Herry Lamongan Ngemong Kostela
OLEH: Aming Aminoedhin
KEMPALAN-LAMONGAN: LELAKI yang pembawaannya kalem, dan ketika tampil baca puisi di berbagai acara sastra selalu bertopi itu bernama Herry Lamongan. Ia adalah seorang penggurit yang sekaligus penyair dengan memakai nama pena/sesinglon Herry Lamongan. Sebenarnya nama aslinya Djuhaeri. Lahir di Bondowoso, 8 Mei 1959.
Memulai menulis puisi dengan serius dalam bahasa Indonesia dan Jawa, sejak 1983. Meski jarang, juga menulis cerpen, cerita anak, dan artikel budaya. Karya-karyanya pernah dimuat dibanyak media cetak. Herry pernah mengelola buletin sastra sayap dan bergiat dalam Himpunan Penulis Pengarang dan Penyair Nusantara (HP3N).
Pernah pula mengasuh rubrik sastra Tabloid Telunjuk, menjabat devisi sastra Dewan Kesenian Lamongan. Sekarang berproses kreatif bersama Kostela (Komunitas Sastra Teater Lamongan) lewat kegiatan Candrakirana.
Bahkan komunitas ini, Kostela, sudah pernah mendapatkan Hadiah Sutasoma 2022, dari Balai Bahasa Jawa Timur sebagai komunitas sastra terbaik di Jawa Timur. Mereka tidak tidak hanya berdiskusi sastra saja, tapi juga menerbitkan buku-buku sastra.
Candrakirana, sebuah kegiatan untuk pertemuan diskusi sastra antaranggota Kostela, dan kalangan penyuka sastra di kota Lamongan itu. Kegiatan sebulan sekali di bulan purnama tersebut, sudah jalan 180-an kali pertemuan. Sungguh betapa panjangnya kegiatan diskusi sastra itu tetap bisa berjalan. Salah satu pamomongnya itu adalah Herry Lamongan, sebab ia ngemong atau mau memberikan saran dan kritik kepada anak-anak muda bersastra. Sedangkan tokoh-tokoh lain yang ikut jadi seniornya, ada nama: Sutardi RM, Sariban, Pringgo HR, Bambang Kempling, Ahmad Sauqi Sumbawi, Rodli, Alang Khoirudin, S. Jai. serta banyak lagi.
Bersama Kostela, selepas tampil di RB Kalimasada Blitar. Herry Lamongan bertopi berada di tengah. (Foto: AmAm).*
Kembali bicarakan tokoh sastra yang satu ini, Herry Lamongan, tahun 1989 dinobatkan sebagai penulis puisi terbaik bersama sembilan penyair lain oleh Sanggar Minum Kopi Denpasar. Juara 1 geguritan 1995 versi Sanggar Sastra Triwida Tulungagung. Buku puisinya “Ibukota Bahasa” dinobatkan sebagai juara 3 Nasional dalam Sayembara Menulis buku puisi anak 2008.
Juara 3 menulis artikel Untukmu Guruku Jawa Pos 2009 atas artikelnya “Bijak Merespon Kegagalan”. Juara 1 Nasional dalam lomba penulisan buku pengayaan kepribadian bidang puisi anak SD/MI 2012 untuk buku puisi “Langgam Kesabaran.” Herry juga sering diundang baca sajak atau mengikuti kegiatan baca puisi dan sastra di berbagai kota. Diundang Gapena Malaysia dalam Hari Puisi Malaysia 2004.
Hingga sekarang ia tetap kerasan tinggal di kota alit Lamongan sebagai pensiunan guru Sekolah Dasar, dan tetap akan setia menulis sastra Indonesia serta bahasa Jawa. Sebab kata dia, Herry Lamongan, akan terus menulis sajak sebagai kesaksian yang sederhana atas kehidupan di dunia ini.

Buku puisi yang ditulisnya berbahasa Indonesia dan Jawa sangat banyak, apalagi yang terkumpul bersama kawa-kawan penyair lainnya. Sekadar mengingat saja, karena banyak yang lupa, ada buku puisi: Malsasa, Malsabaru, Gresa Mamoso, Dendang Kecil Jalan Sunyi, Latar Ngarep, Moh, Guritan Wah dan banyak lagi. Baca puisi juga di berbagai tempat, sebut saja: Balai Pemuda Surabaya, Dewan Kesenian Surabaya, Rumah Budaya Kalimasada, dan banyak lagi. (*)
Editor: DAD
