Jose Mourinho Satu Laga Lagi Sapu Bersih Trofi Ajang Eropa
TIRANA-KEMPALAN: Jose Mourinho tak salah jika berlabelkan dengan julukan The Special One. Karena, Mourinho benar-benar spesial dibandingkan pelatih-pelatih top dunia yang lainnya. Hanya Mou pelatih yang mampu memenangi semua ajang antarklub Eropa saat ini.
’’Ya, benar, aku bisa menjadi seperti itu (pelatih yang mampu meraih semua gelar ajang Eropa). Tetapi jika aku bisa memenanginya. Mari kita lihat saja,’’ ucap Mourinho. Syaratnya, dua harus mampu membawa AS Roma memenangi Liga Konferensi Europa musim ini.
Dalam laga final Liga Konferensi Europa yang berlangsung di Arena Kombetare, Tirana, Kamis dini hari (26/5), ambisi sapu bersih Mourinho tersebut akan ditantang klub finalis asal Belanda Feyenoord Rotterdam.
BACA JUGA: Terancam Finis di Belakang Lazio, Jose Mourinho Tak Peduli
Sebelum terbang ke Tirana, pelatih yang berkebangsaan Portugal itu sudah pernah merebut trofi juara dalam dua ajang turnamen antarklub Eropa sebelumnya. Dua di ajang Liga Champions dan dua kali di Piala UEFA atau Liga Europa.
Dua kali mengangkat Si Kuping Lebar (sebutan trofi Liga Champions), dia melakukannya ketika masih menangani FC Porto pada musim 2003-2004 dan Inter Milan pada 2009-2010. Sedangkan, dua trofi Liga Europa dia lakukan bersama FC Porto pada 2002-2003 dan Manchester United 2016-2017.
Bedanya, ketika memenangi Liga Europa bersama Dragoes (julukan Porto) nama turnamennya masih Piala UEFA. Meski begitu tak ada yang mampu menyamai pencapaiannya tersebut sampai saat ini.
Mourinho mencoba merendah dengan status tersebut. ’’The Special One adalah cerita lama. Aku bisa melakukan apapun yang pelatih harus lakukan untuk menang,’’ klaim Mou yang merengkuh gelar sebagai Pelatih Terbaik Eropa 2002-2003 dan 2003-2004 itu.
Mou menyebut, keberhasilan Il Lupi (julukan Roma) yang finis di zona Liga Europa dalam Serie A musim 2021-2022 dijadikan sebagai motivasi tambahan. Begitu pula untuk dirinya yang sudah bertahun-tahun tidak pernah mencicipi final turnamen antarklub di Eropa itu.
’’Bagiku final adalah situasi di mana Anda tak hanya menulis sejarah. Tapi cukup hanya dengan menyelesaikan pekerjaan semusim dan mencapai tujuan,’’ sambung pelatih yang baru semusim di Trigoria (sebutan kamp latihan Roma itu). (Tuttomercatoweb, Yunita Mega Pratiwi)