Annus Horribillis
KEMPALAN: ANNUS horribillis adalah ungkapan latin untuk menggambarkan tahun yang penuh peristiwa suram atau bahkan peristiwa yang mengerikan. Ungkapan itu kali pertama dipakai oleh Vatikan pada 1891 ketika mengumumkan konsep infalibilitas kepausan. Dengan konsep ini Paus dianggap terlindung dari berbuat kesalahan. Dalam istilah Islam infalibilitas disebut sebagai ‘’ma’shum’’, terlindungi, Nabi Muhammad mempunyai kualitas ‘’ma’shum’’ dari perbuatan dosa dan tercela.
Ungkapan annus horribilis populer dan viral ke seluruh dunia pada 1992. Ketika itu Ratu Elizabeth II (1926-2022) dari Inggris memberikan pidato rutin akhir tahun. Pada saat itulah Elizabeth menyebut 1992 sebagai annnus horribillis, tahun kesuraman dan kesedihan.
Disebut demikian karena banyak tragedi yang terjadi di lingkungan monarki Inggris. Yang paling mencolok adalah perceraian yang terjadi pada anak-anak Elizabeth. Pangeran Charles bercerai dari Putri Diana. Pangeran Andrew pisah dari Sarah Ferguson, Putri Anne bercerai dari Kapten Mark Phillips.
BACA JUGA: King Pele
Selain itu ada banyak peristiwa ekseternal yang menambah kesuraman. Istana Windsor yang menjadi salah satu istana kesayangan Elizabeth terbakar. Kemudian pada tahun itu Mauritania, salah satu negara anggota persemakmuran yang terletak di Afrika Timur, menyatakan merdeka dan mencopot gelar Elizabeth sebagai kepala negara dan menggantikannya dengan seorang presiden.
Dalam sejarah Islam juga dikenal adanya ‘’Amul huzni’’, tahun kesedihan. Nabi Muhammad mengalami kesedihan yang mendalam pada tahun 619 karena wafatnya orang-orang yang dicintainya, yaitu sang istri Siti Khadijah dan sang paman Abu Thalib.
Siti Khadijah menemani Nabi Muhammad seama 25 tahun, memberinya beberapa anak perempuan dan menyokong perjuangan dakwah Nabi dengan harta dan pengaruhnya. Siti Khadijah menjadi wanita pertama yang beriman kepada Rasulullah setelah menerima wahyu pertama di Gua Hira. Khadijah mendapat julukan sebagai ‘’Ummul Mu’minin’’ ibu segenap orang-orang yang beriman. Kepergian Siti Khadijah benar-menar memukul Nabi Muhammad.
Tidak berselang lama, Abu Thalib menyusul wafat. Paman Nabi ini menjadi pelindung, yang memberi proteksi terhadap Muhammad dari persekusi kaum kafir Quraisy. Sebagai kepala Bani Hasyim, Abu Thalib sangat disegani oleh semua kabilah di Mekah. Dengan perlindungan Abu Thalb tidak ada orang yang berani mengganggu Nabi Muhammad. Kepergian Abu Thalib membawa kesedihan yang mendalam bagi Nabi Muhammad.
Tahun itu dikenang sebagai tahun kesedihan. Tetapi Allah kemudian memberi hiburan kepada Nabi Muhammad dengan mengundangnya untuk bertemu di Sidratul Muntaha. Maka pada tahun itu Nabi Muhammad mengadakan perjalanan spiritual yang dikenal sebagai ‘’Isra’ Mi’raj’’. Perjalanan pada malam hari dengan dua etape dari Mekah menuju Masjidil Aqsa di Palestina, dan kemudian Mi’raj naik ke langit untuk bertemu dengan Allah.
BACA JUGA: Pemilu Kardus
Hari ini kita berada pada pengujung 2022. Sangat banyak peristiwa buruk yang terjadi sepanjang tahun yang membuat situasi menjadi suram. Tetapi, di sisi lain ada juga peristiwa yang menciptakan optimisme dalam menyambut tahun yang baru.
Tepat pada akhir tahun, Indonesia mengumumkan pencabutan PPKM (pemberlakuan pembatasan kegiatan masyarakat) yang menandai akhir dari siaga pandemi yang sudah berlangsung selama 3 tahun terakhir. Dengan pencabutan PPKM Indonesia secara resmi menyatakan lepas dari siaga pandemi. Hal ini disambut dengan suka cita, tetapi juga dengan kewaspadaan yang membawa waswas.
Pandemi Covid-19 telah memporakporandakan dunia internasional. Ketika sains dan teknologi berkembang membawa manusia kepada kemakmuran dan kesejahteraan, muncul virus kecil yang membuat seluruh dunia tunggang langgang. Terbukti bahwa sistem kesehatan dunia tidak siap menghadapi serangan tidak terduga itu.
Tahun-tahun pandemi membuktikan betapa rapuhnya pertahanan dunia dari serangan virus kecil itu. Serangan itu sekaligus membuktikan bahwa masyarakat internasional tidak mempunyai mekanisme baku untuk mempertahankan dirinya sendiri. Setiap negara mempunyai caranya sendiri untuk menghindari bencana. Tidak ada komando tunggal yang bisa menjadi panutan. Amerika Serikat, Eropa, dan Tiongkok, tiga kekuatan besar internasional, tidak berdaya menghadapi serangan pandemi.
