Didukung Koalisi Perubahan, Pertanda Oligarki Bisa Dikalahkan!
KEMPALAN: Tahun 2023 akan menjadi tahun tahun berat bagi Anies, karena ditahun itu kecemasan dan ketegangan istana dan oligarki akan semakin meningkat. Dampak dari ketegangan dan kecemasan itu akan menjadikan istana dan oligarki semakin meningkatkan tekanannya kepada Anies dan partai – partai yang mengusungnya.
Tekanan demi tekanan yang sebelumnya sudah berjalan, dan dirasa mereka tidak mampu menggoyahkan, tentu akan membuat mereka akan semakin menambah dosisnya. Bukan tidak instrumen kekuasaan akan dimanfaatkan secara maksimal untuk menggagalkan Anies dan partai pengusungnya melenggang ke istana.
Tanda – tanda kearah sana sudah semakin telanjang dan terlihat, pernyataan ketua KPU bahwa presiden yang dipersiapkan adalah Ganjar – Eric, pernyataan ketua Bawaslu yang mengatakan Anies mencuri start kampanye, pernyataan ketua KPK yang ngotot mempersoalkan Formula E, larangan perizinan kepada Anies diberbagai tempat sebagaimana yang terjadi di Aceh dan bisa ditebak di tahun 2023 akan semakin keras dan semakin meningkat.
Tekanan tak hanya kepada Anies, tapi juga dialami oleh Partai Nasdem dan bakal calon koalisi perubahan serta para relawan yang mengusung Anies menjadi bakal calon presiden. Ancaman istana yang akan meresuffle para menteri yang berasal dari Nasdem, tudingan kepada ketua partai Nasdem, Surya Paloh sebagai orang yang berkhianat kepada partai koalisi pemerintahan dan serta prediksi survey pesanan yang mengatakan bahwa partai Nasdem mengalami penurunan elektoral pasca pencalonan Anies serta akan mungkin akan ada adu domba Partai Nasdem dengan partai calon koalisi perubahan, PKS dan Partai Demokrat.
Hal yang sama sudah terjadi pada Ketua Dewan Pimpinan Daerah Relawan Rumah Gadang Sumatera Barat Haji Idris Sanur, diserang orang tak dikenal dirumah kediamanya jalan Pelajar Tarok, Kecamatan Aur Birugo Tigo Baleh (ABTB), Kota Bukitinggi, Senin 2/1-2023. Beliau dilukai oleh tiga orang tak dikenal. Tentu hal ini bisa dipahami sebagai bagian dari teror agar orang menjadi takut dan mundur untuk mendukung Anies.
Nampaknya istana dan oligarki salah perhitungan, teror dan intimidasi yang mereka lakukan tak membuat surut partai pendukung dan relawan Anies. Partai Nasdem justru menanggapi tudingan berkhianat dan ancaman reshuffle dengan santai dan logika yang menghujam. Gus Choi dengan lugas dan santai menjawab tudingan bahwa Anies melawan pemerintah pusat, justru dibalik olehnya, justru pemerintah pusatlah yang sering menjegal kebijakan Anies. Terhadap tuduhan bahwa Anies intoleran, Gus Choi justru bertanya apakah ada rekam jejak Anies yang mendiskriminasi, Anies tidak adil kepada kelompok minoritas. Pertanyaan pertanyaan dan logika Gus Choi tak mampu dijawab dengan baik oleh istana dan para buzzernya. Inilah yang menyebabkan istana dan oligarki semakin cemas dan ketakutan akan hilangnya dominasi kuasa menjarah uang negara.
Bahkan ancaman reshuffle yang dikobarkan oleh para buzzer dan relawan Jokowi agar menteri – menteri dari Partai Nasdem dijawab dengan prestasi yang memuaskan, sambil mengatakan Partai Nasdem akan selalu dukung Jokowi sampai Oktober 2023, disaat pendaftaran capres dan cawapres dilakukan. Ini menandakan bahwa Partai Nasdem adalah kawan setia dan kritis. Terkesan juga reshuffle yang akan dilakukan oleh Jokowi adalah sesuatu yang ditunggu – tunggu oleh Partai Nasdem. Karena hal ini akan lebih mempertegas sikap Partai Nasdem terhadap pemerintahan Jokowi.
Sikap Partai Nasdem, dan bakal koalisi perubahan serta para relawannya yang seperti sudah tak ada rasa takut dan bersemangat untuk segera melakukan perubahan, menjadikan mereka merasa satu perjuangan, satu perasaan, semangat berjuang untuk mengantarkan Anies menuju istana semakin membara. Apalagi melihat sambutan rakyat dimana mana begitu antusias terhadap kedatangan Anies.
Bagi mereka tak ada lagi kata kalah melawan oligarki, bahkan siapaun yang bersama oligarki dan kuasa jahat hanya ada dua pilihan, bergabung bersama barisan perubahan atau akan dilawan.
Semangat Partai yang tergabung dalam koalisi perubahan beserta para pendukung Anies ini mengingatkan kita pada perjuangan para pendiri bangsa yang tak pernah mau kompromi terhadap pemerintahan Belanda yang menjajah Indonesia saat itu. Merdeka atau Mati adalah pilihan perjuangan yang dilakukan.
Bagi relawan dan para pendukung Anies, menjadikan Indonesia terbebas dari penjajah oligarki tak ada pilihan kecuali mereka menyerah bergabung dalam barisan perubahan ataukah mereka dilawan dan menunggu hukuman rakyat.
Bersyukur reaksi partai Nasdem, PKS dan Demokrat, serta para relawannya tenang, dan terukur, sehingga provokasi – provokasi buzzer dan oligarki tak mempan memporak porandakan kekompakan semangat perubahan yang diusung.
Tak ada yang abadi didunia ini kecuali perubahan itu sendiri, saatnya perubahan kita dorong agar segera menjadi kenyataan. (*)
Editor: DAD
