Perjuangan Tiada Henti: Myanmar dan Sejarah Penyair Revolusioner
NAYPYIDAW-KEMPALAN: Myanmar atau juga dikenal dengan nama Burma, menghadapi gejolak dalam negeri semenjak dilancarkannya kudeta militer terhadap pemerintahan sipil pada Februari 2021 lalu. Kudeta ini menyebabkan banyak orang yang ditangkap, termasuk para penyair.
Khet Thi, seorang penyair dilaporkan telah ditangkap oleh rezim militer pada 8 Mei silam, tak lama kemudian, ia ditemukan dalam keadaan tak bernyawa. Khet dituding memiliki bahan peledak, sebuah tuduhan yang tidak terbukti hingga sekarang.
Selain Khet, ada juga K Za Win dan Kyi Lin yang mati tertembak dalam tindakan keras pemerintah Min Aung Hlaing untuk menekan perlawanan terhadap kekuasaan junta militer di Myanmar pada Maret lalu. Namun, seorang penyair lainnya, U Yee-Mon menjadi menteri pertahanan bagi pemerintahan tandingan di Myanmar.
Keterkaitan antara penyair dan perlawanan ini dapat ditarik kembali pada masa dijatuhkannya raja terakhir Burma, Raja Thibaw. Empat orang penyair: Sya Pe, Sebunni Sayadaw, U Kyawt, dan Maungthaung U Kyaw Hla menuliskan puisi yang bertujuan untuk mempromosikan nasionalisme dan patriotisme. Saya Pe bahkan ikut berjuang mengangkat senjata.
Thakhin Kodaw Hmaing juga merupakan penyair yang mengatakan dirinya akan terus berjuang untuk kemerdekaan dengan syair-syairnya. Ia bahkan menjadi musuh negara kolonial Inggris. Selain itu, Liga Kebebasan Masyarakat Anti-Fasis juga berisikan penyair seperti Maung Yin Mon, Ne Thway Ni, Daung Nwe Swe dan lainnya yang mendukung gerakan mahasiswa, buruh dan petani.
Nasib perlawanan terus menggelora bahkan usai kemerdekaan, dimana kebijakan penyensoran yang dilakukan oleh Jenderal Ne Win menyebabkan serang editor majalah sekaligus penyair bernama Min Yu Wai ditangkap karena dianggap menulis puisi yang kritis terhadap jenderal tersebut. Partai Program Sosialis Burma juga memenjarakan banyak penyair pada masa kekuasaannya.
U Min Ko Naing, salah satu mahasiswa yang merupakan penyair terkenal, terlibat dalam upaya menggulingkan kediktatoran Ne Win pada tahun 1988. Ada juga mahasiswa yang nantinya menjadi penyair ternama dengan nama pena Taryar Min Wai: Shwe Phone Lu.
Selain nama-nama di atas, situs The Irrawaddy juga menyebutkan serentetan nama penyair lainnya yang turut dipersekusi oleh rezim di Myanmar seperti Min Lu (ditahan 1989), Min Thu Wun (puisinya dilarang terbit oleh pemerintah), Tin Moe (dipenjara lima tahun), Saw Wai (ditahan 2008). Nampaknya penyair dan puisi punya kaitan erat dengan perlawanan di Myanmar. (TI, reza hikam)