BACA JUGA: Cuaca Ekstrem
Organisasi kesehatan dunia (WHO) mengumumkan bahwa pandemi telah menelan korban jiwa lebih dari 16 juta jiwa di seluruh dunia. Amerika Serikat yang diharapkan berada pada garda paling depan melawan pagebluk ternyata malah menjadi korban yang paling parah. Tiongkok, yang menjadi titik awal penyebaran virus, tunggang langgang dan dilanda kepanikan masal.
Serangan virus ini membuat masing-masing negara mencari selamat sendiri dan tidak peduli terhadap keselamatan orang lain. Filosof Slavoy Zizek yang berpaham kiri menertawakan negara-negara kapitalis global yang kehabisan akal menghadapi pagebluk. Kapitalisme global yang bertumpu pada individualisme dianggapnya gagal menghadapi pandemi. Zizek pun menegaskan bahwa sekaranglah saatnya dunia internasional beralih memeluk ideologi sosialisme internasional dengan bersatu padu melawan pagebluk.
Teknologi kesehatan dunia akhirnya bisa menemukan vaksin penghalau pandemi. Tesis Zizek terbantahkan sekali lagi. Kapitalisme global kembali membuktikan bahwa dia mempunyai mekanisme internal yang bisa membebaskan dirinya dari kesulitan. Itulah sebabnya kapitalisme bisa tetap bertahan hidup, sementara komunisme sudah ambruk sejak 1990-an ketika Uni Soviet dan sekutu-sekutunya bubar.
BACA JUGA: Sukadiono Atau Tidak Suka-diono
Kapitalisme global bisa dengan cepat menemukan vaksin yang kemudian diproduksi secara masal dan didistribusikan ke seluruh dunia. Dalam sejarah ilmu kesehatan, penemuan vaksin membutuhkan waktu panjang sebelum dinyatakan layak untuk dipakai. Tetapi, kali ini dunia kedokteran modern membuktikan bahwa vaksin bisa ditemukan dalam hitungan bulan.
Kapitalisme global bisa lolos dari resesi besar pada 1930-an dengan munculnya resep Keynes. Ketika dunia hampir bangkrut karena resesi, muncul John Maynard Keynes, ekonom Inggris, yang menyarankan pemerintah mengeluarkan anggaran besar untuk menggerakkan ekonomi dan membantu rakyat yang kelaparan. Kapitalisme selamat dengan mengadopsi cara sosialisme yang melibatkan peran negara untuk mengatur ekonomi.
Kali ini dunia selamat dari ancaman pandemi. Tapi, segera muncul ancaman yang nyata dalam bentuk perang Rusia melawan Ukraina. Perang sudah berlangsung hampir setahun, tetapi tidak ada penyelesaian yang komprehensif. Dunia punya PBB (Perserikatan Bangsa Bangsa), tetapi tidak ada artinya. PBB hanya menjadi kepanjangan tangan negara-negara Barat pemenang Perang Dunia Kedua, dan tidak punya gigi menghadapi negara penentang Barat seperti Rusia.
Perang Rusia vs Ukraina ini menjadi ironi. Rusia marah karena tetangganya itu masuk menjadi anggota NATO (North Altantic Treaty Oganization) organisasi pakta pertahanan Atlantik Utara yang dikomandoi oleh Amerika Serikat. Tujuan Ukraina masuk ke NATO adalah supaya mendapatkan perlindungan militer. Tapi, ternyata NATO tidak bisa berbuat banyak ketika Ukraina dihajar tiap hari oleh Rusia.
BACA JUGA:
Perang masih terus berlanjut, dan belum ada solusi kongkret sampai sekarang. Ekonomi internasional yang seharusnya bisa mulai bernafas pasca-pandemi, harus megap-megap lagi karena perang yang membawa ancaman resesi. Kalau perang tidak bisa diselesaikan maka dunia harus siap-siap menghadapi resesi.
Tahun yang suram semakin gelap karena munculnya berbagai bencana alam. Musim dingin tahun ini menjadi yang terburuk di Amerika. Sedikitnya 60 orang tewas menjadi korban badai dan terperangkap kedinginan karena suplai listrik terputus.
Di semua penjuru dunia bencana alam terjadi dalam bentuk banjir, gempa bumi, dan tsunami. Bencana alam terjadi karena perubahan cuaca yang tidak terkendali. Filantropis dan aktivis lingkungan Bill Gates sudah mengingatkan, bahwa bencana berikut yang mengancam dunia adalah bencana lingkungan.
Bill Gates berkampanye ke seluruh dunia supaya emisi karbon dunia dihapuskan dari 51 miliar ton pertahun menjadi nol persen. Hal ini mustahil terjadi, tetapi harus terjadi. Ironisnya, penghasil emisi karbon terbesar dunia adalah Amerika Serikat, negara tempat Bill Gates tinggal.
Nasib manusia terletak pada tangan manusia sendiri. Bencana pandemic, perang, dan lingkungan adalah ‘’man-made disaster’’, bencana akibat ulah tangan manusia sendiri.
Bisakah annus horribillis diubah menjadi annus mirabilis yang penuh harapan? Selamat Tahun Baru. (*)
Editor: DADA