Presiden Jawa

waktu baca 6 menit

KEMPALAN: MENTERI Luhut Binsar Panjaitan (LBP) memantik isu kontroversial lagi. Dalam wawancara dengan Rocky Gerung Luhut mengatakan bahwa kalau bukan orang Jawa sebaiknya tidak usah memaksa mencalonkan diri menjadi presiden.

LBP menjawab pernyataan Rocky mengenai keinginannya untuk menjadi presiden Indonesia. LBP kemudian menjelaskan bahwa dia menyadari bahwa dia tidak berasal dari etis Jawa dan mempunyai agama yang bukan Islam. Etnis LBP yang Batak dan agamanya yang Protestan disebutnya sebagai ‘’dobel minoritas’’ yang tidak memungkinkannya menjadi presiden.

Pernyataan ini langsung disambar oleh politisi PDI Hendrawan Supratikno yang menganggap pernyataan itu tendensius dan kurang bijak. Menurut Hendrawan, persoalan soal suku sudah harus ditinggalkan dalam konteks kebangsaan. Kekhawatiran Luhut itu, kata Hendrawan, seharusnya menjadi tantangan yang dihadapi bersama dalam menjalankan program dan literasi politik, serta membangun keadaban demokrasi.

BACA JUGA: Korupsi Hakim Agung

Dalam mimpi kolektif kita sebagai negara bangsa, persoalan asal usul suku dan wilayah, sudah seyogyanya kita tanggalkan dan tinggalkan. Justru fakta demografis dan sosiologis itu harus menjadi tantangan kita, dalam program edukasi dan literasi politik dan keadaban demokrasi yang terus kita bangun. Begitu kata Hendrawan.

Pernyataan Hendrawan ini normatif dan idealis, sementara LBP ingin bersikap realistis. Ia melihat realitas politik Indonesia masih tetap didominasi oleh konstruksi lama bahwa hanya orang Jawa yang bisa menjadi presiden. Hal ini sudah menjadi semacam mitos politik yang diyakini oleh banyak orang.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Konten ini dilindungi. Silakan berlangganan untuk membaca lebih lanjut.