Temu Kangen Sahabat Ali Badri, Cerita Kancil dan Kisah Kesaktian Ali Badri

waktu baca 6 menit
Sahabat Ali Badri yang hadir dalam acara temu kangen

SURABAYA-KEMPALAN: Temu kangen sahabat H. Ali Badri Zaini diadakan di kediaman Jl Gadung 37, Surabaya, Jumat malam (11/11), dihadiri sahabat-sahabat lama Ali Badri yang sudah belasan tahun saling berinteraksi. Acara silaturrahim yang dikemas secara informal ini berlangsung semarak dan gayeng.

Hadir dalam acara itu berbagai tokoh dari berbagai kalangan, mulai dari kalangan pengusaha, mantan birokrat, politisi, aktivis, jurnalis, dan tokoh agama. Tokoh-tokoh yang hadir adalah Erlangga Satriagung, Ir. R.H Eddy Indrayana, Dr. KH R.P Mujahid Ansori, Freddy Purnomo, Sutan Kasidhal, Dr. Basa Alim Tualeka, Muhammad Rudiansyah, M. Iqbal, Sonny Wibisono, Muara Harianja SH, MH, H. Mangesti Waluyo Sejati, Anton, Azwar Hamidy, H. Boy Baidowi, Ali Salim, Yamin Ahmad, Dhimam Abror, Djaka Mujiana.

Pertemuan dan silaturrahim para sahabat Ali Badri biasanya dilakukan secara informal ketika ada acara sosial seperti undangan pengantin. Tetapi, dalam 3 tahun terakhir pertemuan semacam ini tidak pernah dilakukan karena terhalang oleh pandemic Covid-19. Karena itu acara temu kangen ini menjadi ajang reuni sekaligus melepas rindu di antara para sahabat.

Acara menjadi lebih gayeng dengan suguhan berbagai makanan yang dimasak oleh Ummi Ali Badri. Ada sop buntut, kikil sapi, rawon, bakwan, dan berbagai macam kudapan dan buah-buahan. Sebelum acara dimulai para tamu menyantap berbagai jenis makanan sambil saling berkelakar. ‘’Hati-hati kolesterol,’’ kelakar Iqbal kepada Rudiansyah yang asyik melahap kikil sapi. ‘’Besok olahraga naik sepeda 20 kilometer, kolesterol langsung luntur,’’ kata Mad Rudy sambil tertawa.

Menikmati sajian makanan

Tuan rumah Ali Badri Zaini terlihat sumringah. Wajahnya cerah penuh senyum. Sesekali ia mengisap rokok dan mengepulkan asap dengan nikmat. ‘’Alhamdulillah saya sehat,’’ katanya setiap kali sahabatnya bertanya mengenai kondisi kesehatannya.

Ali Badri telah pulih dari stroke yang dideritanya pada Mei 2021. Ketika itu dia dirawat di RSPAD Jakarta. Menceritakan sakitnya, Ali Badri mengatakan bahwa atas kuasa Allah dia diberi sakit. Tapi atas kuasa Allah juga dia diberi kesembuhan. Sekarang ia merasa lebih segar, ingatannya tetap normal, dan bahkan ia merasa lebih cerdas dari sebelumnya. ‘’Syaraf pecah 10 cc, tapi Alhamdulillah selamat dan sehat,’’ katanya.

H. Ali Badri (duduk, kedua dari kanan) sumringah bersama para sahabat

Sekarang daya ingatnya lebih kuat. Hal itu dibuktikannya ketika membaca surat-surat panjang dalam shalat. Ia juga masih mengingat nama-nama dan peristiwa dengan jelas dan cermat. Peristiwa-peristiwa lama yang terjadi dalam berbagai forum di Jawa Timur maupun di level nasional, masih diingatnya dengan jernih dan jelas.

Salah satu peristiwa yang diceritakan adalah saat musawarah daerah REI (Real Estate Indonesia) Jawa Timur. Ketika itu muncul dua kandidat, Henry Gunawan pengusaha properti terkemuka di Surabaya, sebagai petahana, dan Erlangga Satriagung mantan kedua Kadin (Kamar Dagang dan Industri) Jatim dua periode. Ali Badri menjadi ketua panitia seleksi, dan sudah menetapkan aturan bahwa calon ketua harus pernah menjadi pengurus harian REI Jatim.

Erlangga Satriagung terganjal oleh aturan ini. Berbagai upaya dia lakukan untuk membujuk Ali Badri, tapi tidak mempan. ‘’Saya ditelepon Pak Imam Utomo, lalu Pakde Karwo, dan banyak tokoh lain, minta supaya Erlangga diloloskan, tapi saya tolak,’’ tegas Ali Badri.

