J. Poyk. Tentu masih banyak lagi, karena Banpem ini bersifat nasional.
Kepada novelis Zoya Herawati dan penyair Aming Aminoedhin sahabat-sahabat saya, masing-masing saya japri ke nomor WA-nya: Aku gak minta bagian. Aku gak pingin utang. Tapi kalau ditraktir gak nolak.
Selamat !
(Amang Mawardi).