Tapi Erlangga tidak menyerah. Dia terus berupaya mendekati Ali Badri. ‘’Saya sampai kejar beliau ke Madura,’’ kenang Erlangga. Ketika itu ibunda H. Ali Badri wafat dan dimakamkan di Madura. Pada saat pemakaman, Erlangga datang ke makam dan melihat H. Ali Badri sedang berdoa sendirian setelah pentakziyah pulang. Erlangga mendekati H. Ali Badri dan mengucapkan bela sungkawa. ‘’Seketika itu saya luruh,’’ kata H. Ali Badri.

Karena kegigihan Erlangga akhirnya aturan panitia seleksi diubah. Ali Badri kemudian menemui Henry Gunawan dan membujuknya supaya mundur dari pencalonan. ‘’Henry tidak mau menyerah. Dia malah menulis cek kontan di depan saya, tapi saya tolak,’’ kata Ali Badri.

Ketika pleno pemilihan tiba Henry Gunawan tidak bersedia hadir karena posisinya di luar kota. Panitia kemudian mengubah tata tertib untuk menggugurkan Henry, dan Erlangga pun terpilih secara aklamasi. ‘’Sejak saat itu saya juluki Erlangga si kancil, karena akalnya banyak. Dia bisa menjadi ketua REI Jatim gratisan. Padahal di depan mata saya sudah ada cek kontan. Almarhum Sabron Pasaribu membisiki saya, ambil ceknya ketua…’’ Ali Badri tertawa berderai-derai.

Berbincang dan menikmati makanan

Ada lagi peristiwa ketika H. Ali Badri dan rombongan dari Jawa Timur diterima oleh Presiden Susilo Bambang Yuhdoyono di Istana. Muara Harianja ikut dalam rombongan. Ketika masuk ke Istana dan harus melewati metal detector, mesin itu berbunyi dan menyala. Para jenderal, termasuk Sudi Silalahi diperiksa semua bawaannya.

Tapi, ketika H. Ali Badri lewat mesin detector itu seperti macet. ‘’Padahal ketika itu H. Ali Badri pakai cincin dan bawa senjata api ditaruh di bawah lengan. Tapi metal detector tidak bereaksi dan Abah Ali Badri bisa membawa masuk senjata api ke istana,’’ kenang Muara Harianja.

Saat itu yang menjadi komandan paspampres adalah Suwarno yang kemudian menjadi panglima Kodam V Brawijaya dengan pangkat mayor jenderal. Di Surabaya Mayjen Suwarno menemui Ali Badri dan mengatakan bahwa seluruh orang Istana mengakui bahwa Ali Badri orang sakti.

Para tamu memberi terstimoni masing-masing. Eddy Indrayana bercerita bahwa ia bersama H. Ali Badri hampir menjadi triliuner karena bisnis tanah yang menghasilkan uang triliunan. Ketika itu Eddy Indrayana dan H. Ali Badri menerima kuasa jual tanah luas di Jakarta untuk dijual kepada salah satu taipan tanah di Jakarta. ‘’Nilai jual tanah itu Rp 7 juta, tapi kita dapat harga dari masyarakat hanya Rp 500 ribu permeter. Ketika itu kita hitung keuntungan kita Rp 2,3 triliun, dibagi tiga orang dengan salah satu jenderal polisi yang membantu kita,’’ kenang Eddy Indrayana.

Mangesti Waluyo dan Iqbal membahas persiapan pemilu legislatif 2024

Tetapi, ternyata jual beli gagal, karena sang taipan marah dibohongi anak buahnya yang melakukan mark-up harga tanah menjadi Rp 1 juta permeter. ‘’Belum rezeki kita,’’ kata Eddy Indrayana. H. Ali Badri

Erlangga Satriagung, Sutan Kasidhal, Mad Rudy, Alim Tualeka, Freddy Purnomo, dan Dhimam Abror memberikan testimoni dengan cerita-cerita yang membuat derai tawa. Dhimam Abror bercerita mengenai kegagalannya maju di pilwali Surabaya 2010 karena ‘’insiden toilet’’.

Dia sudah mengantongi rekom dari Partai Demokrat dan Partai Amanat Nasional. Tapi, waktu pendaftaran ke KPU (Komisi Pemilihan Umum) ternyata calon wakil walikota Haris Purwoko menghilang, pamit ke toilet dan tidak kembali. Erlangga Satriagung berkomentar, kasus itu bisa menjadi disertasi doktor dengan judul ‘’Peran Toilet dalam Pilwali Surabaya’’.

Pertemuan itu akhirnya juga membahas soal politik menjelang pemilu presiden 2024. H. Ali Badri memberikan penerawangannya mengenai Anies Baswedan, Prabowo Subianto, Ganjar Pranowo, dan Puan Maharani. Banyak kejutan yang diberikan H. Ali Badri dalam analisisnya.

Sayangnya penerawangan itu hanya diberikan untuk kalangan terbatas, dan tidak boleh dipublikasikan. Acara ditutup dengan doa oleh K.H Mujahid Ansori dan diakhiri dengan foto bersama. (dad)

Editor: DAD

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *